22. ENDING

5.8K 506 81
                                    

Dimohon dengerin lagu galau, biar kerasa partnya wkwk. Makasih yang udah dukung!! Aku bakal rekomendasi in lagu yang bisa bikin kalian feel sama part ini.

-Hanya Rindu
-Tinggal kenangan
-Kisahku
-Dimatamu
-Mungkin (cover tival lebih nyes)

Prilly berlari dengan kekuatan penuh menuju tempat pemakaman. Sudah sepi, sudah banyak karangan bunga. Kaki-nya terduduk lemas di gundukan tanah di hadapannya,"Ali.." gumam-nya hampir tak percaya.

Di batu nisan tertulis jelas nama 'Aliando Mahendra' Prilly menangis sekencang-kencangnya. Ini semua salah-nya, Ali meninggal karenanya.

"Ali gak pantes hidup! Ali jahat! Kalo sampe Nichol kenapa-napa, Prilly bakal jauhin Ali selamanya."

Prilly menggeleng keras saat kalimatnya sendiri terngiang."Ali gak jahat kok.. Ali maafin Prilly.. Prilly yang salah, Ali bangun.." gadis itu terisak lagi.

"Prill.. ini ada titipan dari Ali. Dibuka-nya di rumah aja." Aurora memberikan sesuatu benda yang Ali berikan padanya kemarin-- sebelum cowok itu menghembuskan nafas terakhirnya.

"Prilly mau ketemu Ali.. Aurora ayok anterin Prilly!" Gadis itu menarik narik tangan Aurora."Jangan nge-prank! Prilly tau ini semua prank.. ini semua boong!"

Aurora menggeleng,"Prill sadar.. Ali udah gak ada, dia udah gak ada Prill!" Gadis itu memeluk Prilly erat. Prilly semakin terisak saja.

"Prilly Kikeypo." Ali membalas uluran tangan Prilly sambil tersenyum.

"Aliando Mahendra."

Prilly melepaskan pelukannya pada Aurora dan memeluk batu nisan Ali histeris."Ali.. bangun.. maafin Prilly." Teriak-nya meremas tanah yang sudah di taburi bunga itu.

"Aurora.. kenapa Ali ninggalin Prilly? Prilly jahat banget sama Ali sampai Ali ninggalin Prilly.. Prilly udah kehilangan Mami, gak mau kehilangan Ali.. Aurora plis balikin Ali.." racau-nya sesak.

"Prilly bahkan belum minta maaf sama Ali, Prilly belum bilang kalau Prilly sayang sama Ali. Prilly belum-- Prilly mau Ali disini, Ali.."

°°°°

Aurora menatap Prilly,"Oke." Gadis itu menutup pintu kamar Prilly perlahan. Prilly menatap flashdisk yang Aurora berikan di pemakaman.

Tangannya memangky laptop dan mulai membuka file yang bertuliskan 'Untuk mbak Prilly' mata Prilly kembali berkaca-kaca. Dengan terisak kecil, ia membuka file tersebut dan menontonnya.

"Hai mbak Prilly.."

"Kalau mbak Prilly nonton ini, pasti saya udah pergi jauh. Ke tempat yang mbak Prilly ndak bisa jangkau. Mbak Prilly jangan nangis, saya.. sayang sama mbak Prilly."

"Maaf, kalau saya belakangan ini menjauh sama mbak Prilly. Saya cuma mau mbak Prilly gak terlalu sedih pas kehilangan saya, saya di vonis kanker hati dan kanker otak. Dokter bilang, hidup saya ndak lama lagi."

"Saya sedih, bakal pisah sama Mama dan Papa saya. Bakal pisah sama Mbak Prilly dan Mbak Aurora."

"Saya seneng kalau mbak Prilly seneng, semoga Nichol bisa jagain mbak Prilly. Jangan tangisin saya mbak, saya ini cuma orang yang datang di kehidupan mbak Prilly dua bulan lalu."

Ali tersenyum,"Mbak Prilly pokoknya tetap semangat, jangan kebanyakan makan ice cream, nanti sakit. Jangan lupa belajar juga mbak, tahun depan kan mbak Prilly bakal lulus SMA. Walaupun enggak sama saya."

"Oiya, saya punya lagu buat mbak Prilly.. dengerin yah, sampai saat ini.. mbak Prilly adalah sosok yang saya cintai. Maaf soal kemarin saya bohong dengan bilang kalau saya cinta mbak Aurora."

Waktu pertama kali kulihat dirimu hadir

Rasa hati ini inginkan dirimu

Hati tenang mendengar

Suara indah menyapa

Geloranya hati ini tak kusangka

Rasa ini..

Tak tertahan

Hati ini selalu untukmu

Terimalah lagu ini dari orang biasa

Tapi cintaku padamu luar biasa

Aku tak punya bunga

Aku tak punya harta

Yang kupunya hanyalah hati yang setia

Tulus padamu..

Prilly menghapus air matanya yang dari pertama video di putar sudah mengucur. Hati-nya terasa begitu sesak. Pandangannya buram ke arah balkon kamarnya, biasanya.. Ali dan dirinya yang duduk di situ setiap malam untuk saling bertukar cerita.

"Wah, kalo saya itu di Semarang suka main bola mbak. Sama temen-temen.. eh pas maghrib di jewer Ibu kalo ndak pulang-pulang!" Prilly ikut tertawa mendengar cerita Ali.

"Ali anak nakal ya?"

Ali tertawa,"Ndak nakal, ndak seru."

Prilly semakin terisak mengingat semua kenangan nya bersama Ali. Andai waktu bisa di putar, ia ingin kembali bersama Ali. Menebus semua kesalahan yang ia perbuat. Menarik semua kata-kata yang telah ia ucapkan.

°°°°°

"Hai Ali, Prilly dateng lagi." Gadis itu meletakkan karangan bunganya di batu nisan Ali. Sudah satu tahun Ali pergi darinya, sudah satu tahun pula hidupnya begini-begini saja.

Prilly menarik nafasnya dalam-dalam,"Prilly ulang tahun hari ini. Gak ada niat buat ngucapin?" Tanya gadis itu sembari terkekeh namun air matanya mengalir."Prilly kangen.."

"Ali apakabar di surga?"

"Ohiya, Prilly punya sesuatu buat Ali." Gadis itu merogoh tas-nya dan mengeluarkan selembar kertas."Prilly udah lulus.. lulus SMA, Prilly udah gede." Gadis itu tertawa kecil.

"Katanya Papi dulu, kalo udah gede.. bisa nikah sama Ali, Tapi Ali bukan lagi jodoh Prilly ya?" Gadis itu kembali terisak karena dari tadi ia hanya bermonolog di makam Ali.

Prilly mengelus tulisan Aliando Mahendra perlahan."Ali.. maafin Prilly,  Semenjak Ali gak ada.. Prilly makan ice cream sendirian lagi, Prilly ke kedai sendiri.. Prilly kangen," Gadis itu memeluk nisan Ali sebentar.

"Jangan diam aja dong.. Prilly perlu suara Ali, Prilly pengen denger Ali ngomong lagi.. Ali kenapa sih pergi?"

"Ali nyuruh Prilly jangan sedih, Ali nyuruh Prilly bahagia, Ali nyuruh Prilly jangan nangis. Tapi kenapa Ali pergi? Prilly maunya Ali tetep ada di samping Prilly. Prilly maunya Ali nemenin Prilly terus, tapi kenapa Ali pergi?"

Prilly menarik nafasnya lagi,"Prilly belum ikhlas sampai saat ini, Ali.."

⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛⬛

Ending.
Gak jelas bodo amat, gue lagi males nulis dan badmood.
Ini cerita terabsurd.

Black Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang