Warning typo bertebaran 🤤
.
.
.Jennie mengetuk pintu yang tidak lama kemudian di bukakan oleh Lisa. Dengan penuh minat Lisa melihat bungkusan Jennie yang penuh es krim.
"Butuh bantuan kak?," Tanya Lisa yang tidak melepaskan tatapannya dari bungkusan itu.
Jennie hanya bisa tersenyum simpul melihat tingkah adeknya yang satu ini. Ingin rasanya dia mengusap kepala Lisa saking gemesnya. Tapi ya gimana, tangannya tidak akan bisa menjangkau kepala Lisa jika dia tidak sedikit menjijit. Jadi yang dia lakukan hanya bisa menepuk nepuk singkat pundak Lisa.
Jennie masuk ke apartemen barunya sambil mengekor di belakang Lisa. Di dengarnya suara heboh di tengah ruangan.
Luar biasa. Belum 24 jam mereka menetap di rumah itu, dan mereka sudah kedatangan tamu. Sungguh keramaian yang menyiksa dirinya.
"Hai Jen" sapa Ten dengan mulut penuh cemilan
Jennie hanya bisa menatap dengan muka datar. "Kamarku yang mana?," Tanya Jennie pada Lisa.
"Yang sebelah kiri kak. Kakak sekamar dengan kak Jisoo," jawab Lisa dengan tangan yang sudah siap dengan es krim vanilla ditangannya.
Jennie pergi meninggalkan ruang tv yang hening karena kedatangannya. Menyisihkan kecanggungan yang amat kentara.
"Rose, kenapa sih Lo kelihatan benci banget sama Jennie?," Pertanyaan tak terduga datang dari Ten. Pertanyaan yang seharusnya tak di utarakan sekarang. Hanya tatapan yang menghujamlah yang membalas jawaban Ten.
"Gue benci dia kerena dia saudara gue, sok ngatur, sok jadi kakak, dan gue paling benci dia tuh sok peduli." Jawab Rose tanpa beban sedikit pun
"Rose jangan bicara seperti itu, nanti dia bisa dengar" Tegur Lisa.
"Bodo amat. Siapa tau dia bisa sadar kalau dengar," sindir Rose mengenyampingkan sifat lainnya tanpa sungkan ke orang-orang baru.
Tidak tahan lagi, Jisoo meluapkan omosinya "Rose!, Tidak baik bicara seperti itu. Dia itu kakak kamu, saudara kita juga. Bahkan mama pasti akan sangat marah jika mendengar ucapanmu itu," pelan Jisoo di akhir kata.
"Kalau iya, mama pasti akan memihak padanya," ketus Rose "intinya satu, kalian sama saja." Ujar Rose lalu masuk ke kamarnya, dengan cara membanting pintu
"Udah kak, nanti dia baik sendiri," kata Lisa yang terdiam dengan es krim yang mulai mencair karena diabaikan oleh pemiliknya.
Melihat suasana yang benar benar tidak bersahabat, Taeyong mengambil inisiatif berdiri dan izin untuk pamit, "mungkin kunjungan kami hari ini cukup sampai sini. Sepertinya kalian kelelahan dan butuh istirahat," ujar Taeyong yang langsung di ikuti kawan kawannya untuk pamit.
"Ya, maaf membuat kalian tidak nyaman karena melihat yang tadi," jawab Jisoo dengan senyum canggung.
Jisoo dan Lisa mengantarkan kepergian Taeyong dkk sampai dekat pintu. Hening. Hal itulah yang mewakili suasana sekarang.
Jisoo menghela nafas sejenak, "Lisa tolong bantu kakak siapkan meja untuk makan malam ya" perintah Jisoo halus kepada Lisa
Lisa tersenyum sambil membuat lambang hormat dengan tangannya di alisnya, "siap kapten Jisoo"
Benar, mereka harus kuat untuk bisa mempertahankan keluarga mereka, walaupun terkadang itu menyiksa.
Ketukan di pintu menyadarkan Jennie dari lamunannya, sekian lama dia berdiam diri di dalam kamar. "Jen ayo makan," ajak Jisoo yang langsung di turuti oleh Jennie.
Jennie duduk di depan Lisa, yang terus tersenyum kepadanya, tapi mau tidak mau Jennie ikut tersenyum karena melihat senyum adeknya yang manis itu. Namun ukiran senyum itu menghilang disaat melihat Jisoo datang seorang diri.
"Rose mana kak?," Tanya Lisa. Jisoo kembali tersenyum dan menarik kursi di samping Lisa, "dia sudah tidur, tidak enak membangunkannya. Paling kalau lapar juga bangun tuh anak" jelas Jisoo.
Kebohongan yang tidak di perlukan sebenarnya. Karena apa, karena Lisa dan Jennie mengetahui benar alasannya.
Jennie
Jennie-lah alasan utama dari ketidakhadirannya Rose. Rose selalu memiliki seribu alasan dan cara supaya dia tidak berpapasan sebisa mungkin dengan Jennie di rumah.
Tetapi Lisa dan Jennie memilih diam dan berpura-pura untuk mengerti. Malam panjang yang mencengkram dengan suasana teramat canggung.
***
Motor Ten berhenti di tempat parkir apartemen, "sialan lu Ten," hujat Lisa dengan kesal, "kalau gue mati, lu mau tanggung jawab apa?,"
Ten hanya nyengir kuda dengan gigi putihnya, "janganlah, kalau lu mati nanti gue gimana?,"
Lisa hanya melihat datar muka penuh cengiran itu, "untung aja kan sayang, kalau nggak dah gua lempar lu ke sungai Han" lanjut Lisa kalau terlebih dahulu menyusuri apartemen.
Lisa menyebrang menuju jalan keluar parkiran, tak disangka ada mobil dengan kecepatan penuh melaju kearah Lisa. Untung saja Ten sempat menarik lengan Lisa, akibat efek tarikan yang kencang itu Lisa tidak sengaja menubruk dada bidangnya Ten. Meski tubrukan itu sangat kuat, namun Ten berhasil menahan tubuhnya dan Lisa agar tetap berdiri.
"Dasar mobil gila!, Nggak tau ya kalau ini lagi di parkiran," kesal Ten sambil sedikit berteriak.
Sementara Lisa masih terdiam karena shock, ntah shock mau ketabrak atau shock karena posisinya sekarang. Pokoknya Lisa bingung.
"Ya lord, apa kabar jantung gue"-batin Lisa
Ten terdiam setelah menyadari posisinya, dan sedetik kemudian seperti ada yang berdetak lebih kencang di dadanya. Bahkan ia khawatir jika Lisa dapat mendengarnya.
Lisa kemudian mundur melepaskan zona nyamannya, eh maksudnya melepaskan--walau sedikit tidak rela--pelukan Ten.
"Maaf," ujar Ten canggung " lu nggak apa-apa kan??" Tanya Ten yang mendapat anggukan dari Lisa.
Saat sudah sampai di depan apartemen Lisa, Lisa mengajak Ten untuk mampir sejenak. Itu sebabnya sekarang Ten sedang duduk santai di sofa. Di lihatnya Lisa yang sedang sibuk di dapur menyiapkan sesuatu sambil bersenandung ria.
Lucu
Itu lah kata yang terlintas di kepala Ten. Lisa datang dengan senampan penuh cemilan dan sebotol soda.
Mereka memakan cemilan itu sambil menonton tv, kerap sekali mereka berebut remote hanya untuk mengganti siaran. Hingga tak sengaja mereka berdua tertekan tombol dan terganti sebuah film yang sedang menunjukkan adegan panas dari sepasang ke kasih yang sedang berciuman dalam.
Hanya menelan salivanya sendiri lah yang bisa di lakukan Ten. Sementara Lisa terdiam. Sesungguhnya sih Lisa sudah biasa melihat adegan seperti itu saat nonton drama bersama Rose, tapi sekarang, sekarang sungguh lain. Karena sekarang dia sedang menyaksikan adegan untuk tujuh belas tahun ke atas bersama Ten. Kemajuan yang luar biasa.
"Ekhemm," deham Ten yang tersadar terlebih dahulu ketika adegan itu berlalu, "Lisa, bosan nggak?, Main kuy" ujar Ten menatap Lisa tepat di manik.
Sementara jantung Lisa sudah berdetak kencang, tapi bukan Lisa namanya jika dia mundur.
"Main apa?,"
_____
Hohoho😂, apa kabar gaes. Lama sudah kita tidak bertemu, akhirnya nih cerita bisa lanjut🤤🤤. Maaf atas segala typo dan kesalahan
Jangan lupa vote dan coment nya sangat di perlukan😘
-140319-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETED
Fanfiction[END] "bukankah iblis hanya sekedar malaikat bersayap hitam?, Lalu kenapa dia sangat dibenci?," Kim Jennie "Mungkin kalian tidak bisa mengerti. Tapi aku harap kalian bisa memahaminya." Kim jisoo "Siapa kau sebenarnya?, Malaikat atau iblis, kemana ka...