Bagian Lima

141K 6.9K 30
                                    

DILARANG KERAS MENG-COPY PASTE CERITA INI. JIKA KETAHUAN MELAKUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA, MAKA AKAN MENDAPATKAN SANKSI YANG SETIMPAL

***

Siang ini Aleta makan siang diluar kantor karena diajak oleh Rayyan sebagai ganti mereka tidak jadi nonton waktu lalu.

"Kamu mau makan apa?" tanya Rayyan sembari memegang daftar menu restauran ini.

"Nasi goreng seafood aja deh, Ray," jawab Aleta, "Dan minum nya.. es jeruk saja," tambah Aleta.

Rayyan menyebutkan pesanan mereka kepada pelayan restauran. Sembari menunggu, Aleta dan Rayyan berbincang banyak hal. Rayyan adalah teman semasa SMA di Bandung, mereka baru bertemu kembali beberapa minggu setelah Aleta tiba di Jakarta.

Ia tau, sejak lama laki-laki itu menyukainya sejak masih duduk di bangku SMA, namun apalah daya, ia tidak menyukai Rayyan tanpa sebuah alasan. Rayyan tampan, tinggi, baik, dan juga mapan. Siapa yang tidak ingin memiliki seorang Rayyan? Entahlah, mungkin karena Aleta hanya menganggap Rayyan sebagai sahabat nya saja dan tidak bisa lebih.

Mereka menikmati makan siang mereka dengan begitu lahap. Saat mereka usai makan siang, Rayyan langsung mengantar Aleta kembali ke kantornya.

"Terimakasih atas makan siang nya," ucap Aleta sembari tersenyum.

"Aku yang seharusnya terimakasih padamu, karena kamu mau makan siang sama aku," Rayyan membalas senyum Aleta dengan manis. Senyuman Rayyan membuat ia semakin terlihat tampan.

"Sampai jumpa, Aleta," Aleta mengangguk lalu melambaikan tangannya saat Rayyan hendak pergi.

Ia segera masuk ke dalam kantornya, masih ada waktu 10 menit sebelum jam makan siang nya habis. Aleta berjalan ke dapur kantor untuk membuat secangkir kopi susu untuk dirinya.

"Hai, Aleta. Kamu mau buat kopi untuk Pak Zhafran lagi?" tanya Tino. Aleta menggeleng, "Pak Bos tak datang lagi, No. Gak tau kenapa," ujar Aleta sembari mengaduk kopi susu buatannya.

"Sepertinya dia kelelahan karena malam kan, dia bekerja jadi pilot," tambah Aleta.

"Dia pekerja keras, bukan?"

"Bukan. Memang pilot adalah cita-cita Pak Bos," Tino mengangguk paham, "Jadi, untuk apa dia menjalani perusahaan ini, jika dia tidak suka?"

"Karena dia anak tunggal Pak Akbar, tentu dia yang harus menjadi pewaris semua kekayaan Pak Akbar, bukan?" Tino mengangguk untuk membenarkan ucapan Aleta. Aleta meninggalkan Tino yang tengah sibuk membuat beberapa kopi dari permintaan atasan.

***

Akhirnya jam kerja sudah usai, ia segera membereskan semua barang-barang nya serta berkas yang ada diatas meja kerja nya.

Saat Aleta sampai di lantai bawah, Rina dan yang lain juga sudah ingin beranjak pulang. Aleta yang melijat ada Rangga yang tampaknya tengah menunggu seseorang itu pun langsung ia hampiri.

"Eh, Pak Rangga. Nunggu siapa, Pak?" tanya Aleta ramah.

"Nunggu Rina, tuh. Lama banget keluar nya, gak tau ngapain aja didalam sana," ngeluh Rangga. Kening Aleta mengerut bingung, "Bapak dan mbak Rina, ada hubungan, ya?" goda Aleta dengan senyum aneh nya.

"Tidak! Kamu jangan aneh-aneh ya," ancam Rangga walau wajahnya terlihat semburat merah.

Aleta tertawa keras, "Wajah Pak Rangga tidak bisa berbohong, Pak," ejek Aleta.

My Cold Boss Is My Love [END] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang