Warning!!, Typo bertebaran
.
.
.Yuta dan Ten tergesa-gesa menuju lift, dan segera keluar ketika pintu lift sudah terbuka. Mereka berlari menuju sebuah pintu. Dan terdiam di depan pintu itu.
"Lisa memberi tahuku sandinya," ujarnya lalu mengetikkan beberapa nomor dan terbukalah pintu itu
Mereka terkejut ketika memasuki apartemen itu. Pecahan kaca dan lumuran darah dimana-mana.
Ten segera menghampiri Lisa, "apa yang terjadi?," Tanya Ten panik, namun Lisa tak menjawab.
"kak Yuta tolong kak Jisoo," lirih Lisa yang masih berusaha menahan sakit sambil menunjuk Jisoo yang pingsan
Yuta segera bergerak cepat mendekati badan Jisoo, batinnya miris ketika menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi muka Jisoo yang penuh luka memar.
Menapis semua hal itu, Yuta memindahkan posisi Jisoo kepahanya dan segera mengecek urat nadi Jisoo dan pernapasannya, Jisoo sedikit mengerang ketika Yuta menyentuh bagian perutnya. Yuta kembali terdiam ketika menyadari beberapa tulang rusuk Jisoo yang pasti memar. Apa yang terjadi sebenarnya?, Batin Yuta ketika mengingat beberapa menit yang lalu ketika Lisa menelpon Ten dan mengabari jika sesuatu terjadi di apartemen mereka
Tidak pernah seburuk ini kejadian yang ia pikirkan.
"Ten telpon ambulans," pintah Yuta yang mendapat anggukan dari Ten.
Yuta mengelus pipi Jisoo yang sedikit memar, kemudian mencium kening Jisoo lembut, seakan-akan tidak mau kehilangan wanita yang telah merubah hatinya itu.
"Kumohon, jangan tinggalkan aku," bisik Yuta.
Lisa sedikit terisak ketika Ten sekali lagi bertanya, "apa?, Apa ada yang sakit?," Panik Ten menangkup kedua pipi Lisa
"Apa kak Jisoo akan baik-baik saja?," Tanya Lisa menatap mata Ten dalam.
Dasar wanita ini. Dia bahkan juga terluka sekarang, tapi ia malah memikirkan orang lain, "dirimu juga terluka. Pikirkanlah dulu dirimu,"
Air mata kemudian menetes dari pelupuk matanya, "kak Jisoo sudah menolongku, makanya ia luka separah itu. Bagaimana, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan kak Jisoo?, Rose juga. Papa membawanya pergi, apa yang akan terjadi dengan Rose nantinya," isak Lisa
Ten terdiam. Dia tidak tahu apa-apa tentang pikiran Lisa yang sangat banyak. Itu sebabnya, yang bisa dia lakukan hanya memeluk Lisa untuk menenangkannya, "tidak apa-apa," bisik Ten saat memeluk Lisa secara berulang-ulang.
***
Jennie berlari di lorong rumah sakit. Matanya sibuk mencari keberadaan ruang UGD, mengabaikan teriakan Taeyong yang menyuruhnya hati-hati agar tidak menabrak orang lain.
Napasnya terengah dengan langkahnya yang perlahan berhenti ketika melihat seseorang yang ia kenal sedang menunggu di depan pintu UGD. Jennie berusaha menetralkan napasnya, dengan ragu ia mendekati orang itu
"Bagaimana keadaan kak Jisoo?," Tanyanya takut
Yuta menggeleng lemah, "masih belum ada kabar,"
Jennie memejamkan matanya sejenak, kemudian menarik napas dalam, "bisakah aku minta tolong?," Tanyanya yang menarik perhatian Yuta dan Taeyong
Ini pertama kalinya bagi mereka mendengar Jennie meminta tolong, tetapi masa bodoh dengan pemikiran itu. Dia harus melindungi saudarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETED
Fanfiction[END] "bukankah iblis hanya sekedar malaikat bersayap hitam?, Lalu kenapa dia sangat dibenci?," Kim Jennie "Mungkin kalian tidak bisa mengerti. Tapi aku harap kalian bisa memahaminya." Kim jisoo "Siapa kau sebenarnya?, Malaikat atau iblis, kemana ka...