Part 4
Raut wajah gadis itu ditekuk, memperhatikan jalanan yang disinari cahaya lampu kendaraan. Sesekali ia mengotak-ngatik ponselnya menghilangkan rasa bosan, keluar masuk aplikasi yang dipenuhi notice tidak penting.
"Sumpah ya, gue takut banget pas kekunci tadi siang di toilet sekolah, mana sekolah udah sepi lagi," celoteh Milla dengan geleng-geleng diakhir ucapannya.
"Lo sih, betah banget lama-lama di sekolah, atau jangan-jangan lo punya cita-cita jadi penunggu sekolah ya," ujar Monika tertawa lepas.
"Enak aja lo!" protes Milla menatap sebal.
"Tapi, gue penasaran deh, siapa sih yang jadi pangeran penyelamat lo itu?" Lagi-lagi kekepoan Monika kumat mengundang senyuman geli Milla.
"Bahasa lo itu lebay deh, pangeran penyelamat apaan coba."
Monika terkekeh pelan. "Cerita dong, namanya siapa?"
Milla mengidikkan bahu. "Gue gak tau namanya siapa, name tag dia ketutup sama jaket, yang pasti dia tuh kakak kelas kita."
"Pasti lo penasaran, kan namanya siapa?" tebak Monika asal, matanya masih berfokus ke jalanan di depan sana.
Kepala Milla menggeleng. "Ya enggaklah!" Setelahnya, ia sibuk mengotak-ngatik ponselnya. "Udah deh, jangan ngobrol mulu, fokus nyetir sana!"
Keduanya sudah bersahabat sejak awal SMP, tidak heran jika mereka sangat dekat. Bahkan jauh lebih dekat seperti apa yang dilihat orang.
Monika berdecak pelan. "Kayaknya kita beli cemilan dulu deh, soalnya isi kulkas gue udah pada abis."
"Ooh, oke." Milla mengangguk setuju.
Di ujung jalan, Monika menghentikan mobilnya tepat di sebuah tempat di mana orang-orang membeli keperluan sehari-hari. Malam ini, Milla akan menginap di rumahnya, tentu saja gadis itu tidak ingin menerima tamu tanpa menyuguhi snack atau makanan kecil. Kedua gadis itupun masuk ke dalam area tersebut.
"Kita beli apa ya, Monik?" Milla bingung sambil berjalan pelan menyusuri lorong tempat makanan ringan bersusunan.
"Gue juga bingung mau beli yang mana, yang ini aja kali ya? Kayaknya enak," seru Monika sambil menunjuk sebuah biskuit.
Mila menyodorkan tangan, agar diberikan padanya. "Ya udah, sini masukin ke keranjang!"
Mereka terus menyusuri rak demi rak, tanpa sengaja Milla terjatuh karena dorongan keranjang orang lain yang mengenainya. Melihat kejadian itu Monika bergerak cepat menghampiri, menatap khawatir.
"Mil, lo gak apa-apa?"
Seorang wanita setengah baya mendekat, membantu Milla berdiri. Raut wajahnya tampak khawatir.
"Maaf ya, Tante gak sengaja. Ada yang luka?"
Mila menggeleng cepat, lantas memantapkan pijakannya. Ada sedikit nyeri di betisnya.
"Ma, ada apa?"
Suara berat itu sukses membuat mereka menoleh bersamaan. Seorang cowok tinggi, berhidung mancung dengan rambut acak-acakan.
"Ini, Mama gak sengaja bikin dia jatuh karena keranjang belanjaan Mama," jelas wanita itu melirik tak enak hati.
Milla tertegun menatapnya. Sedikit kaget. Berbeda dengan cowok itu yang tampak biasa saja. Mata hitam itu hanya menatap beberapa detik, lantas memalingkan tatapannya lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIAN [Completed]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA📍 Menghindar jauh-jauh dari gadis itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Namun semesta tidak berpihak padanya. Ketika gadis itu menganggap dirinya sebagai malaikat penyelamat. Semua berubah, membuatnya merutuki diriny...