2

1.1K 64 11
                                    

Matahari mulai bergeser ke barat, sedangkan Lia masih setia menyusuri lorong sekolah. Setelah bel pulang berbunyi dia tidak langsung ke kelas, tapi terus mengikuti guru magangnya.

"Pak maafin Lia ya, kan Lia gak tau kalau bapak itu yang ngajar olahraga." kata Lia berusaha menyejajarkan langkah.

"Bapak jangan marah dong, Liakan tadi gak sengaja. Masa bapak gak maafin Lia." katanya lagi dengan nada merengek.

Merasa tidak dianggap, Lia langsung menghadang jalan guru magang itu. Hingga bertemulah dua pasang mata cemerlang, mereka saling mengunci pandangan hingga akhirnya guru itulah yang memutuskan kontak terlebih dahulu.

"Pak Faiz maafin Lia ya." kata Lia memasang puppy eyesnya.

"Saya maafin." jawab guru magang bernama Faiz itu.

"Lia tu disini pak, bukan di lantai." gerutu Lia saat lawan bicaranya tidak menatap dirinya.

Faiz merasa jengah dengan tingkah muridnya yang satu ini, "Sebaik-baiknya wanita adalah yang menutup auratnya, sedangkan sebaik-baiknya lelaki adalah yang mampu menjaga pandangannya."

"Hah?" Lia tidak mengerti dengan perkataan gurunya itu.

Faiz menatap penampilan Lia, kerudung segi empat yang dikenakan Lia di sampirkan di pundaknya. Dengan cepat Faiz menjatuhkan sampiran itu hingga menutupi bagian dadanya, "Tutuplah semua bagian lekukan tubuh, jangan memancing syahwat kaum adam. Rasulullah bersabda: Dua golongan penghuni neraka dari umatku yang aku belum pernah melihat mereka; yaitu para wanita yang berpakaian tapi telanjang... Mereka tidak akan masuk surga dan tidak bisa mencium baunya.   (HR Ahmad dan Muslim). Assalamualaikum." Faiz berlalu tanpa mempedulikan ekspresi Lia yang sangat tidak terkontrol.

"Waalaikumsalam warahmatullah."

***

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kini tidak ada lagi teriakan pagi hari di kediaman Rasyid. Untuk pertama kalinya anak sulung Rasyid dibuat tidak berkedip saat melihat adiknya telah menunaikan sholat subuh, apalagi ditambah dengan membaca Al-Qur'an. Sungguh perubahan yang mengejutkan dan mengharukan, siapa yang tidak akan senang dengan perubahan baik saudaranya? Semua orang akan merasakan hal yang sama.

"Eh abang, jangan marah-marah lagi ya." Lia tersenyum dan membereskan peralatan sholatnya.

"Alhamdulillah, abang seneng kamu berubah." Zaidan mengelus kepala adiknya.

"Lia sadar selama ini abang keras itu buat kebaikan Lia, maaf ya bang kalau selama ini Lia nyusahin abang terus." kata Lia tulus.

Zaidan sangat tersentuh dengan perkataan adiknya, selama 16 tahun tinggal bersama, baru kali ini dia mendengar hal itu. "Udah jadi tugas abang buat ngingetin kamu, sekarang kamu siap-siap aja ya."

"Sekarang masih jam lima bang, nanti Lia ke sekolahnya pagi banget dong."

Zaidan menepuk keningnya, biasanya Lia selalu bangun pukul enam. Hal itu membuat Zaidan harus mati-matian menyuruh adiknya ini dan itu dengan cepat, akhirnya dia membiarkan adiknya untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat.

Sepeninggalan Zaidan, Lia langsung mengambil laptop dan membuka aplikasi favoritnya. Apalagi kalau bukan wattpad, dia selalu menghabiskan waktu dengan membuat cerita. Menjadi penulis merupakan cita-citanya, berkutat dengan setumpuk novel memang teman sejatinya. Tidak ada yang bisa menggantikan itu semua walaupun berlembar-lembar siklus telah menunggu.

Waktu berlalu dengan cepat, berbagai aktifitas telah dilakukan hingga akhirnya sampailah Lia di sekolah. Dikarenakan bangun lebih awal, jadi Liapun sampai sekolah sebelum matahari memancarkan cahanya dengan sempurna.

Marhaban Habib [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang