Kepulan asap di atas cangkir dan aroma wangi dari teh mint mengisi ruangan dimana seseorang yang tampak seperti seorang pemuda berusia belasan tahun tengah duduk di sudut ruangan, menatap api yang menari di dalam perapian dengan mata ruby yang berkilat tertimpa cahaya dari pemandangan di hadapannya.
Sesekali jemarinya akan bergerak menyusuri bibir cangkir dengan gerakan memutar tanpa niatan untuk meminum isinya barang seteguk.
Cukup hanya dengan aroma yang menenangkan baginya tersebut, ia tak membutuhkan rasa dari minuman manusia itu.
Huang renjun, nama pemuda dalam balutan pakaian layaknya seorang bangsawan di era victoria di tubuh mungilnya, seorang vampire dari keluarga bangsawan paling disegani di dua dunia, yakni dunia dimana para vampire sepertinya hidup dan dunia di mana manusia hidup. Segelintir manusia dengan kedudukan penting di dunianya sendiri bukannya mustahil untuk tak mengetahui eksistensi kaumnya di dunia.
Kedudukannya sendiri cukup tinggi bahkan berada langsung di bawah para 'raja' di dunianya.
.
"Tuan muda, orang itu sudah bangun."
.Gerakan memutar pada bibir cangkir yang jemarinya lakukan tiba-tiba berhenti, diikuti dengan senyum tipis yang terukir manis di wajah bak porselin miliknya.
Renjun menumpukan tangannya di kedua sisi kursi untuk membantu dirinya berdiri, menggerakkan tangannya kecil untuk memadamkan api sebelum dirinya melangkah keluar diikuti pelayannya.
.
.
.Sepasang manik heterochromia itu beredar, menatap sekeliling dengan kernyitan di dahi yang terkadang muncul.
Sang pemilik manik Ruby dan obsidian tersebut memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit seiring dengan ia yang memaksa otaknya untuk memutar kembali ingatan yang terlupakan olehnya sebelum ini.
Tentang malam itu,
Lalu di sebuah rumah tua,
Kemudian pisau tajam yang mengoyak perutnya berkali-
"Ah!"
Ia bergerak cepat menyingkap pakaian yang di kenakannya hanya untuk memastikan luka yang harusnya masih berada di perutnya.
Namun ia tak menemukan satu gores pun tercetak di permukaan epidermis nya.
Tunggu-- apa yang terjadi? Dimana lukanya? Aku yakin malam itu benar-benar nyata.
Dari segala hal yang kini tengah berkecamuk layaknya tengah berdebat di dalam kepalanya, ia mengingat satu hal terakhir yang ia yakini sebelum dirinya tak sadarkan diri.
Cklek
Atensinya teralihkan oleh sosok pemuda yang tampak beberapa tahun lebih muda darinya, berpakaian seperti seseorang yang berasal dari abad ke sembilan belas dengan seseorang yang jauh lebih tinggi berada di belakangnya.
"Lucas, tinggalkan kami berdua."
Yang lebih tinggi mengangguk, berbalik dan menutup pintu besar tersebut meninggalkan tuan mudanya berada di dalam ruangan bergaya Victoria itu.
Kaki dalam balutan kaus kaki panjang dan celana diatas lutut itu melangkah riang layaknya seorang anak kecil, menghampiri seseorang yang masih memasang tampang bingung diatas ranjang besar di tengah ruangan.
"Aku renjun! Apa tidurmu nyenyak?" Seru pemuda manis itu dengan senyum lebar terukir di wajahnya.
Namun yang di ajak berbicara tak bergeming. Hanya kedua mata heterochromianya yang bergerak seolah memindai setiap tampilannya.
Renjun sedikit memiringkan kepalanya dan berdiri lebih dekat bahkan hingga naik keatas ranjang dan duduk tepat di samping orang itu. "Ada yang ingin kau tanyakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
FanfictionJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!