7

723 39 1
                                    

Lia POV

Setelah turun dari panggung, aku mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang telah menyeretku ke acara ini.

"Heh, kok gak bilang sih bakal ada kek ginian?" tanyaku saat telah menemui Syila sang ketua pelaksana.

"Gue kagak tau bakal ada kek gitu, seriusan." jawabnya yang membuatku mencebik kesal.

Tadi saat di kelas aku mendapat ceramah gratis dari guru tergaje dikarenakan tidak memperhatikan pelajaran, ini semua gara-gara ketua pelaksana somplak yang main paksa untuk menggantikan penyanyi yang berhalangan hadir. Jika aku tau bakal ada sesi surprise gak jelas ini, sudah kupastikan detik ini juga aku sedang terlelap dan menikmati bunga tidur yang indah.

"Sekarang mending lu siap-siap aja." katanya enteng.

Aku membulatkan mata, setelah apa yang telah dia lakukan dengan seenak jidat dia masih menyuruhku? Oh Allah, jika membunuh orang tidak dosa sudah pasti aku mutilasi dia pada detik ini juga.

"Assalamualaikum." kata seseorang dari balik tirai.

Aku yang sedang kesal hanya meliriknya sekilas dan kembali beradu mulut dengan Syila.

"Astaghfirullah, kalian tu gimana sih ada salam gak dijawab. Hukumnya wajib tau." kata Ulfah yang sudah ada di antara aku dan Syila.

"Bodo amat!" jawabku dan Syila berbarengan dengan nada ngegas.

Ulfah terperanjat sebelum akhirnya beristighfar, entahlah sisi kalemku sekarang sedang pergi berkelana. Sosok Lia yang sekarang kembali seperti dahulu, mood yang sering berubah, nada bicara yang keras dan juga otak gesreknya kembali menyelimuti.

"Sebenernya kenapa sih?" tanya Ulfah.

Dengan malas aku menceritakan kejadian beberapa menit yang lalu, sesekali dia mengangguk namun setelahnya dia hanya tersenyum. Hanya itu! Tidak ada pembelaan sama sekali yang membuatku semakin kesal, ayolah aku semakin sebal dibuatnya.

"Kata Rasul : Apabila seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum, hendaklah ia berbaring. Jadi sekarang kamu duduk dulu ya, aku ambilin minum." katanya.

Dengan seketika aku menuruti perkataan itu lalu meneguk air yang diberikan, walaupun sudah sedikit tenang namun saat melihat Syila kekesalan kembali melanda. Sebelum moodku buruk kembali, aku langsung beristigfar dan tidak akan membiarkan setan menguasai diriku dengan amarah.

"Audiens minta lagu Al Barq, lu bisa gak?" tanya salah satu crew menghampiri.

"Bisa." jawabku singkat.

"Bagus, lima menit lagi lu harus siap."

Aku mengangguk dan memperhatikan penampilanku. Jika tadi aku mengenakan pakaian serba hitam, kini aku memakai serba putih dengan rompi hitam selutut. Aku memoleskan sedikit lip balm agar terlihat segar saat dipanggung nanti.

"Inilah dia penampilan yang ditunggu-tunggu, selamat menyaksikan!" suara MC menggelegar, ini saatnya aku menuju ke panggung.

Lama 'al barqul yamani
'An habiibin qad sabani
Fatazakkartujtima'an
Fasyajani masyajani

Aku telah memulai bait pertama, semua berjalan lancar dengan tatapan penonton yang terlihat antusias.

Lama 'al barqul yamani
'An habiibin qad sabani
Fatazakkartujtima'an
Fasyajani masyajani

Pada bait kedua terdengar suara lelaki yang menimpali suaraku, tetapi aku belum bisa meihatnya. Tepatnya dia belum memperlihatkan batang hidungnya diatas panggung.

Marhaban Habib [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang