2.1

295 47 2
                                    

Total sudah 10 pertanyaan yang dilontarkan oleh Mina. Masih ada 10 pertanyaan lagi. Lima dikertas Mina dan lima lagi di kertas June. Mereka berhenti sejenak untuk memakan snack yang dipesan oleh Mina. Saling mencicipi snack satu sama lain.

"Udah mau lanjut?" tanya Mina. June menangguk lalu membaca pertanyaan selanjutnya karena sekarang gilirannya.

"Kelebihan yang kamu punya?"

Mina meletakan telunjuk di dagunya, tampak berpikir. "Aku bisa berhitung dengan cepat tanpa kalkulator. Kamu?"

"Nggak ada," jawab June datar.

"Kata siapa nggak ada? Ada kok." June mengangkat sebelah alisnya, menunggu kelanjutan perkataan Mina.

"Meskipun terlihat cuek dengan sekitar, kamu sebenarnya sangat peka," ucap Mina serius. June membuang arah pandangannya dari Mina karena malu. Sangat malu. Terlihat dari telinganya yang memerah.

June menghela nafas, menghilangkan rasa malunya."Pertanyaan selanjutnya."

"Apa kekurangan yang ada didalam dirimu?" Kali ini giliran Mina yang bertanya. "Aku sulit untuk bersosialisasi dengan orang luar."

"Kekurangan? Banyak. Salah satunya temperamental tinggi." Mina mengangguk setuju. Memang sifat June yang satu itu jarang terlihat belakangan ini karena ia selalu bersama Mina disekolah kemudian ikut kerumah Mina.

Itu merupakan hal yang bagus karena dekat dengan Mina membuat emosi June lebih terkontrol, terlebih belakangan ini ia sudah tidak punya waktu untuk meladeni orang yang selalu mencari masalah dengan dirinya.

"Giliranku. Nilai penampilanku dari 1 sampai sepuluh," tanya June.

"10 dari 10."

"Kalau kamu 11 dari 10." Mina terkekeh mendengarnya.

"Nggak ada 11. Maksimal 10."

June kembali membaca pertanyaan selanjutnya. "Apa rahasia terbesarmu?"

"Nggak ada. Aku tipe orang yang membosakan," tutur Mina.

"Kamu mau tau rahasia terbesarku?"

"Mau." Mina sangat semangat tentang rahasia yang disimpan oleh orang seperti June.

"Yakin?"

"Yakin."

"Semenjak acara natal dua tahun lalu, aku jadi terfokus dengan dirimu."

Spontan Mina mengerutkan dahinya mendengar ucapan June. Ia coba menerawang ke masa lalu, lebih tepatnya acara natal dua tahun lalu. Mina masih menjadi murid baru pindahan dari Jepang. Ia ikut acaranya dengan menggunakan anting mengkilau yang sangat indah dan berat di saat yang bersamaan.

Mina tidak bisa mengingat banyak karena pada malam itu Sana terlibat dalam kecelakaan sehingga membuat Mina panik bukan main. Untung saja tidak terjadi luka parah. Tapi beneran, Mina tidak begitu mengingat apa yang terjadi di acara itu sampai membuat June selalu terfokus dengan dirinya.

Gelagat Mina menunjukkan kalau ia tidak begitu mengingat apa yang terjadi malam itu. June jadi menunjukkan pergelangan tangannya yang dililit oleh gelang hitam. Mina melihatnya dengan bingung, namun setelah melihat gelang itu ingatan Mina mulai kembali.

Gelang itu adalah gelang yang Mina beli untuk hadiah di acara Exchange Gift bersamaan dengan mug lucu bermotif kucing. Selama ini Mina memang tidak meperhatikan pergelangan tangan June itu dengan jelas. Wajar saja Mina tidak begitu mengingatnya.

"Kamu orang yang duduk disebelah aku waktu itu?" tanya Mina memastikan.

"Ya. Maaf aku tidak membawa kado hari itu. Nanti pasti akan aku balas kado pemberianmu."

"Nggak apa-apa kok. Aku seneng liat gelangnya kamu pakai."

Mereka memandangi satu sama lain. Menatap dengan intens lalu melemparkan senyuman seakan mereka sudah menyatakan perasaan mereka lewat tatapan dan senyuman yang penuh rasa dan makna.

"Oke pertanyaan selanjutnya."

"Alasan ikut acara ini?" tanya June.

"Aku dipaksa Jihyo sekaligus mencoba hal baru." Mina teringat kembali dimana Jihyo yang terus mengusiknya untuk ikut serta dalam acara ini.

"Kamu sudah tau alasan aku. Aku kesepian."

"Apa yang bikin kamu nyaman denganku?" tanya Mina.

"Kamu nggak takut sama aku." Mina tersenyum mendengar jawaban June.

"Seperti yang udah aku bilang. Kamu orangnya perhatian ditambah kamu lebih suka bertindak daripada berbicara." June mengangguk senang dalam hati.

June membaca pertanyaan selanjutnya di kertasnya. "Kenapa mau punya pacar? Karena kesepian."

"Mau tau rasanya pacaran bagaimana," jawab Mina sejujurnya. Ia sering membaca novel romansa sehingga tertarik untuk memiliki pacar.

"Kalau kita jadi pasangan beneran, apa yang kamu rasakan?"

"Jujur, aku senang." June tersenyum sambil mengucapkannya.

"Aku juga. Aku udah enak berbincang sama kamu," ucap Mina dengan jeda sebentar "tapi kalau kita nggak bisa lanjutin hubungan ini, kita masih bisa temenan kan?"

June sedikit kaget dan kesal mendengar pernyataan Mina. Ia tidak mau melihat Mina bersama orang lain selain dirinya. Bagaimanapun caranya, ia akan membuat Mina terus berada di sampingnya. Jadi, untuk sekarang June hanya mengangguk.

"Di mata kamu, aku itu sebenarnya apa untukkmu?" tanya June.

"Di mata aku, kamu itu kayak penjaga aku. Selalu ada disampingku, bertukar pikiran dan cerita. Pokoknya aku nyaman sama kamu."

Giliran June yang menjawab. "Di mata aku, kamu itu bagaikan pelukis. Memberikan warna yang indah dan penuh makna, menarik aku dari dunia hitam putih."

Mereka puas oleh jawaban masing-masing. Dengan ini hubungan mereka menjadi semakin dekat. Mereka saling bertukar pandangan mereka tentang perasaan yang mereka miliki.

"Apa makna dari 'Cinta'?" tanya Mina ragu.

"Aku nggak begitu ngerti begituan. Mungkin 2 orang yang saling suka," ucap June yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

"Kalau menurut aku, cinta adalah perasaan yang membuat nyaman dan aman didekatnya dan saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Jatuh cinta itu merepotkan, tapi juga menyenangkan."

June terpana mendengar ucapan Mina yang membuatnya malah jatuh lebih dalam lagi untuk gadis cantic yang duduk dihadapannya ini.

Terlintaslah pertanyaan di benak June. "Kamu udah pernah jatuh cinta?"

Mina memalingkan wajahnya, tidak berani menatap June. Takut ia tidak bisa mengendalikan ekspresi yang akan ditunjukkan.

"Mungkin. Kamu?"

"Sudah. Sejak malam itu. Aku jatuh cinta dengan orang yang tiba-tiba mengajakku bertukaran kado."

Wajah Mina memerah seperti kepiting yang direbus. Jantungnya benar-benar mau copot. Detakan hatinya kali ini lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya.

Begitupula dengan June yang sudah nervous setengah mati menantikan reaksi dari Mina selanjutnya.

"A-aku juga sekarang lagi... j-j-jatuh cinta dengan orang y-yang pura-pura jadi pacarku," ungkap Mina membalas ucapan June.

Sekarang keduanya saling membuang wajah yang memerah dengan jantungnya yang berdisko ria. Pernyataan cinta langsung secara tidak langsung ini telah mengirimkan koneksi keikatan keduanya.

Biro Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang