Part 17Alfian menyandarkan tubuhnya pada mobil hitam miliknya. Mobil yang kini terparkir di depan rumah yang terkesan mewah. Seorang gadis muncul dari balik pagar tinggi dengan senyuman manisnya. Alfian tidak membalas senyuman itu, melainkan hanya menatap tanpa ekspresi.
"Maaf ya kak, aku udah bikin kakak nunggu," kata Milla tidak enak hati. Alfian mengangguk paham.
Seperti biasa, ia membukakan pintu mobil untuk Milla. Selama di mobil, keduanya diam. Setiba di parkiran sekolah pun, keduanya tidak bersuara. Milla takut membuat Alfian marah jika ia banyak bicara.
Milla membuka tasnya dan mengeluarkan kotak berwarna hijau muda, ia menyodorkan kotak itu pada Alfian dengan senyuman terukir di bibirnya.
"Nih buat kakak." Alfian menyambut kotak itu dengan anggukan.
"Dimakan ya kak, jangan dikasih ke temen kakak lagi!" Milla memperingati begitu mengingat kejadian waktu itu.
Alfian mengacak rambut Milla pelan, lalu menarik sudut bibirnya ke atas. "Iya, makasih ya."
Siswa-siswi lalu lalang pagi ini, berhamburan di depan gedung itu. Mengingat waktu, mereka mulai melangkah masuk ke dalam gedung sekolah.
"ALFIAN."
Suara itu membuat langkah kaki Alfian dan Milla urung. Eriska?
Gadis itu tersenyum manis pada Alfian, ia melirik tangan Alfian yang kini tengah menggenggam tangan Milla erat dengan perasaan tidak suka. Secepat mungkin ia kembali mengubah raut wajahnya seperti biasa.
"Nanti pulang sekolah jadi, kan pergi Al?" tanya Eriska, ia sejenak menatap Milla dengan senyuman yang membuat Milla muntah saat ini juga.
Pergi? Pergi kemana? Milla penasaran, sebenarnya apa maksud Eriska. Alis Milla bertaut, kesal melihat kelakuan kakak kelasnya itu. Sepertinya Eriska sengaja memanas-manasi.
"Iya," jawab Alfian singkat.
Eriska tersenyum puas. "Yaudah, nanti gue chat tempatnya ya, gue duluan."
Setelah Eriska pergi, Milla melepas tangannya dari genggaman Alfian.
"Aku ke kelas duluan ya kak!" Senyuman tipis Milla tercetak di bibirnya, walaupun sebenarnya hatinya sedikit agak panas.
Alfian tidak menahan atau menawarkan untuk mengantarnya sampai di depan kelas. Ia hanya menatapi punggung Milla yang perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.
Milla menghentakkan kakinya masuk kelas, wajah ditekuk membuat Lani dan Monika saling pandang. Tidak biasanya Milla tiba di sekolah dengan wajah cemberut seperti ini. Biasanya anak itu selalu tersenyum lebar saat memasuki kelas.
"Muka lo kenapa Mil?" tanya Monika heran.
"Gapapa." Milla menjawab singkat, lantas mengeluarkan buku pelajaran di atas mejanya. Ia sibuk sendiri membolak balik halaman buku itu.
"Gapapa, kok mukanya kusut gitu Mil?" Kali ini Lani yang bertanya sembari memutar posisi duduknya menghadap Milla.
"Sakit perut, PMS nih," jawab Milla asal.
Monika dan Lani mangut-mangut percaya.
Monika menopang dagunya di atas meja, melirik Milla yang sedang sibuk membaca buku pelajaran. "Oh iya, hubungan lo sama kak Alfian gimana?"
"Baik-baik aja kok."
Ya baik-baik saja, tapi tidak tahu kenapa perasaan Milla hari ini tidak enak. Perasaan cemburu membuatnya gelisah. Berharap tidak terjadi apa-apa dengan hubungannya dan Alfian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIAN [Completed]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA📍 Menghindar jauh-jauh dari gadis itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Namun semesta tidak berpihak padanya. Ketika gadis itu menganggap dirinya sebagai malaikat penyelamat. Semua berubah, membuatnya merutuki diriny...