Warna merah darah dari kelopak mata yang terkena berkas mentari memenuhi penglihatanku.
Secara perlahan aku mulai membuka mataku.
Terlihat olehku sekarang adalah atap kamar tempatku telah menginap beberapa hari ini.
Sakit. Aku merasa seluruh tubuhku sedang terasa sakit saat ini, terutama dibagian perutku.
“Ugh.. Ternyata aku selamat ya. Apa yang terjadi sih? ”
Aneh! Aku tidak mengingat apapun? Ingatan terakhirku adalah aku ditusuk oleh Prajurit wanita tepat menebus perutku.
Benar juga!
Aku berusaha menggerakan tubuhku, serta berusaha bangkit walau rasanya sakit.
Saat aku tengah dalam posisi duduk, terlihat olehku sesosok tubuh seorang wanita tertidur dengan posisi tubuh terduduk dikursi sementara tubuhnya menyender dikasur dengan wajah miring menghadapku.
Dibawah mata wanita itu terdapat kantung yang menghitam. Namun, dengan melihatnya disitu ada rasa syukur terpanjatkan dariku karena kekuatiranku tak menjadi kenyataan.
“Jadi kau baik-baik saja ya! Syukurlah... Sepertinya kau kelelahan. Maafkan aku ya!” ucapku sembari mengelus pelan rambutnya.
Mungkin menyadari ada yang menyentuh dirinya, gadis didepanku ini mulai membuka matanya secara perlahan.
“Em… Glen… Eh Glen!!” Sempat hendak tidur lagi, Lucia terkaget saat menyadari aku telah terbangun.
Bukk
Tiba-tiba saja dia menubruk dan memelukku.
“ Au… Hei sakit Luxia. Bisakah kau sedikit pelan?”
“T-Teima kasih Dewi! A-Akhirnya hiks… Akhirnya kau terbangun juga.” ucapnya dengan mata berlinang air mata.
Melihat dia menangis, aku kemudian berusaha menenangkan dia dan mengelus rambutnya.
“ Sudah-sudah, aku sudah tidak apa-apa kok. Jadi tenangkan dirimu.”
“ Tapi... Tapi, aku sangat kuatir kau tahu! Lukamu sangat besar dan pendaharanmu tidak mau berhenti. Aku kuatir kau akan mati Hiks”
Eh dia sangat kuatir terhadapku? Jadi dia benar menyukaiku. Jadi begini, rasanya ada wanita yang merasa kuatir terhadapmu? Tidak buruk.
Tanpa kusadari, sebuah senyum merekah dari bibirku.“Kenapa kau tersenyum? Apakah lucu bagimu, jika aku mengkuatirkanmu?" Ucapnya dilanjutkan dengan memalingkan muka serta mengembungkan pipi.
Dia ngambek?
Baru kali ini, aku lihat sifatnya seperti ini. Bukankah dia adalah gadis pemarah??
Atau Apakah ini orang lain?
Kenapa ngambeknya bisa selucu ini?
“Maafkan aku. Tapi, apakah kau benar-benar Luxia? Kenapa sifatmu bisa seperti ini? Apakah ini mimpi?”
“Mimpi ya? Coba kau rasakan sendiri…” Dia kemudian menepuk perutku.
“Adu-duh... Hey sakit! Paling tidak bisakah kau lakukan dengan pelan? Bagaimana jika lukaku terbuka lagi?”
“Jika kau tidak menyebalkan, aku tidak akan melakukan itu!!” Dia membalas dengan membentakku.
“Ma-maaf." Akupun melanjutkan,
" Aku hanya tidak menyangka jika kau bisa menjadi seimut itu ketika ngambek. Oh ya, tadi aku tersenyum juga bukan karena aku berniat mengejekmu. Aku hanya merasa senang karena kau telah mengkuatirkanku… Hey kau mendengarkan tidak!!” Aku berteriak, karena aku melihat Luxia melamun dan tersenyum sendiri.
“Aku imut ya?" Mukanya berseri-seri.
"...Eh aku mendengarkan kok. Jadi kau tadi mau bilang apa?” Dengan muka tidak berdosa, Luxia bertanya kepadaku dengan polosnya.
Gadis ini!! Apakah kepalanya benar-benar terbentur atau bagaimana?
“Lupakan! Ngomong-ngomong, sudah berapa lama aku pingsan? Lalu, bagaiamana dengan para prajurit yang menyerang desa ini?”
“Kau sudah pingsan selama 13 hari. Mengenai para prajurit itu, mereka sebenarnya adalah prajurit kerajaan yang diminta untuk mengurus para tahanan. Mereka sudah pergi 5 hari yang lalu membawa para penjahat yang berada digudang.”
“Tunggu, mereka sudah pergi? Lalu bagaimana informasi yang telah kami kumpulkan kemarin?”
“Tentang itu, Orxsia sudah memberikan semua informasi yang telah kalian berdua peroleh kemarin.”
“Begitukah. Syukurlah, jadi usaha kita membuka mulut mereka kemarin tidaklah sia-sia.”
“ Oh ya, Glen. Aku baru ingat, gadis yang menusukmu menitipkan permintaan maafnya kepadaku sebelum dia pergi.”
“Bodo amat dengan gadis sialan itu. Jika dia hendak meminta maaf, harusnya dia lakukan langsung kepadaku. Dia menusukku dengan pedang besarnya, kemudian secara tidak bertanggung jawab hanya menitipkan permintaan maaf itu? Mana sudi aku memaafkannya.”
“Tapi gadis itu…”
“ Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Ngomong- ngomong, apakah kau yang merawatku ketika aku pingsan? Terima kasih ya.”
“iya, tapi bukan hanya aku yang melakukannya. Nyonya, …, Oxsia dan ellena juga membantu. Aku hanya menjagamu saja.”
“ Begitu kah. Tetap saja, kau sudah berjuang keras.Terima kasih ya. Nanti aku juga akan berterima kasih ke mereka."
Akupun melanjutkan,
“Ah.. Lusi? Apakah ada makanan? Aku merasa perutku kosong."
Aku bertanya karena Tubuhku kini terasa lebih kurus dan perutku kosong.“iya Sama-sama. Makanan? Kurasa tidak ada. Tapi bagaimana jika kau kubuatkan bubur?”
“ Eh, kau bisa masak?” aku bertanya, karna tidak pernah melihat luxia memasak selama ini.
“Aku sudah diajari memasak oleh … . Walaupun tidak se-enak masakanmu, tapi kurasa masakanku tidaklah terlalu buruk. Sebentar, akan kubuatkan..”Luxia pun bangkit dan hendak keluar ruangan.
“Hey luxia? Bisakah kau bantu jalan kebawah?”
“Tidak. Kau tidak boleh! Beristirahatlah disini saja.” Luxia pun melanjutkan jalannya keluar ruangan.
Mematuhi ucapannya aku membaringkan kembali turun tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Mantan Tentara Di Dunia Lain
Avventura[ WARNING 16+!!! ] ×××~ Cerita ini akan banyak adegan kekerasan, pengambaran objek sadis, dan mungkin adegan seksualitas, jadi harap bijak dalam membaca, lagipula cerita ini hanya coretan saya dalam mengeksplorasi sebuah dunia yang penuh dengan pep...