12

1.6K 218 10
                                    

  "Naruto, aku memberimu pilihan" ujar Hinata esok harinya ketika mereka akhirnya akan pergi ke tempat dimana Orochimaru berada.

"Apa maksudmu?" tanya Naruto.

   "Bagaimanapun juga, bukan aku satu-satunya korban disini.. dan sepertinya kau lebih banyak terluka daripada aku.." Hinata menatap Naruto "bagaimana kau ingin menyelesaikanya? Apa kau ingin menghajar Orochimaru sampai mampus atau apa kau ingin menyelesaikan semuanya dengan hukum?" tanya Hinata.

    Naruto mematung "apa bisa diselesaikan dengan hukum?".

   Hinata menatapnya getir "Karena aku pernah berurusan dengan polisi sebelumnya, mereka tak akan mempercayaiku dan malah akan menangkapku atas pemalsuan identitas" Hinata tersenyum setengah hati "tapi jika kau yang melapor mereka akan mempercayaimu dan menanganinya, kita hanya perlu kesana menyelinap mencari bukti dan kau membuat polisi datang kesana.. kita tak perlu berkelahi selama kita menyelinap" jelasnya.

  "Tapi Naruto, apa kau mampu melakukanya? Memberi pengampunan pada nyawanya dan membiarkan polisi menanganinya?" tanya Hinata.

  Naruto mematung. dia tak pernah benar-benar memikirkanya.

   "Pikirkanlah" ujar Hinata "aku akan menunggumu jam 5 sore di depan sekolah.. ingatlah bahwa apapun pilihanmu aku akan mengikutinya"

  Hinata melangkah keluar dari kamar mereka namun sebelum dia sepenuhnya membuka pintu Naruto menahanya.

  "Yang kemarin itu.. kau belum menjawabnya" gumam Naruto setengah menahan malu.

   Hinata berbalik "aku akan menjawabnya begitu kita berhasil".

--

  Siang itu Naruto menghabiskan waktu dengan memikirkan bagaimana dia harus menyelesaikan ini.

   Membunuh Orochimaru? Mungkinkah mereka mampu melakukanya? Orochimaru bukan sembarang orang.

  Tapi mereka berdua, bisakah jika mereka bekerja sama dia bisa melumpuhkan Orochimaru? Mungkin saja.

  Kebencianya pada Orochimaru bukan sesuatu yang bisa di bendung.

Dia orang yang memanipulasinya.

Dia orang yang membunuh sahabatnya.

Dia orang yang menghancurkan masa depan adiknya.

Tak ada alasan untuk bermurah hati.

   Naruto menghela nafas lalu melangkah keluar dari astramanya dan menuju gedung sekolah.

  "Kau! Uzumaki Naruto kau membolos lagi pagi ini! kemana kau 3 pelajaran sebelumnya?!" teriak Sai yang sudah menunggunya di pintu depan kelas.

   "Aku perlu bicara denganmu" ujar Naruto mengabaikan omelanya.

--

   "Apa?" tanya Sai dengan suara gemetar. "Kau tidak bercanda kan?" tanyanya setengah menahan tangis mendengar cerita Naruto.

   "Semuanya benar, kematian Neji.. dia tidak pernah bunuh diri" ujarnya "dan disekolah ini.. Chouji, dan mungkin beberapa yang lain.. mereka bawahan Orochimaru yang sengaja di tempatkan disini".

   "Tidak mungkin... Ini.. Ini.." Sai kehabisan kata-kata tak tahu bagaimana dia harus bereaksi selain ketakutan.

   "Sekolah ini bukan tempat seperti yang kau bayangkan selama ini, mereka tak aman disini. tidak lagi" ujar Naruto.

   Naruto menatap Sai "Kau.. ayahmu polisi kan? aku ingin meminta bantuanya melalui dirimu".

   Sai mengangguk " benar.. kita harus memberitahu guru soal ini juga, Haruno sensei.. aku harus menemuinya".

He's a SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang