17

637 45 0
                                    

Faiz mulai melakukan rutunitasnya pada pagi hari, kebanyakan waktunya digunakan untuk tilawah Al-Quran dan juga membaca kajian yang ada di grup whatsappnya. Namun kegiatannya itu terhenti saat suara bel terdengar berulang kali, dengan cepat Faiz melangkahkan kakinya untuk menyambut tamu.

"Assalamualaikum." sapa kedua orang tamu saat pintu telah terbuka.

"Waalaikumsalam warahmatullah, eh bang Idan sama Ulfah. Kok gak bilang mau kesini?" tanya Faiz sembari mempersilahkan kakak iparnya masuk.

"Ulfah yang minta kesini, maksa banget dia. Katanya kangen sama sahabatnya, padahalkan udah jadi adek iparnya." jawab Zaidan dengan tawanya yang renyah.

Sebuah cubitan mendarat di pinggang Zaidan yang membuatnya meringis, sedangkan Ulfah tetap memasang ekspresi kalem tak berdosa.

"Lia mana?" tanya Ulfah.

"Lagi tidur, beberapa hari ini dia ngeluh pusing. Gak enak badan katanya." jawab Faiz.

Mendengar hal itu Ulfah langsung berpamitan dan melesat menuju kamar Lia, sedangkan Faiz dan Zaidan memilih mengobrol di taman belakang sambil menikmati suasana pagi yang sejuk.

"Btw kenapa gak kerja?" tanya Zaidan tanpa basa-basi.

Faiz menghela nafas, "Lia ngelarang saya buat kerja bang, udah tiga hari saya ijin."

"Ya Allah anak itu, kenapa kamu nurut aja. Nanti gimana nasib karir kamu?" tanya Zaidan tak habis pikir.

"Ya gimana lagi bang, Lia ngerengek terus. Bahkan moodnya sering berubah-rubah, lebih sering dari biasanya. Saya kira dia lagi PMS, tapi ternyata tidak. Kalau urusan karir saya serahkan semuanya pada Allah saja bang, toh saya masih punya bisnis sampingan untuk mencukupi kebutuhan." jawab Faiz panjang lebar.

"Banyakin stok sabar ya buat ngadepin Lia, abang salut ngeliat kesabaran kamu." kata Zaidan sambil menatap adik iparnya kagum.

Faiz hanya mengangguk saja saat mendengar perkataan Zaidan, tapi sorot mata lelah Faiz tidak dapat disembunyikan. Bagaimana tidak, selama tiga hari belakangan ini dia yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah, diam-diam dia juga menyiapkan materi untuk ulangan harian tulis, ditambah Lia yang sering meminta ini dan itu, jika tidak dituruti maka berbagai ocehan akan terus terdengar bagai kaset rusak.

Faiz teringat kejadian kemarin saat dirinya ingin terlelap karena rasa kantuk yang menyerang hebat, namun baru sebentar memejamkan mata Lia sudah merengek minta kerak telor dan juga ice cream vanila dengan milk shake coklat. Faiz mencoba menolak dengan halus takut-takut Lia akan menggerutu, namun responnya diluar dugaan, Lia malah terisak dan memilih tidur sambil membelakangi tubuhnya.

"Jangan nangis dong dek." kata Faiz waktu itu.

Lia terus terisak bahkan semakin keras, "Ma...maaf kalau Lia nyusahin habib terus ya. Lia emang istri yang gak berguna, kerjaannya cuma nyusahin habib aja, ini lagi Lia pake acara cengeng segala." Lia mulai meracau.

"Ssttt. Adek jangan nangis lagi ya, ini saya belikan." kata Faiz pada akhirnya, mengabaikan semua rasa lelah yang terasa dan dihadiahi tatapan bahagia dari sang istri.

Helaan nafas panjang keluar dari mulut Faiz hingga terdengar oleh Zaidan yang sedari tadi memperhatikannya, dalam hati Zaidan merasa kasihan melihat raut wajah lelah dari adik iparnya. Biasanya Faiz selalu riang sepenat apapun pikirannya, sorot matanya selalu memancarkan binar kebahagiaan.

"Senyusahin itukah Lia?" tanya Zaidan yang membuat Faiz memperhatikannya.

"Enggak bang, mungkin Lia lagi pengen dapet perhatian saya. Emang salah saya juga sih yang selama ini sibuk mengajar." jawab Faiz.

Marhaban Habib [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang