8

734 47 1
                                    

Hujan terus mengguyur bumi hingga akhirnya Lia terpaksa menunggu di sekolah karena tidak ada yang menjemputnya, disisi lain tampak lelaki berkulit sawo matang yang sedang menertawakan seseorang.

"Belum puas ketawanya?" Lia bersungut-sungut.

Gelak tawa lelaki itu semakin kencang, bagaimana tidak setelah kening Lia mencium tembok terdapat benjolan sebesar cilok disana. Dengan terpaksa Lia menurunkan ciputnya agar dapat menutupi benjolan itu, tapi apa daya benjolan itu tetap terlihat hingga membuat Lia semakin aneh.

"Udah atuh teh jangan marah-marah terus." katanya saat telah berhasil menahan tawa.

"Tah teh tah teh, kalau mau minum teh sana ke kantin." Lia berkata ketus.

Lelaki yang bernama Alvin Shaputra itu memang asli turunan Sunda, walaupun sedang bicara bahasa Indonesiapun logat daerahnya sangat kental. Tak heran jika terkadang sebutan teteh atau aa refleks terlontar, karena katanya dia sangat mencintai tanah kelahirannya.

"Teh boleh gak makan ciloknya." Alvin semakin gencar menggoda.

"Makan pala lu peang! Ini gue lagi sakit lu malah ketawa, dasar adek kelas durhaka!" tanpa sadar Lia menjitak kepala Alvin.

"Aw, tega lu kak. Kan gue cuma becanda."

"Bodo amat!"

Beginilah Lia kalau bersama Alvin, maksud hati ingin mempertahankan kekalemannya namun ternyata dirinya lepas kendali.

***

Satu jam telah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda hujan reda. Hal itu membuat Lia gelisah, takutnya tidak ada kendaraan umum jika terlalu malam.

Rupanya Alvin melihat kegelisahan Lia, niatnya ingin menggoda kembali tapi kasihan saat melihat raut wajah yang terpancar. Dirinya memang membawa motor, tapi sangat tidak mungkin jika mengajak Lia hujan-hujanan.

"Kak."

"Vin." kata mereka berbarengan.

"Lu duluan." katanya bareng lagi.

Suasana kikuk menyelimuti sesaat, "Lu kemana aja hm?" tanya Lia pada akhirnya.

Memang dua bulan belakangan ini Alvin tidak pernah terlihat di sekolah, tidak ada yang tau pasti apa alasan dia izin. Bahkan teman-teman sekelasnyapun tidak dapat memastikan saat ditanya, ada yang bilang sakit keraslah, ada yang bilang abis kecelakaan, tapi semua itu hanya hoax semata.

"Ciee kangen." goda Alvin  "Eh btw sekarang penampilan lu berubah. Cantik." lanjutnya yang membuat semburat merah muncul di pipi Lia

"Itu kenapa mukanya kek kepiting rebus." Alvin kembali menggoda.

Tanpa sadar Lia memegang pipinya, rasa panas terus merambat hingga akhirnya dia menutup muka karena malu. Lagi lagi Alvin tertawa, setelah sekian lama akhirnya dia berhasil untuk menggoda kakak kelasnya. Dalam hati Alvin bersyukur karena pertanyaan tadi tidak berlanjut, sejujurnya dia tidak mau jika orang lain tau atas izinnya dia selama ini. Cukuplah keluarga, Allah dan guru saja yang tau tentang hal itu.

"Btw lu udah punya pacar?" tanya Alvin yang membuat Lia terbatuk.

"Kesambet apa nih anak?" Lia memegang kening Alvin, "Tapi gak panas, jangan-jangan ada setan bucin yak."

"Astaghfirullah, kalau lu bukan kakak kelas udah gue jitak." Alvin menggerutu

"Yey, gue masih single. Jomblo sampai halal yes." jawab Lia bangga.

"Halah, bilang aja gak laku."

Perkataan itu sukses membuat kepala Alvin mendapat jitakan gratis untuk kedua kalinya, walaupun nyeri tapi dia tidak bisa marah jika Lia yang melakukannya.

Marhaban Habib [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang