ALFIAN : Part 24

4.4K 273 12
                                    

Part 24

Langit biru yang cerah kini telah menjadi gelap. Untungnya ada bintang yang senantiasa memberi cahaya malam. Alfian menatap langit malam di balkon kamarnya sendirian. Perasaan ini sangat membuatnya sakit. Mengingat bagaimana perlakuannya pada Milla beberapa hari ini. Ia benci situasi ini.

Arah matanya melihat ke ponsel, menampilkan fitur picture. Gambar seorang laki-laki paruh baya terpampang di layar berukuran 6,2 inci itu.

"Pa, apa aku salah jatuh cinta sama Milla? Aku tahu Papanya yang udah bikin Papa ninggalin kita. Tapi, itu bukan salah Milla pa, itu salah Papanya. Aku udah berusaha buat benci dia pa. Tapi nyatanya aku gak bisa Pa."

Air mata Alfian menetes mengenai layar ponselnya. Hatinya terasa ditikam dan sakit sekali.

"Maksud kamu apa Al?"

Suara bariton itu membuat Alfian sadar, ada yang berdiri di belakangnya. Alfian membalik badan, melihat mamanya menatap penuh tanda tanya.

"Mama, sejak kapan Mama di situ?"

"Jelasin sama Mama maksud kamu apa?"

Sesaat Alfian menghela nafas sebelum menjelaskan semuanya. Hatinya ragu-ragu membuka suara.

"Milla itu anaknya Wijaya Ma, orang yang udah bikin papa ninggalin kita. Kak Vino udah dapatin bukti kalau dia pelakunya Ma. Dan Kak Vino mau balas dendam," terang Alfian tenang.

"Balas dendam lewat Milla Ma," tambah Alfian lirih.

Mama Alfian kaget mengetahui semua ini. Dia menutup mulutnya saking tak percaya. Setelah sekian lama tidak mendengar nama itu, ia kembali mendengar nama itu. Kali ini Alfian khawatir, mamanya akan membenci Milla, sama halnya dengan kakaknya.

"Apa Mama juga benci sama Milla, sama kayak kak Vino?"

"Mama mau ke kamar dulu Al."

Wanita itu menatap datar lalu keluar dari kamar Alfian. Alfian mengusap wajah gusar.

Di tempat lain Milla duduk di sebuah cafe dengan perasaan tidak suka. Entah kenapa ia mau diajak bertemu di sini. Seperti biasa, tangannya saling menggenggam, berharap kekuatannya ada untuk menghadapi apa yang akan terjadi nantinya.

Milla tidak ingin berlama-lama berada di tempat itu. "Buat apa kakak minta aku ke sini?"

"Kenapa sih lo masih bertahan sama Alfian?" tanya Eriska setelah menarik posisi duduknya ke depan.

"Emang apa yang salah? Mempertahankan bukan hal yang buruk. Aku rasa gak ada yang salah." Milla berkata mantap, berusaha menguasai dirinya.

Eriska menatap miring. "Kapan sih lo sadar Mil? Jangan sampai lo nyesel nantinya!"

"Nyesel buat apa? Setidaknya aku udah berusaha untuk mempertahankan. Kalaupun gak berhasil, itu artinya masih ada hari esok untuk mencoba. Dan kalau memang gak bisa pertahanin lagi. Yaudah aku akan berhenti. Tapi, sekarang bukan saatnya aku berhenti!"

"Jadi lo mau tetap jadi boneka Alfian? Berapa kali sih gue bilang, Alfian gak pernah ada rasa buat lo."

"Aku gak percaya!"

"Lo keras kepala ya. Alfian cuma jadiin lo sebagai boneka balas dendam."

"Maksud kak Eriska apa sih?"

Milla kesal bukan main, ia akui gadis bernama Eriska ini sangat berbakat membuat orang kesal dan sakit hati.

Eriska meraih ponselnya yang sedari tadi terletak diatas meja. Ia mengotak-ngatik menu  yang tersedia pada benda pipih itu.

"Gue benci sama Milla, gue berusaha menjauh dari dia karena dia anak dari Wijaya. Orang yang sudah bikin bokap gue meninggal. Selagi kak Vino nyari bukti, kak Vino bikin rencana. Rencana untuk buat Wijaya ngerasain gimana rasanya kehilangan orang yang dia sayang. Dan rencana itu lewat Milla. Langkah pertama, yaitu gue pacarin Milla."

Tangan Milla yang semula saling menggenggam, terasa melemah setelah mendengar semua itu.

"Selanjutnya, gue harus putusin Milla dan nyakitin dia. Dan kak Vino yang akan turun tangan. Gue dan kak Vino benci sama Wijaya. Wijaya harus menerima balasan dari perbuatannya."

"Lo pasti kenal, kan itu suara siapa?" tanya Eriska dengan senyuman puas.

Milla terdiam, lidahnya terasa kelu. Tenggorokannya tercekat. Matanya sudah memanas dan bisa saja sebentar lagi sisi lemahnya muncul.

"Lo yakin bokapnya Milla yang udah bikin bokap lo meninggal Al?"

"Iya, buktinya udah ada, gue udah liat bukti itu."

"Terus lo akan lakuin apa sekarang?"

"Kak Vino bilang, Wijaya harus ngerasain gimana rasanya kehilangan orang yang dia sayang."

"Maksud lo, lo bakalan bikin Milla terluka, bahkan bernasip sama kayak bokap lo, iya?"

Dada Milla terasa sesak. Ia menelan salivanya dengan sudah payah. Tubuhnya melemas, bagaimanapun dia tidak boleh menumpahkan air matanya di depan Eriska lagi.

"Lo masih gak percaya?" tanya Eriska sambil menyimpan ponselnya ke dalam tas.

Milla tersenyum kecut, dia harus bisa menguasai hatinya. Dia menggeleng kuat, tidak percaya.

"Atas dasar apa aku harus percaya sama kakak? Yang jelas-jelas mau hancurin hubungan aku dan kak Alfian."

"Iya gue emang mau hancurin hubungan lo sama Alfian. Gue rekam pembicaraan Alfian dan teman-temannya di basecamp mereka, yang gak sengaja gue dengar. Karena niat gue ke sana cuma mau ketemu sama Alfian. Dan ternyata keberuntungan di pihak gue. Gue dapatin rahasia besar yang bakal buat lo pergi dari hidup Alfian, tanpa harus bikin gue susah hancurin hubungan kalian. Gue seneng, ternyata Alfian pacaran sama lo, cuma buat balas dendam kematian bokapnya karena bokap lo."

"Sekarang terserah lo, mau percaya atau gak, toh lo sendiri yang akan hancur."

Setelah puas mengeluarkan unek-uneknya, Eriska pergi tanpa mempedulikan Milla dengan tidak berperasaan. Padahal mereka sama-sama perempuan, yang mempunyai perasaan halus. Milla meremas ujung roknya kuat-kuat. Air mata yang telah dibendung turun membasahi pipinya. Dunianya terasa berhenti. Semakin kuat dia menolak untuk tidak percaya, semakin kuat pula hatinya berguncang.

Milla pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak jelas. Begitu sampai di dalam kamar, tubuhnya luruh begitu saja ke lantai. Kakinya terasa tidak bertulang. Ia kembali menangis ketika melihat boneka beruang pemberian Alfian waktu itu.

Ia mendekati boneka itu, meraih dan mendekapnya erat-erat. Isakannya semakin bergema di ruangan itu. Milla berharap, ia bisa terbangun dari mimpi buruk ini. Tapi, ini terasa nyata, bahkan sangat nyata terjadi.

---------------------------

Happy reading  ❤❤❤

ALFIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang