23. Tawaran Ibu Mertua

11.1K 1.1K 44
                                    

Selamat membaca dan jangan lupa jejak! ^^
Btw, sorry for late.

"Xing-er, kalian berdua sudah lama tidak bertemu, bukan?" Permaisuri Mu mengalihkan pandangannya pada Zhang Yixing dan Sheng Rongfei secara bergantian.

Zhang Yixing mengangguk dan berkata acuh. "Mohou benar."

Sementara Sheng Rongfei semakin menunduk saat kemerahan di pipinya semakin nyata.

Huang Lianyue terdiam, melirik 'pasangan sepupu' itu secara bergantian.

Apa ini akan menjadi kisah cinta legendaris antara sepupu? Dan dia, sebagai istri sah Pangeran Yixing akan secara acak menjadi roda ketiga di antara keduanya?

Huang Lianyue memutar matanya secara internal.

Dia selalu meremehkan plot klasik yang kerap ditulis penulis novel online yang dibacanya, lalu, sekarang dia juga mengalami hal klasik yang menyebalkan semacam ini? Ah! Betapa membosankan!

Huang Lianyue yang tenggelam dalam pikirannya akhirnya kembali ke kenyataan setelah mendengar Permaisuri Mu mengatakan.

"Kalau begitu, Xing-er, temanilah sepupumu berjalan-jalan di sekitar Istana." Lalu beralih pada Sheng Rongfei dengan senyum lembut.

"Dan kamu Fei-er, berhenti bersikap malu-malu dan segan pada sepupumu sendiri."

Sheng Rongfei mengangguk dengan senyum malu, sementara Permaisuri Mu meletakkan tangannya diatas tangan Sheng Rongfei. "Cepat berdiri dan temani Xing-er berjalan-jalan di sekitar! Ada banyak perubahan di Istana ini setelah kamu pergi." Lalu menatap Zhang Yixing yang menunduk menikmati kopinya.

"Xing-er, ajak Fei-er berjalan-jalan sebentar. Mohou memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan istrimu."

Zhang Yixing mengangguk ringan, lalu berjalan mendahului meninggalkan Huang Lianyue yang tertegun.

Jadi, dia ditinggalkan sendirian menghadapi ibu mertua yang sulit dirawat ini?

Hh,

Dia mendesah di dalam sebelum senyuman di bibirnya menegang mendengar panggilan ibu mertuanya yang 'baik hati'.

"Yue-er, kemari dan duduklah bersama Mohou." Permaisuri Mu berkata dengan senyum ramah yang membuat Huang Lianyue merinding di dalam.

Menjaga ketenangannya, Huang Lianyue mengangguk lalu beringsut mendekat dan duduk di tempat kosong di samping Permaisuri Mu.

Terkesiap, Huang Lianyue nyaris memekik merasakan tangan lembut Permaisuri Mu menyentuh permukaan tangannya.

"Bagaimana menurutmu dengan Rongfei?"

Jantung Huang Lianyue menegang mendengar pertanyaan Permaisuri Mu.

Ini ... akhirnya datang?

Huang Lianyue membatin.

"Sepupu Rongfei terlihat baik dan lembut."

Senyum di wajah Permaisuri Mu kian melembut mendengar jawaban Huang Lianyue, lalu dia mendesah saat dia berkata dengan pandangan menerawang. "Kamu benar. Fei-er selalu menjadi gadis yang baik dan lembut sejak kecil. Dia juga teman bermain Xing-er yang paling dekat," lalu Huang Lianyue bisa melihat mata Permaisuri Mu kian meredup. "Sayang sekali mereka harus berpisah karena kejadian tidak terduga itu. Jika tidak, mereka mungkin—" Permaisuri Mu menggeleng, enggan meneruskan perkataan yang sudah Huang Lianyue tebak apa itu.

Bukankah itu :" Mereka mungkin menjadi pasangan bahagia yang dibuat di surga?"

Dia mendengus secara internal.

Sungguh membosankan mendengar tikungan dan belokan dari para wanita harem!

"Bagaimana menurutmu jika mereka bersama?"

Senyum Huang Lianyue menegang. Bukankah itu terlalu langsung?

Sementara itu, Permaisuri Mu yang melihat senyum menegang Huang Lianyue tidak bisa tidak menghela napas, lalu meremas tangan Huang Lianyue di genggamannya.

"Yue-er, jangan khawatir tentang pososimu sebagai istri utama di kediaman Rui. Bengong hanya menginginkan Fei-er membantu meringankan tanggung jawabmu dalam merawat Xing-er. Lagi pula, bukankah membantu suami melanjutkan garis keturunannya juga kewajiban seorang istri?"

Apakah itu bermaksud dia tidak mengurus Pangeran Yixing dengan baik? Dan menyinggungnya karena belum memberi Pangaren Yixing pewaris?

Mempertahankan senyum di bibirnya, Huang Lianyue membalas genggaman Permaisuri Mu saat dia menjawab dengan lembut. "Untuk hal sebesar itu sebaiknya Mohou bertanya pada Wangye." Artinya, dia tidak berani memutuskan dan silahkan bertanya pada putramu sendiri! Ah!

Sementara Huang Lianyue berhadapan dengan Ibu mertuanya, Zhang Yixing duduk dengan secangkir teh di tangan sementara dia berkata tanpa ekspresi. "Rongfei, apa yang sebenarnya kamu inginkan dengan bersikap seperti itu?" Lalu dia menoleh, menatap Sheng Rongfei yang duduk di sebelahnya dengan mata berkabut. "Segalanya sudah berubah. Kita bukan kita semasa kecil lagi, jangan gegabah."

Sheng Rongfei mendongak, mata berkabutnya menatap pupil Zhang Yixing yang menatapnya dengan ekspresi rumit.

"Sepupu besar, apakah semuanya benar-bebar terlambat? Apakah jika aku menjadi seperti Kakak ipar semuanya akan baik-baik saja? Apa—" Air mata membasahi pipinya. Menunduk, Sheng Rongfei berbicara dengan suara penuh luka dan penyesalan, "sepupu besar—"

"Cukup!" Zhang Yixing menyela, meletakkan cangkir tehnya sebelum menghela napas panjang.

"Kamu dan dia berbeda. Dia berhasil karena keluarganya memiliki pijakan yang kuat dan berpengaruh, sedangkan kamu—" Zhang Yixing berhenti, "Meskipun kamu keponakan Mohou, pijakan keluargamu tidak sekuat kekuarganya dan—"

"Dan apa?" Sheng Rongfei bertanya dengan wajah penuh air mata, membuatnya seperti bunga kecil yang terluka.

"Kamu hanya akan berakhir sebagai selir."

"Sepupu besar, kamu tahu aku tidak masalah dengan itu selama aku bisa bersama—"

"Cukup!" Zhang Yixing menyela, rahangnya mengeras saat dia menatap wajah menyedihkan Sheng Rongfei.

Menghela napas panjang, Zhang Yixing melembutkan suaranya saat dia melanjutkan. "Kamu tahu aku tidak akan pernah menyetujui hal itu."

"Tapi—"

"Tunggu Kakakmu berhasil mendapatkan pijakannya, dan saat itu aku akan membantumu mencapai posisi yang pantas kamu dapatkan. Sekarang, bersabar dan jangan bersikap sembrono." Lalu berdiri, menatap kolam lotus yang berada tidak jauh dari sana.

"Sepupu besar, aku—" Sheng Rongfei menghela napas panjang, mengangguk dengan senyum paksa. "Mengerti."

"Itu bagus." Lalu berjalan meninggalkan Sheng Rongfei.

"Lin Xi, bagaimana menurutmu?" Sheng Rongfei menghapus air mata di pipinya setelah melihat Zhang Yixing menjauh.

Lin Xi, pelayan di sisi Sheng Rongfei berdiri dengan kepala menunduk saat dia menjawab. "Xiaojie, apa yang dikatakan Pangeran Yixing itu memang ada benarnya."

Sheng Rongfei menarik napas panjang. "Yah, lalu aku hanya bisa menurut dan menunggu hal itu terjadi." Lalu menunduk dengan senyum pahit di bibirnya.

Hah,

Sheng Rongfei mendongak dengan senyum di bibirnya, matanya berbinar penuh tekad. "Baiklah, mari kita menunggu hal itu terjadi!" Lalu dia menatap Lin Xi yang menunduk. "Ayo kembali ke Istana menemui Niang-niang." Kemudian berjalan memimpin Lin Xi kembali ke Istana Ming Yue.

To be Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang