Saat Lucas menapaki bagian depan bangunan yang seluruhnya terbuat dari kaca itu, matanya tak henti-hentinya memandangi sebuah patung seorang wanita cantik ditengah-tengah bangunan, dikelilingi berbagai macam bunga juga tanaman lain yang ia asumsikan sebagai tanaman herbal. Sementara itu seorang gadis bersurai kemerahan berdiri memunggungi dirinya, menggumamkan sebuah nyanyian dengan bahasa kuno.
"Oh Lucas, selamat datang. Ada perlu apa?" Sapa gadis itu yang tak lain adalah Sakura, dirinya tersenyum lembut dengan gestur memerintahkan Lucas untuk mendekat.
"Anda merubah warna rambut," ucap Lucas yang kemudian berdiri di samping gadis berpostur layaknya bangsawan itu.
Sakura tertawa kecil, lalu mengibaskan tangannya kesamping. "Bukan apa-apa, hanya saja kupikir akan lebih cocok memakai warna ini. Nah ada perlu apa? Renjun mengirimmu?" Tanyanya.
Lucas tak segera menjawab, atau sebenarnya ia tak benar-benar mendengarkan pertanyaan Sakura. Matanya tetap terfokus pada patung wanita ditengah-tengah air mancur. Dahinya berkerut seolah-olah ingin mengingat apa saja mengenai patung tersebut dan tentunya hal itu tak luput dari perhatian Sakura.
"Patung Dewi pembangkit," ucap Sakura yang kini mendapatkan perhatian Lucas kembali.
"Maaf saya tidak bermaksud--"
Sakura mengibaskan tangannya. "Tidak masalah. Kalau begitu sekalian saja kujelaskan," ujarnya sembari tersenyum maklum.
"Sejak ratusan tahun lalu, banyak orang yang percaya jika patung ini dapat menghidupkan kembali orang yang mereka cintai. Makanya sekarang ada banyak sekali itu," katanya lalu menunjuk bagian dasar kolam dimana ratusan benda berkilauan seperti emas juga perak berpendar dari dalam air. "Koin emas dan perak, mereka melemparkan koin-koin itu sebagai persembahan."
"Dan-- apa benar-benar berhasil?" Ucap Lucas.
"Menurutmu bagaimana? Kau kan seorang iblis, apa kau pernah melihat ada jiwa yang kembali ke dunia fana setelah mati?"
Lucas menggeleng kecil. "Jadi legenda itu palsu?"
"Oh tidak sepenuhnya, daripada palsu legenda itu hanya sedikit melenceng dari yang beredar."
Lucas tetap diam menunggu, sementara Sakura membungkuk dan memasukkan tangannya kedalam kolam, meraih sekeping koin dari dasar kolam kemudian memutar-mutarnya ditelapak tangan.
"'Dewi kebangkitan' tidak mengembalikan orang mati begitu saja. Harus ada seseorang yang terus menerus mengenang orang yang telah mati itu, paling sedikit makan waktu lima puluh tahun. Bisa diibaratkan ini seperti mengumpulkan partikel-partikel yang teramat kecil untuk membuat sebuah jiwa yang baru, yah yang seperti ini makan waktu yang lama kan? Dan lagi tidak ada manusia yang bisa menunggu dan mengenang selama itu kan? Jadi ini semua seperti hal yang sia-sia saja."
"Saya mengerti. Terimakasih telah menjelaskan," ucapnya.
"Bukan apa-apa. Nah apa yang ingin Renjun sampaikan padaku?"
Seolah tersadar dari tujuan utamanya, Lucas dengan segera mengambil sebuah kertas dari dalam jasnya kemudian menyerahkannya pada Sakura.
Keheningan menyapa keduanya selama beberapa menit sementara Sakura membaca surat yang diberikan oleh Renjun.
"Ah begitu ya-- Coba kuingat dulu. Mark sudah menghilang selama hampir puluhan tahun. Sayang sekali dia padahal bisa jadi sepupu iparku yang manis. Ah tapi tak apa sekarang sudah ada Jeno yang culun imut-imut."
Culun imut-imut. Lucas hampir tersedak dan kehilangan wibawanya, alhasil dirinya hanya mendengus kecil. "Lelaki itu hampir membunuh tuan muda beberapa hari lalu," ucap Lucas seolah mengkoreksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
FanfictionJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!
