13

886 78 2
                                    

Warning!!, typo bertebaran, jangan lupa vote nya gaes😁
.
.
.

Jennie berjalan tak tentu arah. Pikirannya kalut bagai benang usang yang terlilit lantas kusut dikemudian detiknya. Tidak tahu bagaimana caranya langkahnya menuntun dirinya hingga kepinggiran sungai Han. Pemandangan ramai orang yang terlihat harmonis, berbanding terbalik dengan dirinya saat ini.

Matanya mulai berkaca ketika mengingat kata-kata yang diucapkan Lisa dan Rose. Bahkan ia sendiri tidak mengingat jika ia memang anak angkat. Ia mengepalkan tangannya lalu mengayunkan tangannya seakan-akan meninju udara, melampiaskan semua tekanan yang meluap dalam dirinya.

Ia diam ketika melihat Taeyong yang berdiri tak jauh di depannya, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun hal itu langsung dia tapis karena berpikir keadaan malam yang menghalangi penglihatannya.

Tanpa kata-kata Taeyong menuntun Jennie untuk duduk di pinggiran sungai Han. Memperhatikan bintang dan kemerlapnya lampu malam

"Apa kau baik-baik saja?,"

Satu pertanyaan yang saat ini Jennie ingin dengar, namun tidak ada seorangpun yang bertanya akan hal itu. Sontak hal itu membuat mata Jennie kembali berkaca-kaca.

Jennie senyum simpul menatap Taeyong, "ya aku tidak baik-baik saja, tapi pasti akan kembali baik-baik saja."

Hanya orang yang tak cukup pintar yang akan mempercayai ucapan Jennie. Ekspresi itu terlihat tersamarkan oleh gelapnya malam, dan suara parau nya teredam percikan air sungai Han.

"Apa jenismu sebenarnya?, Bahkan menangis saja dirimu tak sudi, Sungguh lucu ku lihat dirimu," sindir Taeyong dengan maksud membantu Jennie untuk melepas topengnya.

Taeyong yakin seratus persen, jika wanita ini selalu menggunakan topeng tak terlihat. Mengabaikan semua ucapan di sekelilingnya dengan headset, dan sekarang wanita ini tetap mempertahankan topengnya di saat-saat terendahnya.

Jennie kembali tersenyum kecut, ia memukul pahanya beberapa kali untuk menahan sesuatu yang akan jatuh dari pelupuk matanya.

"Aku baru ingat," ujarnya miris ketika sebesit ingatan masa lalu berputar di pikirannya, "aku tak boleh menangis jika waktunya tidak tepat, ya waktunya belum tepat," ulangnya dengan nada yang semakin menyayat batin Taeyong

"Siapa kau sebenarnya?, Malaikat atau iblis, kemana kau jual jiwamu itu sebenarnya?" Lee Taeyong berujar frustasi, "apa kau iblis yang dengan sok berperan bagaikan penjahat, atau kau malaikat yang selalu berusaha membuat semua orang tersenyum?,"

"Kau tidak berhak mengkritik hidupku," tegas Jennie "ini hidupku tuan Lee Taeyong, bukan hidupmu"

Taeyong kembali menghela nafas kesekian kalinya, "Jen, gimana caranya rose bisa memahami dirimu, sementara kamu tidak bisa memahami dirimu sendiri," nada Taeyong melembut.

Jennie diam memahami kata-kata Taeyong. Secara tidak langsung ia menyetujui ucapan Taeyong. Dan itu membuatnya semakin kehilangan langkah

"Jadi apa yang harus aku lakukan?," Cicit Jennie

Taeyong tersenyum samar ketika berhasil membujuk Jennie untuk mendengarkan kalimatnya. Sesungguhnya ia mengetahui masalah Jennie dari Jisoo beberapa jam lalu. Jisoo menangis, dah hal itu membuatnya takut. Harusnya dia menelpon ke Yuta bukan? jika terjadi sesuatu seperti ini. Namun ia mengetahuinya beberapa menit yang lalu pas awal bertemu dengan Jennie. Jisoo mempercayakan Jennie pada dirinya.

Tiba-tiba ada sesuatu yang mendesak dari dalam diri Taeyong untuk bertindak sebagai seorang lelaki

"Aku akan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia ke manusia," ujar Taeyong yang menarik perhatian Jennie

My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang