1.6

433 70 1
                                    

Sekarang Mina sudah berada di kantin dengan menenteng dua kotak bekal didalam tas kecil untuk dirinya dan June. Matanya mencari sosok cowok tinggi yang selalu duduk di pojok kantin sendirian. Sedari tadi ia tak kunjung menemukan June hinggga ada getaran di saku ponselnya.

Junhoe
| Ruang Seni Budaya. Cepet.

Setelah menerima pesan dari June, Mina langsung berbalik untuk menuju ke ruangan seni yang berada di lantai 4. Sekolah Mina memang sangat mengedepankan event dan ekstrakulikuler. Dengan gedung sekolah yang sangat besar, terdapat lantai khusus yang berisikan ruangan ekstrakulikuler seperti ruang musik, ruang teater, ruang bahasa internasional, ruang OSIS dan ruang seni budaya.

Pada hari biasa seperti ini lantai 4 sangat sepi. Hanya ada beberapa anggota OSIS yang mengadakan rapat dan laporan atau beberapa orang yang meminjam ruangan untuk suatu keperluan.

Pintu ruang seni budaya dibuka secara perlahan. Mina langsung menemukan June sedang berdiri menatap di dekat jendela sembari menatap pemandangan taman belakang sekolah.

Mina mencolek lengan June sebanyak 2 kali. June menoleh kearah Mina yang selalu memancarkan gummy smile-nya.

"Bekal hari ini kare ala Jepang." Mina mengangkat tas kecilnya untuk ditunjukkan kepada June.

Mina duduk di kursi yang ada di tengah-tengah ruangan. June pun mengikutinya dan duduk disampingnya. Mina mengeluarkann kkotak bekal June yang berwarna biru sedangkan miliknya berwarna merah muda.

Disodorkannya kotak makan berwarna biru itu. June langsung membuka kotak bekal tersebut tanpa malu-malu. Perutnya sudah keroncongan karena tidak sarapan hari ini. Dia lebih memilih untuk melewatkan sarapan daripada harus bertatap muka dengan ibunya dan mendengarkan suara bising yang dikeluarkan Eunha.

Aroma kare buatan Mina langsung tercium oleh hidung June begitu tutup bekal dibuka. June kembali menatap Mina yang menyodorkan sendok dengan tatapan menanti. June mengambil sendok tersebut dan memasukan suapan pertama.

June speechless. Ini mungkin terdengar lebay, tapi ini adalah makanan paling ena yang pernah ia makan. Mina masih menatap June, menunggu reaksi yang akan di keluarkan June.

"Ini enak. Besok aku mau ini lagi," ucap June dengan nada dan ekspresi yang datar, tapi kembali memasukan suapan yang kedua, ketiga dan seterusnya dengan sangat cepat sampai bersih tak tersisa.

Mina sangat senang. Meskipun June tidak terlalu banyak mengeluarkan reaksinya melalui ucapan dan ekspresinya, namun tindakannya menunjukkan kalau ia sangat menyukai bekal Mina. Masih ingat kalau Mina pernah berpikir kalau June itu hanya tidak tahu cara mengekspresikan perasaanya.

Merasa ditatapi terus oleh Mina, June bertanya, "Kamu nggak makan?"

Mina salah tingkah. Ia terlalu asik menontoni June memakan bekalnya hingga lupa untuk memakan bekalnya sendiri. Buru-buru Mina mengeluarkan kotak bekalnya yang berwarna merah muda dan melahapnya.

Suasana menjadi hening. Mina melahap bekalnya dengan santai sambil sesekali mengibas-ngibaskan tutup kotak bekal ke arah dirinya karena ruangan seni yang biasanya hanya dipakai setiap hari sabtu (hari tanpa KBM, hanya ada kegiatan ekstrakurikuler) pendingin ruangannnya tidak dinyalakan.

Mina menyelipkan rambutnya ke belakang telinga saking panasnya. Seharusnya ia membawa kuncirannya. June yang sedari tadi memperhatikan Mina langsung berdiri lalu membuka jendela ruangan seni budaya agar hawa panas bisa keluar tergantikan oleh hawa sejuk.

"Terima kasih." Mina tersenyum melihat tindakan Junhoe.

"Harusnya aku yang bilang terima kasih karena udah dibuatkan bekal selama seminggu ini."

Mina kembali melanjutkan makan dengan lebih nyaman karena sudah tidak terlalu panas. Tiba-tiba ia teringat dengan percakapan di telepon semalam.

"Kamu keberatan kalau aku mau tentang orang tua kamu?" ucap Mina hati-hati. June mengangguk sebagai jawaban.

"Ya begitu. Mereka itu sibuk dan terlalu fokus dengan perkerjannya. Bisa dihitung kalau ini ke-10 kalinya aku bertemu ibu. Malahan nggak pernah ketemu sama ayahku."

Mina meresapi setiap perkataan dan ekspresi yang dikeluarkan June. Meskipun masih datar seperti biasanya, namun Mina merasakan rasa kesepian yang dialami June.

"Memang ayah kamu ada dimana?"

June mengangkat bahunya. "Entah. Dia nggak pernah netap di satu tempat karena bisnisnya."

Mina telah menghabiskan bekalnya dan memasukkan kembali kedua kotak bekal miliknya ke dalam tas kecil yang tadi ia bawa. Ia berdiri dari duduknya kemudian berkata, "yuk, bentar lagi bel masuk."

Mereka keluar dari ruangan seni budaya. Beberapa orang yang ada di lantai 4 terkejut bukan main melihat June dan Mina keluar dari ruangan kosong. Sudah dapat dipastikan kalau ada desas-desus baru mengenai June dan Mina.

"Pulang sekolah kutunggu di parkiran."

Mina menunjukan jempol tangan kanannya. "Oke."

Ketika sudah berada di lantai 2, June mengumpat didalam hatinya. Orang yang berada di urutan kedua dalam list orang yang tidak ingin ditemuinya berada di lorong sekolah. Celingak-celinguk mencari seseorang.

June menggenggam tangan Mina, kali ini dengan lembut untuk buru-buru menuruni tangga. Mina yang kebingungan cuma ikut mempercepat jalannya saja.

"June!" Panggil Eunha ceria. June masih terus berjalan malah menambah kecepatan melangkahnya. Mina semakin bingung. Ia menengok kebelakang untuk melihat siapa yang dihindari June.

Jalannya dihalangi oleh Eunha yang sehabis berlari mengejar mereka. Dadanya terlihat naik turun dan mengambil asupan oksigen sebanyak-banyaknya.

"Ini aku bawain makanan kesukaan kamu." Eunha memberikan kantong plastic berlogo restoran bintang lima yang sering dikunjungii June sendirian.

"Gue udah makan," ucapnya dengan nada dingin.

"Oh ya? Makana apa?"

June blank dan kemudian menatap Mina. "Tadi namanya apa?"

"Kare ala jepang."

Barulah Eunha menyadari Mina yang tangannya masih digenggam oleh June. Dari yang Mina lihat, ekspresi Eunha langsung berubah setelah melihat Mina.

Bel selesai istirahat pun berbunyi. Tanpa berkata apa-apa lagi, June menarik Mina dari hadapan Eunha. June mengantarkan Mina sampai di depan kelas IPA.1.

Mina duduk ditempatnya. Penghuni semejanya sudah duduk dari tadi dengan tatapan penuh minat. Jihyo senyum-senyum sendiri yang membuat Mina takut.

"Heeee... Asik nih yang abis berduaan," goda Jihyo.

"Biasa aja," ucap Mina tidak terpancing oleh godaan Jihyo. Mina mengeluarkan buku kimia dari dalam tas biru yang ada gambar pinguin di pojok kanan atas

"Btw, lo tau nggak? Si Eunha nekat banget sampe dating kesini bawain makanan mahal," cerocos Jihyo.

"Yang rambutnya pendek terus pipinya tembem bukan sih?"

"IYA! Lo udah ketemu sama dia?" histeris Jihyo

"Tadi nggak sengaja pas-pasan dilorong."

"Lo lagi bareng sama June?"

"Hm. June jadi makin serem. Mana pas dipanggil June malah tarik tangan aku cepet-cepet," ucap Mina mengingat genggaman June.

Setelah mengatakan itu, ekspresi Jihyo sangat sumringah. Lalu berkata "Jadi nggak sabar liat lo jadi keponakan gue juga."

Hah?

Biro Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang