Pikiran Jeno kalut, kakinya melangkah dengan berat hati menyusuri lantai marmer mengkilap. Pilar-pilar tinggi di kanan-kirinya terasa mencekik. Pikiran Jeno masih tertinggal di mansion Renjun, masih terpaku pada Renjun yang tertahan di mansionnya sendiri.
Jeno terlalu larut dalam lamunannya sendiri sampai-sampai dirinya tak menyadari kehadiran seorang gadis bersurai pirang didepannya.
"Jeno, kenapa kau datang kemari sendiri? Mana Renjun?"
Jeno menghentikan kakinya, menatap sakura untuk sepersekian detik lalu sebesit pikiran terlintas di benaknya. Dicengkeramnya kedua bahu gadis itu dengan kuat.
"Bisakah kau menolong Renjun?" Ucap Jeno.
Sakura yang masih tak mengerti arah pembicaraan Jeno hanya mengerutkan dahi. "Menolong? Apa maksudmu? Apa yang terjadi padanya?"
Jeno melepaskan tangannya dari bahu Sakura kemudian dia menceritakan kejadian-kejadian tadi secara lengkap pada gadis itu. Seiring dengan cerita yang mengalir dari bibir Jeno, raut wajah sakura juga bertambah gelisah.
"Aku akan mencoba sebisaku membebaskan Renjun. Akan kucari cara untuk keluar dari kastil ini secara diam-diam, mengingat aku juga sekarang tak punya akses mudah untuk keluar masuk seperti dulu."
Jeno mengangguk, kini ia mengerti mengapa Sakura semakin jarang mendatangi mereka. "Terimakasih banyak," ucap Jeno.
Sakura hanya mengangguk, saat Jeno akan melanjutkan perjalanannya lagi ia menahan lengan pemuda itu. Dengan pandangan serius ia menatap Jeno. "Boleh kutanya satu hal?" Ucapnya.
"Tentu saja."
Sakura melepaskan tangannya dan memainkan kelopak mawar yang mencuat keluar dari saku jaketnya. "Kenapa kau begitu peduli pada sepupuku?"
Jeno terdiam sejenak, ia sebenarnya juga tak tau. Untuk sesaat dirinya tak tau harus membalas apa.
"Aku-- aku tak tau." Jeno mengerutkan dahinya, memandang kesembarang tempat seolah-olah dirinya tengah mencari jawaban dari udara kosong. "Hanya saja-- aku merasa harus mempedulikannya."
Senyum kecil terpatri di wajah sakura. "Jantungmu berdebar kencang," ucapnya. "Kau menyukai sepupuku Jeno."
Gadis itu kemudian menepuk pundak Jeno. "Semoga berhasil dengan urusanmu disini, aku berdoa agar tak ada yang serius."
Lalu menghilanglah gadis itu dari pandangan Jeno, meninggalkan Jeno yang terperangah pada dirinya sendiri dan detak jantungnya yang memang seperti kata sakura tadi, berdebar lebih kencang.
Aku-- menyukai Renjun?
"Lee Jeno."
Panggilan itu membuyarkan lamunan sesaat Jeno, dirinya membalik tubuh dan menemukan ayah Renjun dengan wajah datar nan dinginnya tengah menatap lurus padanya.
"Ikut aku," ucap ayah Renjun.
_____________
Renjun menatap tajam seseorang yang berdiri dibalik punggung Lucas yang baru disadarinya juga tengah dirantai dengan rantai yang sama dengan rantai yang membelitnya.
"Oh oh, kau bisa melihatku ya?" Ucap suara lelaki itu. Suaranya terdengar sangat persuasif, sampai-sampai Renjun berpikir jika lelaki itu menyuruhnya untuk melemparkan dirinya sendiri kedalam jurang, Renjun akan dengan senang hati melakukannya.
Setelah Renjun tak menjawab perkataannya, lelaki itu perlahan mewujud sebagai seorang pemuda bersurai hitam dan bermata hijau. Matanya terlihat sayu namun juga menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
FanfictionJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!