Part 15
Milla menceritakan semua yang dialaminya sepulang sekolah pada Monika. Senyuman gadis itu merekah seraya melihati langit-langit kamar. Sumpah, hari ini benar-benar hari yang sangat membahagiakan untuknya.
Lain halnya dengan Monika yang tidak habis pikir, bagaimana bisa cowok cuek itu bisa menembak sahabatnya ini.
"Gila, gue gak nyangka sumpah, kok bisa?"
Suara gadis itu di seberang sana terdengar ecxited.
"Yaa bisalah, kenapa enggak?"
"Tapi ya Mil, lo yakin tahan sama sikap dia yang kayak gitu, sama kak Eriska aja yang udah kenal lama, cueknya minta ampun, apalagi sama lo yang bisa dibilang baru kenal."
Senyuman Milla mulai memudar, memperbaiki posisinya yang kini duduk sambil memeluk guling.
"Iya sih, kak Alfian itu cuek, kadang nyebelin, tapi gue percaya kok hati Alfian itu baik," ujar Milla mantap.
Monika tertawa renyah.
"Iyadeh, kalo gitu selamat, jangan lupa traktirannya besok, gue tunggu."
"Kalau udah bahas makan aja, lo cepet!" Milla mendengus, dan membuat sahabatnya di seberang sana terkekeh.
"Yaudah, bye." Milla mengakhiri sambungan teleponnya.
Setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya, Milla merapikan buku-buku yang berserakan di meja belajarnya. Sudah pukul sembilan malam, Milla melirik layar ponselnya. Tidak ada notifikasi apapun. Gadis dengan rambut yang diikat asal itu memutar bola matanya malas.
"Katanya kak Alfian mau nelpon aku malam ini, tapi kok gak ada juga sampai sekarang, apa dia lagi sibuk kali ya." Milla mengambil kesimpulan sendiri, diliriknya bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya.
Senyuman Milla mengembang. "Mama, aku mau cerita, hari ini ada cowok yang bilang suka sama aku Ma, dia minta aku jadi pacarnya. Aku juga suka sama dia, aku ngerasa dia selalu jadi penyelamat aku. Dia selalu nolongin aku, yaa meskipun kadang dia itu nyebelin Ma, tapi dia baik kok ma, aku boleh, kan Ma pacaran sama dia."
Waktu berlalu begitu cepat, sekarang sudah pukul sebelas malam. Milla sangat berharap Alfian akan menelponnya sesuai perkataan cowok itu. Nyatanya sampai jam segini tidak ada panggilan. Bahkan Milla tidak memiliki nomor cowok itu jika ia ingin menghubungi lebih dulu. Ada rasa sedikit kecewa menjalar di hati Milla. Sekalipun begitu, ia tetap berpikiran positif. Sekarang yang perlu ia lakukan adalah segera tidur agar besok pagi ia tidak kesiangan pergi ke sekolah. Gadis itu perlahan memejamkan matanya menyambut hari esok yang mungkin akan menyenangkan.
Ternyata, rencana tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Kenyataannya sekarang, Milla telat bangun pagi. Diantar oleh supirnya ke sekolah sama sekali bukan jalan terbaik untuk menghadapi masalah ini. Jalanan ibukota yang sangat padat pasti akan membuatnya telat sampai di sekolah jika menggunakan mobil. Milla memesan ojek online untuk mengantarnya sampai di sekolah.
Namun keberuntungan belum berada dipihaknya hari ini. Hari ini merupakan pertama kalinya ia terlambat. Apa boleh buat, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadikan. Guru piket sudah menantinya dengan tatapan mengintimidasi. Seperti biasa, hari ini jadwal piket pak Budi, laki-laki paruh baya yang memiliki aura yang sangat tidak disukai siswa-siswi, sekaligus ia guru yang mengajar pelajaran matematika di sekolah itu.
Pak Budi menurunkan kacamatanya hingga batang hidung, dengan teliti memperhatikan cara berpakaian Milla. Untungnya Milla bukan siswi nakal yang suka melanggar aturan berpakaian di sekolah. Pakaian standar yang selalu dikenakannya cukup membuat siapapun yang melihat menilainya siswi baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIAN [Completed]
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM BACA📍 Menghindar jauh-jauh dari gadis itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Namun semesta tidak berpihak padanya. Ketika gadis itu menganggap dirinya sebagai malaikat penyelamat. Semua berubah, membuatnya merutuki diriny...