ALFIAN : Part 21

4.9K 280 12
                                    

Part 21

Alfian menangkap sosok gadis yang beberapa hari ini mengganggu konsentrasinya. Setelah tiga hari lamanya tidak masuk sekolah. Akhirnya kini Milla datang ke sekolah seperti biasanya. Gadis itu tersenyum mengobrol bersama kedua sahabatnya, Lani dan Monika.

Senyuman Alfian mengembang melihat gadisnya kini kembali tersenyum, sejak kejadian di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Beberapa hari tidak bertemu membuatnya sangat merindukan sosok itu.

Perlahan senyuman Alfian hilang ketika melihat Milla mengobrol bersama salah satu cowok yang kelihatannya teman sekelas Milla. Bukan tanpa alasan, yang dilihatnya sekarang, cowok itu seolah sedang mencuri perhatian Milla. Mencoba mendekati pacarnya. Cowok itu duduk di sebelah sembari memberikan Milla sesuatu.

Langkah Alfian terayun santai masuk ke dalam kelas Milla. Tatapannya sengit melihat cowok itu sedang menyodorkan coklat berukuran sedang ke hadapan Milla. Alfian berdehem, hingga semua yang ada di kelas itu mendongak heran. Alfian dan cowok itu beradu tatap beberapa detik. Hingga akhirnya Alfian menarik lengan Milla berdiri dari duduk dan keluar dari kelas itu.

"Lo sih, pakai acara kasih Milla coklat," semprot Monika, ia merinding melihat tatapan yang dilempar Alfian tadi.

"Apa salahnya gue kasih Milla coklat?" tanya Tio dengan wajah tak berdosa.

"Emang gak salah sih," balas Lani lebih dulu.

"Salahnya itu, Milla itu pacar kak Alfian, gimana sih lo," timpal Monika geram. "Bahkan semua anak-anak di sekolah ini juga udah tau," tambahnya.

"Gue cuma ngasih coklat loh buat Milla, bukannya nembak dia," ujar Tio membela diri.

"Lo gak ngerti juga ya." Monika memutar bola matanya jengah, sepertinya Tio sedang menguji kekesalannya.

Alfian melepas tangannya dari lengan Milla ketika tiba di depan tangga. Mata Alfian menatap bola mata jernih Milla dengan tajam, hingga membuat gadis itu serba salah. Kening sebelah kiri Milla diplester, tidak diperban seperti kemaren. Alfian juga bisa melihat tangan Milla yang sakit juga sudah membaik.

"Lo deket sama cowok itu?" Akhirnya Alfian mengeluarkan suara, tatapannya serasa mengintimidasi.

Milla menggeleng kuat-kuat. "Gak kak."

"Terus kenapa dia kasih lo coklat?" selidik Alfian.

"Aku juga gak tahu kenapa Tio kasih aku coklat kak," jawab Milla sedikit menunduk.

"Jadi namanya Tio."

"Kak Alfian marah sama aku?" tanya Milla, kini gadis itu mendongak menatap Alfian yang tinggi darinya.

"Enggak," jawab Alfian sekenanya. "Lo beneran udah sembuh?"


Milla mengangguk.

"Terus kenapa gak bilang semalam mau masuk sekolah hari ini? Kan, bisa gue jemput."

"Aku juga mendadak pengen sekolah hari ini kak. Aku bosen di rumah terus."

Milla merasa ia tidak punya siapa-siapa di rumah, meskipun ada Bi Lastri yang kadang hanya berada di dapur. Kemaren Wijaya sempat pulang ke rumah, tapi hanya sebentar. Gadis itu benar-benar takut kena omel karena melihat kepalanya yang diperban, ternyata dugaan itu salah. Pria paruh baya itu hanya sekedar menasihatinya dan langsung kembali ke kantor.

ALFIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang