"KATAKAN PADAKU KALAU ITU SEMUA HANYA REKAYASA!!"
"KATAKAN ITU SEMUA BOHONG HIKSS!!"
Wanita itu terjatuh sembari mengerang frustasi. Tangisannya tak lagi dapat terbendung, bahkan kini semuanya telah mengalir hingga membasahi sekujur tubuhnya. Dirinya terus saja menangis sembari memukul-mukuli lantai yang kini tengah ia duduki.
Jeritan-jeritan wanita itu kini terus menggema mengisi seluruh ruangan yang didominasi warna putih itu.
Beberapa orang telah berusaha menenangkan wanita itu, namun wanita itu tetap tidak ingin mendengarkan sama sekali. Kini rungunya seakan telah tertutupi oleh suara-suara yang kini seakan terus menghantuinya.
Hawa dingin dalam ruangan itu pun tak lagi terasa, semua telah tertutupi dengan kesedihan yang menimpanya.
"Bora, tenangkan dirimu!" Sena menangkup bahu milik wanita yang terus terduduk dilantai sembari menangis tersedu-sedu itu. Dihentakkannya wanita itu agar sedikit tersadar dari penyendiriannya.
"Jihoon.. hiks.. JIHOON!!" Bora, istri dari Park Jihoon yang kini tengah menangis tersedu-sedu sembari menarik surainya frustasi.
🍓🍓🍓🍓🍓
"Soo-ya, apakah masih sangat sakit?" Anak itu menggeleng-gelengkan kepalanya lemah sembari menggigit bibir bawahnya sehingga dirinya terlihat sangat manis.
"Aigoo, anak eomma sungguh menggemaskan!" Wanita itu menarik pipi putrinya sembari mengecupnya pelan.
"Eomma, aku sudah besar tahu?!" Anak itu merajuk. Dirinya memajukan bibirnya ke depan membuat wanita yang dipanggil sebagai eommanya itu malah semakin giat mengecup kedua pipi tembam milik putri kesayangannya itu.
"Ahh, kajja! Kajja kita pulang!" Wanita itu menarik lengan putrinya lembut, mereka terlihat saling bercengkrama dengan diiringi senyuman dan tawa masing-masing.
Seorang disana hanya mampu tersenyum sendu. Memperhatikan bagaimana kini perubahan cepat kekasih hatinya dari keadaan terpuruknya beberapa waktu lalu. Sebelum dia memutuskan untuk mendekati kedua sosok yang sangat berarti baginya.
"Hye Jin-ah, mari kita pulang! Soo-ya kau mau naik dipunggung Appa? Kita akan terbang!" Pria itu berjongkok dihadapan anak perempuannya lalu dengan segera anak itu pun menurutinya.
"Nee! Kajja!"
Mereka berjalan bersama (Hye Jin dan suaminya) sedangkan anak itu kini terbang dengan punggung ayahnya (Hae Soo).
Banyak orang yang berlalu lalang didekat mereka menyapa mereka dengan senyuman dan tak sedikit pula yang bertanya "Wah, enak ya terbang?" Dan tentu saja akan dibalas dengan anggukan cepat Hae Soo, hingga semua orang tertawa melihat Hae Soo.
🍓🍓🍓🍓🍓
"Kau belum makan seharian, mari kita pergi makan!--"
"-- sekalian kita mencari angin?"
Sena telah berulang-ulang kali mencoba untuk membujuk Park Bora—istri Jihoon. Namun wanita itu terlalu keras kepala membuat semua orang yang berada disekitarnya hanya menggelengkan kepalanya lemah. Mereka semua tahu ini sulit, tapi tak bisakah wanita itu tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihannya? Sejak suaminya itu dikabarkan masuk ke rumah sakit, sejak itulah dirinya mulai tak terkontrol. Dan kini, ketika seorang pria yang bertugas menangani Jihoon selama ini mengatakan bahwa suaminya itu dalam keadaan kritis, Bora telah tak sanggup menguasai dirinya sendiri. Dia terus saja melamun sembari duduk di kursi penjenguk dan terus saja memegangi tangan Jihoon yang terasa sangat dingin. Tak lupa juga dengan netranya yang terus lekat memandang wajah pucat Jihoon.
"Bora, mari kita makan yah? Kau belum mengkonsumsi apapun sejak kemarin sore, kau mau kan?" Sena masih mencoba untuk membujuk Bora. Dirinya menatap miris kearah Bora.
"Kalau Jihoon tahu kau seperti ini, dia pasti akan--"
Bora segera mengangkat tubuhnya dari kursi yang sedari tadi didudukinya. "Mari" Bora melangkahkan kakinya terlebih dahulu untuk keluar dari ruangan itu.
Sena bahagia akhirnya sahabatnya itu mau diajak keluar walau sulit. Ini saatnya menunjukkan bagaimana persahabatan yang sesungguhnya.
🍓🍓🍓🍓🍓
Bora berjalan dengan wajah pucatnya. Langkahnya yang gontai membuatnya seperti orang yang tak memiliki semangat hidup. Mati tak mau namun hidup pun segan. Tatapan matanya yang kosong mengarah lurus kedepan. Sena tersenyum miris melihatnya. Sakit hatinya melihat orang yang biasanya tegar sekali, kini malah tampak seperti mayat hidup. Meski jauh dalam lubuk hatinya ia sangat bersyukur karena sahabatnya itu masih ada keinginan untuk makan walaupun harus membawa-bawa nama Jihoon.
Sena menunduk sepanjang jalan. Ikut merasakan kepedihan sahabat-sahabatnya. Ia sungguh tak bisa melakukan apapun untuk membantu mereka selain hanya menghibur dan menjaga Bora.
"Soo-ya, kau mau naik dipunggung Appa? Kita akan terbang!~~"
Sena mengangkat kepalanya ketika dirinya mendengar suara anak perempuan sedang tertawa disertai dengan tawa seorang pria dan wanita yang menemaninya.
Belum sempat Sena mengangkat sempurna kepalanya, namun orang-orang itu telah lebih dulu melewatinya. Dirinya memutar-mutar kepalanya keseluruh penjuru rumah sakit. Namun tak kunjung ia temukan. Ingin sekali Sena mencari orang-orang itu, entah mengapa hatinya seolah mengarahkannya untuk mencari orang itu, namun dilihatnya kesamping, untuk mencari Bora. Tapi kemana Bora, kemana dia? Sena melihat kearah depan, ternyata Bora telah berjalan mendahului dirinya sangat jauh.
"Bora, tunggu aku!" Sena berlari berniat untuk mengejar Bora. Namun langkahnya terhenti ketika Bora lebih dulu membalikkan pandangannya kearah Sena. Sena pun berjalan pelan menghampiri Bora.
"Kenapa kau berjalan cepat sekali huh?!" Sena bertanya dengan bibir yang sedikit dimajukan seolah bertingkah sedang merajuk. Namun sayangnya itu lebih terlihat seperti aegyeo, aegyeo yang gagal. Bora menghembuskan nafasnya kasar, "Kau yang jalannya lama sekali! Apa yang kau lihat huh?!" Kini giliran Bora yang marah.
"Ah, benarkah? Nae mianhae hehe." Sena meraih tengkuk belakangnya disertai dengan tawa kecilnya. Bora tak menanggapinya, dirinya hanya kembali melangkah dan meninggalkan Sena yang kini menatap Bora dengan senyuman lebarnya. Ini adalah pertama kalinya Bora berbicara selain teriakan frustasinya setelah pernyataan buruk dari dokter pagi tadi.
🍓🍓🍓🍓🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Love~Byun Baekhyun
أدب المراهقينKisah seorang idol terkenal yang terjebak dalam kisah asmara yang bisa di bilang cukup rumit. "Bila Kau mencintai dia, pergilah dan carilah kebahagiaanmu." "Cinta tak harus memiliki. Melihat orang yang kita cintai bahagia, itu sudah cukup bagiku. A...