ALFIAN : Part 33

5.1K 282 22
                                    

Part 33

Hari demi hari Alfian lewati tanpa melihat senyuman Milla. Kondisi Milla masih sama, tidak ada kemajuan sedikitpun. Begitupun dengan Alfian, tidak ada yang berubah darinya semenjak melihat kecelakaan itu terjadi. Ia lebih sering diam dan menyendiri. Kalaupun teman-temannya mengajak untuk berkumpul, ia menolak mentah-mentah dan lebih memilih duduk menemani Milla yang masih koma.

Entah apa yang membuat Alfian datang ke tempat ini. Ia benar-benar sangat merindukan Milla, meskipun setiap hari ia selalu menatap wajah pucat gadis itu. Setelah diizinkan oleh Bi Lastri barulah, Alfian masuk ke kamar Milla. Kamar yang dominan bewarna cream, yang terlihat rapi dan ditata sebagus mungkin.

Alfian melihat bingkai foto yang terpajang di dinding ruangan itu. Foto yang memperlihatkan sebuah keluarga kecil. Terlihat jelas senyuman seorang perempuan kecil yang berdiri di tengah dalam foto itu. Tanpa sadar, ia ikut melekukkan bibirnya melihat senyuman perempuan kecil itu. Itu adalah foto Milla berusia lima tahun.

Pandangan Alfian kini jatuh pada tempat tidur yang menggunakan sprei bermotif bunga-bunga. Ada beberapa boneka Milla yang tersusun tapi di atas bantal. Salah satu boneka di sana terkesan familiar menurutnya. Alfian meraih boneka beruang bewarna putih tulang menatap benda itu dengan seksama. Boneka pemberiannya pada gadis itu beberapa waktu yang lalu. Boneka yang Milla bilang akan menjadi boneka kesayangannya.

Kian lama memandangi boneka itu, Alfian kembali meletakkan pada tempatnya semula. Cowok itu melirik sesuatu yang tampak tersembunyi dari balik bantal. Ternyata sebuah buku yang terlihat begitu lucu dengan gambar kepala boneka panda. Ia membalik buku berwarna merah muda itu,  membuka halaman pertama.

CAMILLA ADRIANA WIJAYA 💐

Nama panjang gadis itu menjadi pembukaan untuk buku itu. Alfian tersenyum ketika membaca nama itu dan melihat gambar bunga setelah nama itu. Tulisan yang terlihat sangat rapi membuat orang yang membacanya suka. Ia membalik halaman berikutnya.

Semenjak mama pergi, aku sendirian Ma. Papa selalu sibuk, dan jarang pulang kerumah. Aku kesepian Ma. Aku kayak gak punya siapa-siapa di rumah ini. Andai aja dulu, Mama ajak aku pergi, aku pasti bakalan senang. :( :(
Tapi, aku selalu ingat kata-kata Mama waktu itu. Mama pernah bilang sama aku, kalau bersyukur itu perlu, agar hidup kita terasa lebih bahagia.

Senyuman Alfian mendadak tenggelam setelah membaca curahan hati Milla di buku itu. Gadis ceria itu ternyata selalu merasa dirinya sendiri, tidak punya siapa-siapa. Meskipun ada Wijaya ayahnya. Alfian membalik lagi halaman berikutnya, sepertinya gadis itu selalu menulis perasaannya di buku itu.

Hari ini, hari pertama aku masuk sekolah. Aku senang masuk ke sekolah baru. Meskipun aku takut bakalan gak punya teman. Untungnya Monika juga masuk SMA yang sama kayak aku. Jadinya aku gak perlu khawatir. Punya sahabat kayak Monika membuat aku merasa masih ada orang yang peduli sama aku. Kami selalu saling cerita, apapun itu. :) :) :)

Alfian kembali membalik halaman buku itu. Halaman itu kosong, hingga beberapa halaman selanjutnya sama.

Aku gak tahu kenapa pintu toiletnya gak bisa dibuka setelah aku masuk. Aku takut, orang-orang pasti juga udah pulang. Karena emang waktu jam pulang sekolah. Aku baru bisa bernafas lega setelah cowok itu datang nolongin aku. Setelah nolongin aku dan liat wajah aku, dia langsung pergi. Aku berusaha kejar, hingga aku jatuh. Dia berbalik kembali dan ngobatin luka aku. Bodohnya aku, aku lupa nanya namanya dan liat name tag di bajunya.

Beberapa hari kemudian. Lagi, aku ketemu dia di minimarket. Aku baru tahu nama cowok itu Alfian, setelah Monika kasih tahu. Tapi, tatapan cowok itu aneh saat natap aku. Kayak tatapan gak suka dan terlihat ada yang dia bangun untuk menghindar. Dan aku gak tahu itu apa. Mungkin itu perasaan aku aja kali ya.

Beberapa kali kak Alfian nyelamatin aku. Tapi sikapnya masih kayak gitu. Kadang dia bersikap baik mau nolongin aku, kadang jutek, dan kadang cuek kayak orang gak kenal. Aku bingung sama sikap dia. Tapi yang jelas, aku berterima kasih karena dia udah nolongin aku. Tanpa aku sadari aku jatuh cinta sama dia.

ALFIAN DINATA PRASETYA, malaikat penolong aku.

Alfian menghela nafas panjang, ia kembali menatap tulisan itu. Rasanya tak percaya gadis itu menganggap dirinya seperti itu.

Aku takut, beberapa kali kak Edward maksa aku buat pulang bareng. Dan kali ini dia bener-bener gigih buat maksa aku. Bukannya aku mau suozon sama orang. Monika bilang Kak Edward selalu bikin masalah di sekolah dan hobi berantem. Gak tahu kenapa, aku sedikit takut sama dia. Aku bersyukur kak Alfian datang nolongin aku. Meskipun kedatangan kak Alfian bikin aku bingung. Kak Alfian bilang sama kak Edward aku ini pacarnya. Aku senang, saat dimobil kak Alfian bilang suka sama aku dan minta aku jadi pacarnya.

Alfian membalik halaman berikutnya. Ia terhanyut dan penasaran membaca buku itu sampai habis.

Aku gak pernah ada niat rebut kak Alfian dari kak Eriska. Kak Eriska marah sama aku, bahkan sampai nampar aku dan nyiram jus ke baju aku. Kak Eriska bilang, aku gak pantas buat kak Alfian. Dan kak Alfian cuma anggap aku sebagai bonekanya aja. Aku percaya sama kak Alfian, meskipun kadang sikap kak kak Alfian dingin dan galak sama aku. Aku percaya hati kak Alfian itu baik. Aku senang punya kak Alfian yang selalu lindungin aku. Aku ngerasa aku gak sendirian lagi.

Hari ini, kak Alfian berubah sama aku. Aku maklum kok sikap kak Alfian yang kadang cuek sama aku. Tapi kali ini rasanya beda. Aku sering liat kak Alfian sama kak Eriska di sekolah berduaan. Mereka kelihatan dekat, dan itu bikin aku sakit. Aku takut kak Alfian ninggalin aku. Aku gak mau berpikiran buruk, aku percaya kak Alfian gak akan mengkhianati aku.

Setelah dengar rekaman itu, aku sadar kalau kak Alfian itu sebenarnya benci sama aku. Setiap kali aku mencoba menutup telinga untuk pura-pura gak dengar itu, rasanya semakin sakit. Rasanya perih, saat mengetahuinya. Kenyataan bahwa orang yang sangat aku cinta ternyata sangat membenci aku. Aku gak kuat buat menerima ini. Aku gak tahu apa yang udah papa lakuin sampai kak Alfian dan keluarganya benci sama aku. Kak Alfian kenapa sih harus tega lakuin semua ini ke aku? Aku berharap apa yang dilakukan oleh kak Alfian selama ini ke aku tulus, tapi ternyata aku salah, semua itu hanya sandiwara untuk membuat aku terluka. Dan memang itu tujuan kak Alfian, untuk membuat aku terluka dan bahkan pergi dari dunia ini.

Setetes air mata jatuh dari sudut mata gelap Alfian membasahi buku yang berada di tangannya. Tangannya gemetar hingga buku itu jatuh ke lantai. Ia hanya membaca tulisan itu, tanpa merasakan apa yang Milla rasakan. Tapi mengapa hatinya terasa berkecamuk dan sakit setelah membacanya. Seolah mampu merasakan semua itu.

--------------------

Happy reading ❤❤❤

ALFIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang