Bagian Empat Belas

123K 6K 35
                                    

DILARANG KERAS MENG-COPY PASTE CERITA INI. JIKA KETAHUAN MELAKUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA, MAKA AKAN MENDAPATKAN SANKSI YANG SETIMPAL

***

"Papa harus kuat, Papa gak boleh ninggalin aku seperti Mama dulu.." pinta Zhafran disebelah Akbar yang masih belum siuman.

"Mas.."

"Papa pasti sembuh kan, Ta?"

Aleta yang gak tega melihat bos nya seperti ini pun hanya bisa mengangguk. Mencoba menyemangati Zhafran agar tak terlarut dalam kesedihannya.

"Permisi, Pak. Saya harus mengecek kondisi Pak Akbar. Bisa keluar sebentar?" tanya Dokter Mirza.

"Ayo, Mas.." ajak Aleta sembari membawa Zhafran keluar.

Aleta begitu melihat sisi lain dari seorang Zhafran Altair. Yang biasanya bersikap dingin, cuek, judes, dan acuh tak acuh, sekarang menjadi sosok yang begitu rapuh. Sosok yang seakan nyawa nya akan direnggut sebentar lagi. Begitu sakit dan menderita.

"Mas, lebih baik kamu istirahat. Ini sudah tengah malam, loh. Kamu gak capek?"

"Aku harus jaga Papa, Ta," jawab Zhafran.

"Biar aku saja yang jaga Pak Akbar, kamu istirahat. Nanti kita gantian jagain Papa kamu, ya?"

"Kamu saja istirahat duluan," Aleta menghela nafas sejenak.

"Ya sudah, aku ikut jaga Pak Akbar juga kalau begitu," Aleta duduk menyandar di bangku luar ruangan, sembari menatap putihnya dinding dihadapannya.

"Pak Zhafran.."

"Iya? Bagaimana kondisinya?"

Dokter Mirza tersenyum kecil, "Beliau sudah siuman. Dan saya ada berita penting untuk kamu," Alis Zhafran menyatu bingung, "Apa itu, Dok?"

"Kami telah mendapatkan donor sumsum tulang belakang untuk Pak Akbar. Jadi dengan segera, kita bisa melalukan operasi," mendengar hal itu, Zhafran merasa nyawanya kembali ada. Ia dapat menghembuskan nafas nya dengan lega, "Serius, Dok? Ya sudah, saya mau secepatnya lakukan operasi pada Papa saya, kalau bisa, besok," pinta Zhafran.

"Maaf, kalau besok kami belum bisa. Kondisi Pak Akbar belum kuat untuk melakukan operasi karena beliau baru sadar dari masa kritis nya," jelas Dokter Mirza.

Zhafran akhirnya hanya mengangguk dan menyerahkan semuanya pada pihak rumah sakit, "Lakukan yang terbaik untuk Papa saya, Dok," Dokter Mirza mengangguk yakin, lalu meninggalkan Zhafran dan Aleta untuk dapat berbincang dengan Pak Akbar.

"Hai, Pa. Apa ada yang sakit?" tanya Zhafran saat mendekati ranjang Akbar.

"Seperti yang kamu lihat, kondisi Papa semakin memburuk," jawab Akbar sedih.

"Tidak akan lama lagi, Pa. Pihak rumah sakit sudah mendapatkan sumsum tulang belakang untuk Papa. Jadi secepat mungkin, Papa bisa melakukan operasi," jelas Zhafran yang membuat hati Akbar bahagia mendengarnya.

"Kamu serius, Nak?" Zhafran mengangguk.

Aleta ikut bahagia melihat Ayah dan putranya bisa menarik nafas lega seperti sekarang.

"Aleta?"

"Iya, Pak--eh, Pa?"

"Kamu masih canggung saja manggil saya Papa," goda Akbar.

"Hehe, iya, soalnya kan saya gak terbiasa," ucap Aleta malu.

"Jadi.. kamu sudah pertimbangkan ucapan saya?"

My Cold Boss Is My Love [END] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang