30. Apa aku perduli padanya?

9.9K 942 36
                                    

Selamat membaca!
Jangan lupa jejak ya... ^^

Masih dengan ujung lancip pena mengarah ke lehernya, mata Huang Lianyue melihat ke sekitar tanpa titik fokus.

Kenapa?

Pertanyaan itu terulang di otaknya seperti film rusak. Pada akhirnya, Huang Lianyue hanya bisa menyerah pada pertanyaannya dan sebagai gantinya dia mulai berpikir ....

Bagaimana cara keluar dari situasi canggung ini? Awalnya dia melakukan hal ini karena impuls semata. Sekarang, setelah alasannya kembali, apa yang harus dia lakukan untuk keluar dari situasi ini?

Berhenti marah dan meminta maaf? Itu tidak mungkin karena meskipun ia memiliki misi khusus di dunia ini, dia tidak bisa begitu bermurah hati dan berbudi luhur untuk menerima dengan senyum lebar saat suaminya sendiri membawa wanita lain ke kediaman. Yah, memang hal ini umum di masa ini dan Pangeran Yixing juga memiliki empat selir sebelumnya, jadi sebenarnya ....

Apa yang berbeda dengan menambah satu wanita lagi ke kediaman ini?

Toh, Pangeran Yixing juga tidak akan kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan mereka bukan?

Lalu, kenapa dia harus bereaksi berlebihan dan membuat hal-hal yang dia usahakan selama ini terancam sia-sia?

Semakin dia berpikir semakin Huang Lanyue merasa dirinya tidak waras hari ini.

"Yue-er, letakkan itu, baik?"

Suara Pangeran Yixing membawa Huang Lianyue kembali ke kenyataan.

Melihat Pangeran Yixing berjalan mendekat, Huang Liane berteriak: "Jangan mendekat!" karena semua sudah terjadi, akan terlalu tidak masuk akal jika dia tiba-tiba mundur dan meminta maaf, bukan? Karena itu dia hanya bisa menggigit gigi dan meneruskannya!

Huang Lianye bertekad, sementara Pangeran Yixing memandang Huang Lianyue dengan kecemasan yang jarang terlihat.

"Baik, baik. Aku tidak akan mendekat, tapi letakkan itu dan kita bicara baik-baik?" Bahkan, suara Pangeran Yixing melembutkan beberapa derajat yang tentu saja disadari Huang Lianyue.

Huang Lianyue menggeleng, menggigit bibir bawahnya saat dia membuat keputusan di dalam. Beberapa detik kemudian, bahu Huang Lianyue bergetar saat ia menggigit bibirnya dengan air mata yang membuatnya terlihat menyedihkan.

"Ti-tidak... Pergi..." Diam-diam dia melirik ekspresi Pangeran Yixing, karena ....

Orang pernah berkata jika senjata paling ampuh bagi wanita untuk menghadapi lelaki adalah air mata.

Tapi tentunya itu hanya berfungsi pada lelaki yang memang memiliki hati lembut atau lelaki yang memilikimu dihatinya, dan Huang Lianyue yakin Pangeran Yixing bukan jenis yang pertama. Jadi ....

Bisakah dia menguji kedudukannya dihati Pangeran Yixing melalui hal ini?

"Yue-er..."

"... "

"Hei-"

"Jangan mendekatiku!"

"Yue-er ...."

"Jangan memanggilku seperti itu! Jangan bersikap seolah-olah kamu menyukaiku saat sebenarnya kamu menyukai wanita lain!" Huang Lianyue berteriak sesegukan yang membuat kerumitan pupil Zhang Yixing.

Tidak mendapat jawaban, Huang Lianyue mendongak dengan air mata di pipinya, membuatnya terlihat menyedihkan.

Kecewa.

Mungkin itulah yang ia rasakan saat melihat Pangeran Yixing berdiri mematung ditempatnya dengan ekspresi kosong.

"Pergi..."

To be Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang