Srak!
Renjun menyibak tirai, menatap lurus langit yang sedikit tertutup awan.
"Aku bilang padanya saat bulan penuh, padahal kenyataannya saat bulan berwarna semerah darah, Seperti sekarang ini."
Sedikit demi sedikit awan yang menutupi langit mulai bergeser, menampakkan penampakan bulan berwarna semerah darah.
"Bloody moon, semua yang bersifat jahat akan mengumpulkan kekuatannya."
Renjun menutup kembali tirainya, berbalik menghadap Lucas yang membungkuk sebentar padanya, kemudian mengulurkan sebuah ear ring berukir rumit kepada Renjun.
"Berapa waktu kita?" Ujar Renjun sembari memakai ear ring tadi di telinga kirinya.
Lucas mengeluarkan arloji dari sakunya. "Sekitar lima belas menit lagi tuan muda."
Renjun tampak mengangguk kecil kemudian menutup matanya sejenak, sebuah cahaya biru melingkupi tubuhnya untuk beberapa detik hingga ia membuka matanya kembali.
Menampilkan sepasang ruby yang tampak seperti dikelilingi warna emas di kedua matanya.
"Aku buka segelmu."
Renjun menarik ear ring berbentuk salib di telinga kanan Lucas, membuat lelaki itu menyeringai kecil hingga kemudian sepasang sayap hitam muncul di punggung tegapnya. Mengoyak jas dan kemeja yang dipakainya, menampilkan sosok aslinya.
Seorang iblis.
Renjun menyeringai kecil lalu melangkah melewati Lucas yang berlutut dihadapannya. "Mari buat seorang mid-beast menjadi sebuah senjata."
.
.
.Jeno melangkah menuju jendela tinggi yang mustahil diraihnya, samar-samar ia dapat melihat cahaya bulan yang sedikit tertutup pohon besar.
Kemudian ia mengernyit, menyipitkan mata untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya benar-benar nyata atau tidak.
Ia memang pernah mendengar yang semacam fenomena ini, tapi dulu ia hanya menganggapnya sebagai imajinasi para ilmuwan semata.
"Merah?"
Rantai yang membelenggu kedua tangan dan kakinya ikut bergemerincing seiring dengan langkahnya.
"Berapa waktu yang tersisa?"
Jeno mengalihkan pandangannya, sedikit tersenyum saat tau itu adalah suara Renjun yang terdengar mendekat.
"Lima menit dari sekarang."
Jeno mendekat kearah jeruji yang mengurung dirinya, membulatkan mata terkejut dengan penampilan tak biasa kedua orang yang selama ini hidup bersamanya di mansion besar ini.
Kepakan sayap Lucas bahkan terdengar menggema di lorong yang menuju kearah sel nya.
"Bagaimana perasaanmu?" Ucap Renjun dengan senyum di bibirnya.
Tapi bukan senyum manis kekanakan yang selama ini selalu Jeno lihat, melainkan senyum miring mengerikan yang menampilkan kedua taringnya. Bahkan hanya melihat kedua mata itu saja dapat membuat dirinya merinding.
"Sedikit aneh."
Renjun mengangguk kecil. "Tidak heran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (End) ✔
Fiksi PenggemarJeno yang hampir meregang nyawa dan membuatnya menjalani kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Warn! Shounen-ai!