19. ALI BERUBAH

2.9K 459 69
                                    

Aurora menerobos hujan yang sangat deras malam ini. Tak apa ia nanti akan demam asalkan Ali tidak kenapa-napa, ojek yang ia tumpangi sudah berhenti di taman dekat kedai yang Ali datangi. Aurora melihat mobil yang Ali pakai terparkir di taman tersebut.

Buru-buru Aurora masuk ke dalam area taman yang sepi."Ali!" Panggil-nya berteriak sambil memekik mencari keberadaan Ali.

Matanya membulat saat melihat tubuh Ali terduduk di bangku taman sambil memeluk dirinya sendiri. Cowok itu mengigil hebat,"Ali.." Aurora buru-buru medekat dan memeriksa suhu badan Ali. Sangat panas, basah kuyup.

Ali perlahan mendongak menatap siapa yang datang."Mbak.." gumam-nya lemah lalu tidak sadarkan diri.

"Ora!" Gadis itu berbalik menatap Nichol dan Prilly yang tiba tiba datang.

Aurora langsung memanggil Nichol balik,"Nich tolongin Ali! Bawa dia kerumah sakit cepetan!" Teriak Aurora terisak dalam keganasan hujan malam ini.

Nichol terkejut saat melihat Ali sudah tidak sadarkan diri di pelukan Aurora. Sementara Prilly malah diam mematung, tidak tau harus berbuat apa."Cepet Nich!" Aurora berkata lalu Nichol membantu Aurora membopong tubuh Ali ke mobil. Melewati Prilly yang sama sekali Aurora anggap tidak ada.

Tapi tetap, Prilly ikut mengantar Ali ke rumah sakit. Sesampainya disana, Aurora segera menghubungi Reimon dan Reno-- Papa Ali yang berada di Jogja. Kondisi Ali benar-benar sedang kritis.

Saat dokter keluar dari ruangan,"Dok gimana keadaan Ali dok?" Aurora bertanya pada dokter spesialis kanker yang sengaja Aurora datangkan hanya dari prancis untuk menangani Ali saja.

Dokter tersebut nampak tegang,"Kondisi pasien sedang tidak stabil, suhu tubuhnya naik. Juga, penyakit kanker yang di deritanya bukan cuma bermasalah pada hati, tapi juga otak." Dokter menjelaskan."Tapi, pasien sudah siuman."

Aurora menggeleng tak percaya mendengar itu semua. Sementara Prilly menutup mulutnya, ingin menangis dan memeluk Ali sekarang juga."Dok, lakukan apa yang terbaik buat Ali."

Dokter tersebut mengangguk,"Baik. Saya akan melakukan tugas saya dengan sebaik baiknya." Katanya tegas.

Setelah dokter berlalu, Aurora mendorong tubuh Prilly sampai gadis itu mundur beberapa langkah,"Ini semua gara-gara elo!" Tunjuk-nya tepat di depan wajah Prilly.

Prilly menatap Aurora,"Prilly mau ngomong sama Ali." Katanya pelan, benar benar ia ingin melihat kondisi Ali sekarang.

Aurora terkekeh sinis,"Gausah temuin Ali lagi. Gue peringatin sama lo, meskipun lo adek kandung gue sekalipun, kalo elo bikin kesalahan yang gak gue suka.. gue bakal musnahin elo Prill." Katanya lalu masuk ke dalam ruangan Ali di rawat.

Prilly terisak. Nichol memeluk gadis itu segera,"Hei.. gausah di ambil hati ucapan Aurora, becanda doang tadi dia." Nichol mencoba menghibur Prilly.

Prilly masih saja menangis."Ali.. Prilly takut Ali kenapa-napa," isak-nya semakin kencang lalu memeluk Nichol balik. Nichol mengelus pucuk kepala Prilly.

"Baik-baik aja kok, pasti sembuh." Nichol meyakinkan, walaupun dari yang ia tau penyakit kanker susah sekali untuk sembuh.

"Prilly pengen ketemu Ali.. Nichol, bawa Prilly masuk." Pinta-nya memohon. Nichol nampak menimang, bagaimana caranya? Aurora saja tidak memberi izin.

Tapi, entah kenapa hati-nya tergerak untuk menghapus kesedihan Prilly."Yaudah, ayok. Ntar gue bantu ngomong sama Ora."

Nichol menuntun Prilly masuk ke dalam ruangan Ali. Disana, sudah ada Ali dan Aurora yang sedang berbicara."Emm.. Ra, Prilly mau ketemu Ali." Nichol tersenyum tipis.

Black Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang