Typo bertebaran, have fun gaes🙂
.
.
.Jennie sampai di rumah jam 10 malam. Dia baru saja pulang dari cafe. Sungguh melelahkan
Lalu ia segera masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Aneh pikirnya setelah selesai mandi, kemana yang lain?
Tidak ada satu orang pun di apartemennya saat ini. Kemana kak Jisoo?, Kemana Lisa?, Dan kemana Rose?, Lalu dia segera mencari hpnya untuk menghubungi salah satu diantaranya. Sial, baterainya lowbat. Lalu ia memutuskan untuk mencas hpnya di kamar dan kembali ke ruang tv.
Jennie menggonta ganti siaran televisi dan membesarkan volumenya. Dia menyukai keheningan, tapi ia tidak menyukai kesendirian. Terkadang ia mendengar suara bisikan jika dia hanya sendirian, itu alasannya dia suka menggunakan earphon.
Keheningan perlahan mencengkeram dirinya, dipeluknya kedua lututnya kuat.
Bayangan masa lalu menghampiri dirinya
"Anak manis, kau akan selalu sendiri. Ikutlah bersamaku karena kau akan tenang setelah pergi dengan ku,"
Gubrak!! Citt!!
Keringat mengucur deras dari pelipis Jennie. Perlahan ia menengadahkan wajahnya dan melihat ke sekeliling. Hanya satu tujuannya sekarang, segera dia bangkit berdiri dengan kakinya yang gemetar dan lemas bersamaan. Diraihnya gagang pintu kamarnya, lalu segera meraih tasnya dan mengotak atik saku tasnya.
Hingga tangannya berhasil meraih sebotol obat yang isinya berupa beberapa pil berwarna putih. Jennie membuka botol itu dengan panik, lalu meminumnya tanpa air. Perlahan air mata ikut mengucur dari kelopak matanya. Badannya terperosot ke lantai dekat ranjangnya.
Secara tidak sadar tangannya bergerak ke arah rambutnya dengan jari lentiknya yang mulai menjambak rambutnya kasar, hingga meninggalkan beberapa helai rambut di sela-sela jarinya. Matanya terpejam kuat menahan takut yang mulai menguasainya. Hingga seseorang berlari ke arahnya dan memeluknya, berusaha menenangkannya.
"Tenang Jen, tenang. Kakak di sini oke," Jisoo jelas terlihat panik ketika menyadari Jennie yang sungguh mengenaskan. Ia benar benar merasa bersalah pada Jennie karena pergi hingga lupa waktu.
"Soo?, Jennie kenapa?," Tanya Yuta di ambang pintu kamar Jennie dan Jisoo. Jisoo baru sadar jika tadi di parkiran ia langsung berlari dan masuk ke apartemen karena mengingat biasanya Jennie pulang jam segini.
"Nggak apa-apa kok kak, kakak tunggu di depan tv dulu ya. Bentar lagi aku keluar, aku juga mau ganti baju." Jelas Jisoo yang mendapat anggukan paham dari Yuta. Yuta segera pergi setelah menutup pintu kamar bertuliskan Jisoo dan Jennie di depannya. Dia jadi penasaran apa yang terjadi sebenarnya.
Jisoo membantu Jennie untuk bangun dan duduk di ranjang tempat tidur. Wajah Jennie sungguh pucat dengan keringat yang masih terus bercucuran.
Jisoo menatap miris keadaan Jennie. Ia merasa sedih karena tidak bisa menjaga adiknya yang satu ini. Perlahan Jisoo menepuk-nepuk pelan tangan Jennie, berusaha menenangkannya. hal yang biasa ia lakukan jika Jennie bertingkah seperti ini.
Perlahan kesadaran Jennie kembali, matanya melirik liar ke sampingnya, "kak Jisoo?, Kapan kakak sampai?, Apa kakak sudah makan?," Tanya Jennie kemudian dengan senyum menenangkan.
"Ya aku sudah makan," saut Jisoo dengan senyum simpul.
Ya, selalu saja seperti ini. Jisoo selalu dibuat bingung jika mengahadapi sikap Jennie ini. Pertama Jennie ketakutan, kedua Jennie terdiam, dan ketiga jennie akan bertingkah seperti biasanya.
"Aku akan keluar, temui aku jika butuh sesuatu," saut Jisoo yang mendapat anggukan patuh dari Jennie. Jisoo mengusak sayang pucuk rambut Jennie lalu keluar dan menemui Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETED
Fanfiction[END] "bukankah iblis hanya sekedar malaikat bersayap hitam?, Lalu kenapa dia sangat dibenci?," Kim Jennie "Mungkin kalian tidak bisa mengerti. Tapi aku harap kalian bisa memahaminya." Kim jisoo "Siapa kau sebenarnya?, Malaikat atau iblis, kemana ka...