Tinggal didalam sebuah mansion dengan seorang vampire murni benar-benar mengubah kebiasaan hidup jeno, satu contoh sederhana kini ia ikut menjadi makhluk nokturnal dimana saat siang hari ia tertidur dan saat malam ia akan terjaga dan melakukan aktivitas, apapun itu. Tapi bukan berarti ia tak pernah melihat matahari, dari pagi hingga menjelang siang ia masih akan terbangun.
Seperti saat ini, pukul delapan malam ia baru saja bangun dari tidurnya, membersihkan diri dan keluar dari kamar untuk tak melakukan apapun.
Sejak meminum darahnya kemarin, renjun tak keluar dari kamarnya. Ia hanya mengatakan jika ada sesuatu yang harus dikerjakannya dan menyuruhnya keluar begitu saja.
Jeno menghentikan langkahnya sejenak didepan pintu kamar renjun, tak berpikir bahwa pintu itu akan terbuka sewaktu-waktu.
Dan baru saja ia berpikir begitu, pintu yang terlihat megah hanya untuk pintu kamar itu terbuka menampilkan sosok mungil dengan penampilan berantakan yang tak terlihat seperti biasanya, rambutnya mencuat kesana kemari dengan wajah seperti sehabis lembur berhari-hari.
"Apa? Sana minggir."
Ucapan ketus itu keluar dari bibir tipis Renjun, ia bahkan mendorong tubuh Jeno yang lebih besar darinya agar segera menyingkir. Sementara itu Jeno menatap langkah gontai renjun yang mengarah kebelakang.
"Dia kenapa?"
Baru saja Jeno hendak berbalik menuju kamarnya lagi, teriakan Renjun terdengar menggema keseluruh ruangan.
"Lucas sialan! Kubunuh kau saat pulang nanti!"
.
.
.
Full moon
.
.
.Beberapa saat setelah teriakan Renjun mengagetkannya, kini pemuda dalam balutan kemeja putih oversize itu duduk dan menumpukan kepalanya diatas meja dengan aura suram menguar disekitarnya.
Bahkan sejak tadi pun Jeno tampak sungkan untuk sekedar menyebut namanya.
Jeno menghela nafas panjang, tentu saja ia tak bisa membiarkan hal ini terus terjadi. "Oi kau baik-baik saja?"
Kepala Renjun sedikit bergerak, mendongak menatap Jeno yang duduk tegak diseberangnya. "Lapar."
"H-ha?"
Renjun ikut menghela napas kemudian menegakkan tubuhnya dan menatap Jeno lekat-lekat. "L A P--"
"Ok, ok. Aku tau apa yang kau maksud jadi tidak perlu di eja ulang. Kau lapar kan?" Jeno berdiri dan melangkah mendekat pada Renjun, ia menggulung lengan bajunya dan menyodorkan tangannya kehadapan Renjun.
Sementara itu Renjun hanya menatap tangannya, kemudian mendongak menatap wajahnya lalu kembali pada tangannya hingga beberapa kali. "Tidak terimakasih," ucap Renjun mendorong kembali tangan Jeno.
"Aku butuh makan, makanan yang sesungguhnya bukan hanya cemilan. Darah campuran sepertimu itu ibaratnya hanya mengganjal perutku sebentar, sementara itu aku harus minum darah yang benar-benar murni tanpa campuran vampire agar punya tenaga."
Renjun mendorong kursinya kebelakang, merapikan sedikit rambutnya yang mencuat dan menoleh pada Jeno yang tampak menerka-nerka maksud kalimatnya. "Wajahmu itu sudah seperti orang bodoh, jangan diperjelas dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
FanfictionJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!