Bagian Delapan

129K 6.8K 134
                                    

DILARANG KERAS MENG-COPY PASTE CERITA INI. JIKA KETAHUAN MELAKUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA, MAKA AKAN MENDAPATKAN SANKSI YANG SETIMPAL

***

"Lo gak pesan minum?" tanya Rangga, saat ia melihat Aleta yang hanya diam dan duduk manis dihadapannya.

"Tidak, Pak. Saya tidak minum beginian," jawab nya. Aleta melempar pandangan ke segala arah, melihat banyak sekali orang di dalam club ini. Ada yang tengah menari di lantai dansa, ada yang tengah tertawa ria di meja bar, ada juga yang tengah bermabuk-mabukan di sofa besar yang telah disediakan.

"Saya permisi ke toilet," pamit Aleta dan langsung bergegas mencari dimana toilet berada.

Setiap kali ia melewati keramaian orang, ia mencium aroma alkohol yang begitu menyengat di indera penciuman nya.

Ia mencuci tangan dan membuka ponsel nya. Sudah pukul 7 malam, ia sudah berjanji pada Mama nya akan datang hari ini. Pasti Mama nya berpikir Aleta sudah berbohong dan hanya menebar janji saja.

Setelah ia berdiam diri di dalam toilet beberapa menit, akhirnya ia kembali bergabung dengan yang lainnya.

"Saya harus pergi sekarang, Pak," ucap Aleta pada Zhafran yang tengah meneguk wine nya.

"Secepat ini? Bahkan pesta nya baru saja dimulai," ucap Zhafran sembari menatap gelas nya yang sudah kosong.

"Saya ada urusan, Pak. Saya harus pergi sekarang.."

"Biar saya antar," ucap Zhafran sembari berdiri di sebelahnya. Aleta sontak menggeleng untuk menolak penawaran Zhafran, "Tidak perlu, Pak. Saya bisa naik tax-"

"Tidak ada penolakan," ucap Zhafran cepat. Ia berjalan pergi meninggalkan meja dimana Rangga dan Rina tengah memandang dua sejoli itu yang sedang berdebat.

Aleta mendengus pelan lalu ia pamit kepada Rina dan Rangga. Ia langsung menyusul Zhafran yang sudah berada di samping mobilnya, "Kamu bisa bawa mobil kan?" tanya Zhafran. Aleta menatap Zhafran ragu, "Sedikit pak. Memang nya kenapa?" Aleta malah bertanya balik.

"Saya kan sedang mabuk. Kamu mau kita kecelakaan nanti?" Aleta menggeleng cepat, "Ya sudah, bawa mobilnya," Zhafran melemparkan kunci mobilnya kepada Aleta yang langsung disambut oleh perempuan itu dengan cekatan.

"Yakin, Pak?"

"Mas.." koreksi Zhafran sembari tersenyum kecil. Aleta menatap Zhafran heran. Kepribadian Zhafran seketika berubah dari Zhafran yang dingin dan acuh tak acuh.

Aleta kemudian masuk dan menarik nafas panjang sebelum ia memasukan kunci mobilnya.

"Kenapa?"

"Saya tidak yakin, Mas. Nanti kalau kita kecelakaan, bagaimana?"

"Bawa pelan-pelan saja, kan bisa," ucap Zhafran kesal. Aleta mulai perlahan menginjak gas dan langsung menjalankan mobilnya ke jalan raya. Ia begitu gugup, karena sudah sangat lama ia tak belajar mengendarai mobil lagi.

"Aleta! Pelan-pelan!" Zhafran terkejut saat Aleta menginjak rem dengan tiba-tiba.

"Maaf, Mas. Itu mobilnya yang bodoh, kenapa belok tiba-tiba," Aleta membela dirinya. Ia mendengar Zhafran menghela nafas panjang, "Kamu yang tidak lihat kalau mobilnya sudah pasang lampu sein untuk belok," Aleta memanyunkan bibirnya saat Zhafran mengomel padanya.

"Saya kan sudah bilang, kalau saya bisa pergi sendiri. Gak payah kamu antarkan," Aleta mulai kesal pada Zhafran.

"Pakai 'aku' saja, kamu terlalu formal," ejek Zhafran malas.

My Cold Boss Is My Love [END] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang