Extra Part 1
Dua tahun kemudian...
Waktu berjalan begitu cepat, tanpa diketahui manusia. Bibir Milla mengerucut mendengar suara cempreng Monika dari seberang sana. Dibanding Lani, Monika memang lebih bawel. Sahabatnya itu memaksa untuk segera datang ke sebuah cafe untuk kumpul-kumpul santai setelah hari kelulusan mereka.
Jujur saja, Milla tidak begitu menyukai kehebohan. Malam ini, ia hanya ingin tidur nyenyak. Tapi sorakan Monika dari seberang telepon nyaris membuatnya jengah. Jempolnya segera memencet tombol merah setelah menyanggupi permintaan Monika.
"Permisi non. Maaf, di depan ada Mas Julian," seru bibi Lastri dari balik pintu disertai dengan ketukan singkat.
"Oh iya, Bi. Bentar lagi aku turun," sahut Milla dengan suara lantang.
Seharian ini di rumah, cukup membuat Milla nyaman karena terus rebahan di atas kasur empuknya. Setelah acara kelulusan kemaren, ia sudah sangat kelelahan mengikuti acara di sekolahnya.
Gadis itu buru-buru keluar dari kamarnya, takut Julian menunggunya lama. Cowok itu tersenyum lebar ketika Milla turun dari tangga rumahnya.
"Maaf Kak, nunggu lama. Ada apa ya kak?"
Julian memperhatikan pakaian Milla yang terlihat cukup rapi dan santai. Gadis itu tampak lebih natural mengenakan jeans putih dengan atasan sweater berwarna abu-abu yang kebesaran.
"Gak apa-apa kok, mau ketemu Monika sama Lani, kan?" tanya Julian setelah bangkit dari duduknya.
Milla mengangguk cepat, tangannya menggantung pada tali sling bag di dadanya.
"Yaudah yuk, kita berangkat sekarang!"
"Kak Julian mau ke sana juga?"
"Iya, yuk berangkat!"
Milla mengangguk patuh, ia malas untuk bertanya lagi sekalipun ia masih bingung. Selama perjalanan menuju cafe, mereka mengobrol ringan membahas pendaftaran kampus yang akan dimasuki Milla. Julian memang selalu memberikan saran terbaik untuk orang-orang di dekatnya. Dan Milla rasa, ia beruntung bisa mengenal dekat Julian.
Milla berjalan beriringan memasuki cafe bersama Julian begitu sampai di tempat yang mereka tuju. Suasana cafe cukup ramai oleh pengunjung. Baru saja masuk tempat itu, Milla tanpa sengaja terhuyung akibat senggolan orang yang hendak meninggalkan tempat itu. Untung saja, Julian dengan tanggap menahan tubuh Milla agar tidak jatuh ke lantai.
"Gak apa-apa, kan?" tanya Julian setelah melepas tangannya dari tubuh Milla. Gadis itu tersenyum tipis dengan sedikit anggukkan, kemudian bergumam iya. Mereka cukup mudah menemukan meja yang di tempati Monika dan Lani, yang berada di sudut ruangan itu.
"Akhirnya lo dateng juga." Monika tersenyum riang, tangannya menepuk kursi sebelahnya agar Milla duduk di kursi itu.
Milla menduduki kursi itu dengan raut sedikit ditekuk. "Gue mau tidur, lo ngapain nyuruh gue ke sini?"
"Kita nyantai aja, lagian gak bosen apa ngumpet di kamar terus." Monika melirik pintu masuk cafe, meneliti setiap pengunjung yang datang.
"Kak Dafa mana sih? Katanya mau ke sini juga."
"Lagi di jalan mungkin Monik. Kak Edward sama kak Bella katanya juga mau ikutan ke sini."
"Kenapa mereka ikutan juga?" tanya Milla mendelik heran. Tidak biasanya Edward mau bergabung dengan mereka.
"Tau tuh si Lani, ngasih tau."
"Maklum aja, kak Bella kan suka berbaur gitu orangnya. Lagian makin rame makin asik."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIAN [Completed]
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM BACA📍 Menghindar jauh-jauh dari gadis itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Namun semesta tidak berpihak padanya. Ketika gadis itu menganggap dirinya sebagai malaikat penyelamat. Semua berubah, membuatnya merutuki diriny...