11

893 82 0
                                    

Warning!!, Typo bertebaran
.
.
.

Jennie, Jisoo, dan Lisa duduk diam di meja makan. Atmosfer diruang itu jelas berubah drastis setelah penghuni rumah menyadari hilangnya keberadaan Rose.

Jisoo yang menyadari diamnya Jennie karena kekhawatiran yang memuncak segera memerintahkan Lisa untuk menghubungi Rose. Lisa langsung menurutinya namun kemudian menggeleng setelah terdapat nada tolak di sebrang sana.

Karena kecanggungan yang tidak mengenakkan itu, Lisa memutuskan masuk ke kamar setelah menyimpan sisa makanannya yang masih banyak di tempat cuci piring.

Jisoo menatap Jennie dalam, "jangan terlalu khawatir Jen.  Rose sudah besar ia bisa menjaga dirinya sendiri," bujuk Jisoo yang mendapat lirikan balasan dari Jennie.

Jisoo sedikit terkejut menyadari kegelapan yang jelas menyelimuti mata Jennie, tersirat sedikit ketakutan sama seperti tujuh belas tahun lalu. Malam dimana kecelakaan itu terjadi dan membuat Jennie kehilangan sebagian ingatannya.

"Aku tahu itu," ujar jennie, "dia sudah cukup dewasa untuk memilih jalannya, tetapi anak itu mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya, bagaimana jika hal yang benar ditakuti mama terjadi?," Lanjut Jennie sambil meremas tangannya diatas meja.

Jisoo semakin merasa sedih. Ini bukan beban yang seharusnya dipikul oleh Jennie sendirian. Dialah kakak tertua disini, tetapi dia merasa gagal menjadi seorang kakak.

"Jen kejadian 10 tahun yang lalu itu bukan salahmu Jennie, berhentilah menyalahi dirimu sendiri disini," tukas Jisoo kemudian sedikit frustasi mengahadapi diri Jennie

"Aku yang melihat kejadian malam itu. Seharusnya mama tidak melindungiku, mungkin mama masih disini, andai aku bisa mengehentikan pria brengsek itu kak!, Mung-," Jennie terdiam setelah merasakan pelukan Jisoo yang mencoba menenangkannya

Ini terlalu berat bagi Jennie, Jisoo bertekad sebelumnya untuk membantu Jennie keluar dari masalahnya, tapi sekarang?. Tidak ada kata yang bisa Jisoo berikan untuk menenangkan tubuh Jennie yang sedikit bergetar, "Jen, pikirkan juga tentang sakitnya. Jangan sampai hal ini memperburuk keadaanmu," benar disini Jennie tidak hanya terluka secara psikologis tetapi batin dan fisiknya juga sedang sakit. Dan hal ini yang membuat Jisoo semakin merasa bersalah, karena dia sajalah yang mengetahui tentang penyakitnya Jennie.

Lalu Jennie sedikit mendongak memperhatikan wajah Jisoo yang sedikit berlinang air mata, "aku tidak mau kejadian itu terulang, aku" suara Jennie sedikit tercekat, "aku tak mau kehilangan orang-orang yang ku sayangi sekali lagi,"

Jisoo sedikit menjarakkan badannya dan menghapus air matanya, sama seperti yang dilakukan Jennie ketika menyadari Lisa yang keluar dari dalam kamar dan menuju pintu keluar

"Lisa mau kemana?," Interupsi Jennie

Lisa sedikit menolehkan kepalanya, "hari ini aku dan Ten harus menandatangani kontrak untuk mengisi salah satu acara pembukaan di perusahaan pusat kota," jelas Lisa kembali melanjutkan langkahnya

"Apa kamu lupa, jika aku mela-"

Lisa mennyela kata-kata Jennie, "tidak ada yang berhak mengatur hidupku, selain diriku," tegas Lisa yang langsung pergi dengan acuh

"Yak Lalisa!," Teriak Jennie yang tak di gubris dengan Lisa

Lisa segera pergi dan mendapati sosok Ten yang sudah menunggunya di depan pintu, bertanya dengan kerutan bingung dikening. Lisa langsung menarik tangan Ten untuk segera berjalan menuju parkiran.

Selama diperjalanan Ten melirik khawatir kearah Lisa, "Lis, Lo nggak apa kan?," Tanya Ten yang tidak mendapat jawaban dari Lisa

Ten semakin terkejut ketika menyadari Lisa yang tengah menangis dan memutuskan untuk meminggirkan mobilnya

My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang