Renjun tersenyum kecil, menggoyangkan kakinya yang menggantung tak sampai menyentuh lantai dan terus memperhatikan gadis cantik yang menatapnya gugup.
Tentu saja gadis itu gugup! Mengetahui fakta bahwa ia tengah duduk didepan seorang vampire murni yang selama ini keberadaanya seolah tertutupi kabut, dan tiga puluh menit lalu mengaku bahwa dirinya seorang vampire.
Tiga puluh menit lalu setelah renjun berhasil membuat jeno tertidur, gadis muda yang merupakan adik lelaki itu terbangun dan mendapati sang kakak terbaring dipangkuan seseorang berpenampilan seperti shota. Sejenak ia berpikir kakaknya memiliki fetish menyukai seseorang yang jauh lebih muda, namun pikiran itu segera hilang saat ia menemukan sepasang taring mencuat keluar dari bibir sang kakak, bahkan masih ada cairan merah yang membekas di sudut bibirnya.
Merasa telah tertangkap basah akhirnya renjun membaringkan jeno ditempat tidurnya, mengajak gadis muda itu duduk dan mengobrol dengannya.
Hingga akhirnya hyena tau semuanya, tentang jeno yang hampir mati diserang perampok, lalu renjun yang seorang vampire murni dan yang paling penting adalah kakaknya yang sekarang juga seorang vampire.
"Apa kau masih bersekolah?" Ucap renjun.
Hyena mendongak menatapnya, mengangguk kecil tanpa mengucapkan sepatah katapun sebagai jawaban.
"Jika aku menyuruhmu untuk tinggal di asrama, kau keberatan?"
Sekarang hyena benar-benar menaruh atensi sepenuhnya pada renjun, sedikit mengernyit mencoba memahami perkataan renjun barusan.
"Aku tak bisa, akan ada biaya tambahan untuk asrama dan aku tak bisa membebankan jeno oppa lebih dari ini."
Renjun mengangkat alisnya kemudian tersenyum dan menyilang kan tangannya kedepan dada, "siapa yang bilang jeno yang membiayaimu? Aku akan membayar semua kebutuhanmu, tentu saja aku melakukan itu karena aku harus membawa jeno ke tempatku. Ia bisa membahayakan manusia disini termasuk dirinya jika aku tetap membiarkan dia tinggal tanpa pengawasan seperti ini."
"Maksudnya aku tak akan bisa bertemu dengan oppa lagi?" Ucap hyena.
"Tentu saja bisa tapi mungkin tak sering. Dengar kau harus mengijinkanku membawanya, dia harus tetap meminum darahku jika masih mau mempertahankan sisi manusianya. Jika sampai jeno meminum darah manusia, kau nanti tidak bisa mengenalnya lagi--"
Renjun melompat turun dari kursi tinggi itu, melangkah menghampiri jendela dan menatap bulan yang mulai bergeser.
"--bisa saja nanti wajah tampannya akan membusuk menyisakan tulang dan kulit yang bergelantungan, jikapun dia masih tampan dia akan kehilangan akal sehatnya dan mulai membantai orang-orang yang dia temui. Dan jika sudah begitu aku akan dibawa ke persidangan oleh kementrian," jelas renjun namun sorot matanya mengarah pada bayangan hitam yang bergerak cepat diatas atap-atap rumah.
"Aku akan menunggu jawabanmu besok sore, untuk sekarang sampai besok kau tak perlu khawatir pada kakakmu. Temui aku atau mungkin orangku di dekat cafe tempat kakakmu bekerja."
Renjun membuka jendela dari lantai dua tersebut dan melompat keluar, namun tak lama setelahnya ia muncul kembali dengan sebuah sayap hitam dipunggung.
"Oh jangan lupa tutup jendela dan pintumu rapat-rapat."
Setelahnya ia benar-benar pergi.
•••
"Yo lucas bagaimana perburuan malam ini?"
Lucas menoleh, mendapati renjun yang mengepakkan sayapnya perlahan sebelum menapakkan kakinya ditanah. Lelaki yang selalu memakai pakaian formal tersebut membungkuk sejenak kemudian melanjutkan ritual pengurungan beberapa vampire liar yang menyebabkan kekacauan di dunia manusia akhir-akhir ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/174595344-288-k507736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
FanfictionJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!