Warning typo bertebaran!!
.
.
.Beberapa Minggu berjalan. Banyak tantangan dan halangan yang dihadapi oleh kakak beradik Kim itu, selama mereka tinggal di Korea. Ya tetapi dengan bersama mereka pasti bisa, ditambah sekarang mereka semakin dekat dengan Ten dkk.
Jennie berjalan keluar dari cafe, berpisah di simpang jalan lampu merah dengan Nayeon dan Yuqi, menuju halte yang terlihat ramai dengan orang-orang yang baru pulang.
Ya, jam di arlojinya masih menunjukkan pukul 8 malam, tetapi ia sudah harus menyudahi kerjanya karena si bosnya--Irane-- ada acara keluarga.
Bus perhentian selanjutnya datang. Jennie mengambil posisi paling strategis, di sudut belakang dan segera menyumpal telinganya dengan earphone berwarna putih.
Sempat terhenyak dengan suasana malam yang cukup ramai, dia mengetatkan jaketnya. Tidak tahu mengapa Jennie merasa sangat kedinginan hari ini, ingin cepat-cepat mandi dan berebahan di kasur pikirnya.
"Hari yang melelahkan bukan?," Ujar seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelah Jennie, membuatnya menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Hmn," jawab Jennie singkat lalu memperhatikan pakaian yang di kenakan Taeyong, "darimana?" Tanyanya
"Dari suatu tempat yang seharusnya tak pernah dikunjungi," ujar Taeyong masih memperhatikan Jennie.
"Oh, berbanggalah tempat itu karena berhasil dikunjungi olehmu," ujar Jennie ringan sambil menoleh ke arah Taeyong sejenak.
Taeyong terdiam dan sebuah pertanyaan kembali terlintas ketika memperhatikan mata Jennie, "Apa kita pernah bertemu Sebenarnya?,"
"Ya," jawab Jennie yang mendapat pelototan kaget dari Taeyong, "di kampus, di apartemen, dan sekarang di bus, terlalu sering bahkan" ujar Jennie terlihat jengah
Mendadak tampang Taeyong menjadi datar, namun detik kemudian smirk nakal lolos dari wajah tampannya
"Apa kau tidak tahu Jen?" Tanya Taeyong yang membuat Jennie sedikit penasaran, Taeyong memberi isyarat pada Jennie agar mendekat, "Tandanya, kita berjodoh Jen," jawab Taeyong dengan pede kemudian mengambil earphone Jennie sebelahnya dan menyumpalnya di telinganya. "Wah selera lagumu bagus," lanjut Taeyong tanpa rasa bersalah
Jennie hanya bisa diam dan memilih ikut bersendar di kursi bus. Tak beberapa lama Taeyong kembali berbicara dan berhasil membuat Jennie ikut dalam pembicaraannya, gurauan Taeyong berhasil membuatnya tertawa. Sungguh malam yang indah dan mendadak dia melupakan kasur empuk yang menantikannya di kamar.
Jennie dan Taeyong keluar dari bus dan berjalan dengan perdebatan. Perdebatan yang sungguh tidak berguna, tetapi tidak ada yang mau mengalah sedikit pun.
"Tidak, aku yang menang" tegas Jennie kemudian, "bahkan kamu saja tidak tau siapa yang memberi nama buku sebagai buku, kenapa namanya harus buku dan bukannya pena," kekehan Jennie terdengar jelas karena membayangkan seberapa kekanak-kanakannya mereka.
Taeyong tersenyum dan kembali menyanggah, "tadi kamu juga belum menjawabku, siapa penemu lambang cinta sebenarnya," jelas sekali Taeyong tidak tertarik kalah
"Cinta itu hanya sekedar lambang yang di buat seseorang yang sebenarnya tidak berarti namun berpikir itu perasaan mereka" ledek Jennie, "sungguh sebuah kata yang tidak ada logisnya," tambah Jennie berhenti sejenak untuk berkacak pinggang
Taeyong menaikkan alisnya dan sudah jelas sebuah smirk terukir di bibirnya, "itu sekedar opini primitifmu nona Jennie, karena kamu belum pernah merasakannya," sindir Taeyong
Jennie ternganga merasa dirinya di kalahkan, "tidak, aku tau rasanya" bangga Jennie, "rasanya sangat bahagia seperti aku menyukai kak Jisoo, rose, dan Lisa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darkness: Death always found you(BpXnct) COMPLETED
Fanfiction[END] "bukankah iblis hanya sekedar malaikat bersayap hitam?, Lalu kenapa dia sangat dibenci?," Kim Jennie "Mungkin kalian tidak bisa mengerti. Tapi aku harap kalian bisa memahaminya." Kim jisoo "Siapa kau sebenarnya?, Malaikat atau iblis, kemana ka...