Warning!! Typo bertebaran
.
.
.Taeyong masih setia duduk menemani Jennie yang masih tertidur tanpa niat untuk bangun. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi Taeyong tidak merasa kantuk sama sekali.
Setelah menjalani operasi yang cukup lama, akhirnya Jennie di pindahkan ke ruang rawat untuk dirawat secara intensif.
Tidak bosan-bosannya Taeyong menatap wajah wanita di depannya itu sedari tadi, terasa candu bagi Taeyong untuk memandangi wajah rupawan Jennie yang sekarang sepucat kapas.
"Kapan kau akan bangun?, Banyak orang yang sedang menunggumu disini," bisik Taeyong sambil menggenggam erat jemari tangan Jennie.
Sebuah ketukan menyadarkan Taeyong dari harapannya terhadap Jennie.
Jisoo tampak mengintip di sebalik pintu, lalu memunculkan dirinya dengan senyum ketika matanya bertemu tatap dengan Taeyong. Taeyong hanya bisa membalas senyuman Jisoo dengan senyum tipis tampak sendu.
Jisoo mengambil posisi disamping Taeyong sambil menatap Jennie, "bagaimana pun keadaannya, Jennie selalu terlihat cantik ya," ujar Jisoo dengan senyum yang tak pernah pudar.
Taeyong hanya mengakui akan hal itu di dalam hatinya, memang tidak ada yang lebih cantik dari pada Jennie-nya.
"Aku berharap bisa memundurkan waktu agar dapat mengembalikan semua hak yang seharusnya ia dapat," Jisoo menarik napas sejenak, "dia bertindak, berpikir, dan hanya memperhatikan kami, tetapi kami malah menyakitinya terus menerus," air mata mulai menetes dari pelupuk mata Jisoo.
"Apa aku sudah menjadi seorang kakak jika aku hanya bisa menolong seorang adikku dengan cara membiarkan yang lainnya terluka?," Tanya Jisoo semakin terisak
"Bahkan ia tidak mengetahui kapan ia merayakan ulangtahun sesungguhnya," Jisoo menarik napas sejenak lalu kembali melanjutkan ceritanya tentang Jennie kepada Taeyong.
Jisoo tersenyum dengan linangan air mata yang terus mengucur, "aku ingat, hari dimana pertama kalinya ia merayakan ulangtahunnya," Jisoo masih saja tersenyum memandangi wajah Jennie, "dia sangat senang saat itu, banyak orang yang memberinya selamat, tetapi sesungguhnya aku tahu, jika adikku ini terlalu jenius diusianya yang masih belia, dengan cepat dia menyesuaikan ekspresi dan mengontrol kata-katanya,"
Taeyong tampak mulai tertarik dengan cerita Jisoo, hingga akhirnya Taeyong memandang Jisoo dan mendengarkannya dengan seksama
"Aku tau Jennie mengetahui sejak lama jika itu bukan ulang tahunnya, tetapi dia tidak ingin merepotkan siapapun. Terkadang aku tidak bisa menduga apa yang akan ia lakukan, karena dia terlalu tertutup dan selalu menampilkan ekspresi yang lainya,"
Jisoo kembali tersenyum dan menghapus kasar jejak air mata di pipinya.
"Tetapi di luar itu dia tetap menyayangi kami keluarga palsunya,"
Taeyong menarik napas sejenak, "Kartu keluarga yang palsu tidak menjamin keterikatan persaudaraan kalian yang palsu,"
Jisoo terdiam mendengar ucapan Taeyong. Ucapan itu terasa seperti palu yang menghantam kuat kepalanya.
"Apa kau tidak terlalu egois hanya berfokus untuk terus mengasihani Jennie?, Bahkan Jennie saja selalu kuat dan tegar agar tidak terlihat lemah." Taeyong menjeda kalimatnya sejenak, "jika kau terus bertingkah seperti ini, aku tidak yakin di pihak siapa kau sebenarnya."
Jisoo mengedipkan matanya berkali-kali, berusaha memahami ucapan yang dilontarkan oleh Taeyong.
"Kawan atau lawan, dimana kedudukanmu tepatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETED
Fanfiction[END] "bukankah iblis hanya sekedar malaikat bersayap hitam?, Lalu kenapa dia sangat dibenci?," Kim Jennie "Mungkin kalian tidak bisa mengerti. Tapi aku harap kalian bisa memahaminya." Kim jisoo "Siapa kau sebenarnya?, Malaikat atau iblis, kemana ka...