22

585 37 0
                                    

Zaidan memasuki kamar bernuansa putih itu dengan tergesa, dilihatnya lelaki yang sedikit lebih muda darinya tengah tertidur pulas di sofa panjang. Walau tertutup rapat, tapi mata lelahnya tidak dapat dibohongi. Zaidan menjadi tidak tega untuk membangunkannya.

"Gak mungkin, gak, itu semua bohong!"

Lelaki yang tertidur itu meracau tidak jelas, dengan cepat Zaidan menggoyang tubuh lelaki itu.

"Bang, Lia dia-"

"Sstt tenang dulu, kamu kenapa?" tanya Zaidan kepada adik iparnya.

Faiz menunduk dalam, matanya kini mengeluarkan bulir air. Masih teringat jelas bayangan istrinya, dimana Faiz harus menuruti segala keinginannya, dan jika tidak maka sifat moody istrinya itu akan keluar.

"Coba cerita ke abang." Zaidan mulai menuntut hingga Faiz tidak dapat membantah.

"Lia meninggal." lirih Faiz.

"Astaghfirullah." Zaidan berjengkit.

Dahinya semakin terlipat yang membuat Faiz menatap kakak iparnya, sangat tidak mungkin bukan jika lelaki dihadapannya kini terserang amnesia? Lalu mengapa kini Faiz terlihat bodoh?

"Mending kamu cuci muka dulu." kata Zaidan.

Faiz menuruti perkataannya dan langsung menuju kamar mandi, sedangkan Zaidan hanya menggelengkan kepala. Entah apa yang sedang dalam pikiran adik iparnya itu.

"Bang kita ke makam Lia ya." kata Faiz setelah keluar dari kamar mandi.

Zaidan menepuk dahinya sembari beristighfar, "Kamu mendoakan Lia meninggal?" kata Zaidan yang dihadiahi dengan tatapan bingung.

"Ya Allah Faiz, terus yang selama ini tidur di ranjang itu siapa?" tanya Zaidan mulai gemas.

Faiz mengikuti arah telunjuk Zaidan, disana tampak seorang wanita yang sedang tidur dengan wajah pucat pasi. Walaupun sedang tidak sadarkan diri, namun di kepalanya tetap terpakai hijab hitam syar'i. Ditangannya terdapat infus dan berbagai handsaplas, jangan lupakan selang oksigen yang tertancap di hidungnya.

"Sudah sadar adik iparku?" tanya Zaidan saat melihat Faiz yang tidak berkedip.

"Di...dia istri saya?" tanya Faiz terbata.

Tolong ingatkan Zaidan untuk menambah stock kesabarannya kali ini, jujur dia tidak menyangka jika Faiz dapat lemot seperti ini.

"Betul sekali, dia Lia Farzana istri dari Faiz Afnan Ichsandira." jawab Zaidan dengan nada dibuat-buat.

Faiz langsung memeluk Zaidan haru, ternyata bayang-banyang meninggalnya Lia hanyalah sebuah mimpi. Alhamdulillah, ternyata Allah masih memberi waktu bagi Faiz untuk memperbaiki hubungannya dengan Lia.

"Bang maafin sikap saya selama ini." kata Faiz sambil menatap Zaidan yang hanya dibalas dengan anggukan.

Setelah tidak ada lagi perbincangan, Faiz mulai mendekati istrinya. Dia menggenggam tangan Lia  dikecupnya tangan itu berkali-kali. Faiz yakin Allah akan mengabulkan doanya atas kesembuhan Lia, Faizpun sadar kalau semua ini adalah teguran dari Allah karena tidak mempercayai istrinya.

"Dek cepet bangun ya, apa gak capek kamu tidur terus?" tanya Faiz yang hanya dibalas dengan kebisuan, "Saya yakin adek pasti dengar semua ini. Saya rindu adek, jangan lama-lama ya tidurnya. Nanti setelah adek bangun, banyak hal yang akan saya ceritakan." lanjutnya.

Menit-menit selanjutnya diisi dengan cerita Faiz, walaupun tidak ada jawaban namun dia percaya bahwa istrinya itu dapat mendengar semua perkataannya. Sedangkan Zaidan, dia memilih untuk menunggu diluar dan membiarkan kedua adiknya itu saling melepas rindu, walaupun sebenarnya yang merasakan penyakit rindu itu Faiz.

Marhaban Habib [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang