.
.
.
-Part ini berisi flashback-
.
.
."AAAAAA!"
Crash!
"Kau baik-baik saja?"
Pemuda yang sedari tadi menutup matanya erat itu perlahan mendongak dan membuka kelopak matanya, ia sedikit beringsut mundur saat matanya tak sengaja bertemu manik semerah darah milik anak yang berdiri didepannya.
"Da-darah," ucapnya gagap sembari menatap ngeri jemari bersimbah darah milik anak yang tampak berusia delapan tahunan tersebut.
Kemudian maniknya beralih pada tubuh tak bernyawa milik orang aneh yang beberapa menit lalu hampir membunuhnya dengan cakar tajam di jemari dan juga taring panjang yang mencuat dari bibirnya. Ia bergidik ngeri melihat tubuh orang itu yang kini bersimbah darah diatas tanah.
"Hei mau kuantarkan pulang?"
Ucapan anak itu menginterupsinya, ia beranjak dari duduknya dan sedikit menunduk untuk menyamakan pandangannya dengan anak itu.
"A-apa kau--"
"Hm aku bukan manusia , pernah dengar soal vampire? Aku dan orang itu adalah seorang vampire, tapi tentu saja kami berbeda."
Entah mengapa ia tak terkejut, bahkan ia terus menatap wajah anak itu yang tengah membuang pandangannya, tampak sangat imut hingga rasanya ia melupakan fakta jika anak itu yang telah membunuh vampire yang hampir membuatnya celaka tadi.
"Aku Jaemin, terimakasih banyak karena menolongku." Jaemin berjongkok dan menyamakan tingginya dengan anak tadi, tangannya bergerak meraih sesuatu dari dalam saku seragam sekolahnya kemudian meraih kedua tangan yang masih bersimbah darah milik anak itu. "Siapa namamu?" Ujarnya sembari membersihkan darah tadi menggunakan tisu basah.
Alih-alih menjawab anak itu hanya memiringkan kepalanya sembari menatap kedua tangannya yang tengah dibersihkan oleh Jaemin, beberapa detik berlalu hingga akhirnya ia membuka mulutnya. "Aku ini vampire loh, kau bisa saja kugigit sampai mati. Apa kau tak takut denganku?"
Jaemin mengalihkan pandangannya dari sepasang tangan mungil itu, kemudian ia tersenyum manis dan menggeleng bahkan satu tangannya terangkat untuk mengusap pelan surai halus milik anak itu. "Tidak kok, kalau kau berniat membunuhku kau tidak akan repot-repot mengotori tanganmu sendiri kan?"
Sepasang iris sewarna ruby itu melebar bahkan tampak berkilau takjub, ia berdehem pelan dan memalingkan wajahnya. "Renjun, itu namaku."
Jaemin tersenyum kecil kemudian membuang tisu yang sudah berubah warna ditangannya dan beranjak, tangannya kembali bergerak untuk mengusap pipi bulat milik Renjun yang saat itu hanya setinggi perutnya. "Renjun, terimakasih banyak ya."
Masih dengan memalingkan wajahnya Renjun mengangguk pelan.
"Kalau begitu aku pulang dulu, sudah hampir tengah malam dan mungkin saja sekarang keluargaku sudah lapor pada polisi." Terdengar tawa kecil setelah Jaemin menyelesaikan ucapannya. "Kau sendiri tinggal dimana? Biar aku antar sekalian."
Kedua mata Renjun memicing, sedikit memandang Jaemin remeh. "Hm? Manusia yang baru saja kuselamatkan mau mengantarkan ku pulang? Apa aku tak salah dengar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
FanfictionJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!