5

812 42 1
                                    

Faiz POV

Sejak gadis itu menerima telepon, entah mengapa hati saya menjadi tidak tenang mengingat nama kontak yang tertera adalah lelaki. Tapi apakah itu cemburu? Tidak-tidak, saya tidak mau mencemburui makhluk-Nya, karena saya tidak mau jika Allah cemburu kepada saya dan menimpa rasa sakit atas perbuatan saya.

"Astagfirullah."

"Liaa...."

Seketika kelas XI Akuntansi menjadi riuh tak terkendali, dengan cepat saya mengikuti pandangan mereka. Terlihat gadis berjilbab hitam yang tengah tergeletak tak sadarkan diri, saya mulai menghampirinya diikuti dengan anak-anak yang lain.

"Kamu cepat ambil brangkar!" perintah saya asal tunjuk.

Hanya membutuhkan lima menit brangkar itu telah tersedia, sebagian ada yang mengipaskan gadis itu dengan tangannya, sebagian lagi hanya menjadikannya bahan tontonan.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya saya saat melihat ketua kelas hendak menggendong tubuh Lia.

"Saya cuma mau mindahin dia ke brangkar." jawabnya lalu hendak menggendong gadis itu lagi.

"Berhenti!" seru saya yang dihadiahi tatapan bingung, "Kamu bukan mahramnya, dan buat kalian, bisakah kalian membantu teman kalian? Gendong tubuhnya bersamaan, bukan hanya menonton saja!" seru saya kepada para akhwat.

Dengan cekatan mereka mengangkat tubuh Lia, dan empat orang lelaki segera mengangkat brangkar dan membawanya menuju UKS.

Sesampainya disana petugas PMR langsung menyambut kedatangan kami dan memberikannya pertolongan pertama, saat mereka hendak melepas hijabnya saya langsung memerintahkan semua ikhwan keluar agar tidak melihat auratnya. Sedangkan gadis berjilbab putih dengan tubuh gempal itu masih setia di sebelah Lia, sedari tadi dialah yang paling panik.

Dikarenakan pelajaran belum selesai, jadi saya menyuruh seluruh murid kelas XI Akuntansi kembali menuju GOR dan membiarkan kedua gadis itu. Konsentrasi saya menjadi terpecah, entah mengapa saya menjadi gelisah. Di dalam pikiran saya hanya ada kekhawatiran untuk gadis itu, oh Allah apakah saya benar-benar mencintainya?

"Pak sekarang kita mau ngapain? Dari tadi diem mulu." kata siswi yang membuat saya tersadar.

Saat saya hendak menjawab, adzan ashar berkumandang. Akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri pelajaran ini dan menuju ke masjid. Jika pada hari biasa saya menempati tempat imam, namun hari ini saya memilih menjadi makmum. Pikiran saya seolah jadi buntu, takutnya nanti tidak konsentrasi. Sholat yang saya lakukan sekarang saja harus mencoba sekuat tenaga untuk khusyu', bayang-bayang Lia yang terbaring lemah terus mengganggu.

Seusai sholat saya langsung menuju UKS, biar bagaimanapun juga dia adalah tanggung jawab saya. Semoga penyebab pingsannya bukan karena saya yang terlalu memforsir tenaganya, karena itu akan membuat saya merasa bersalah.

"Assalamualaikum, apakah dia sudah siuman?" tanya saya kepada gadis berjilbab putih.

"Waalaikumsalam warahmatullah, belum pak." jawabnya dengan suara bergetar.

Keheningan mulai mendominasi, tidak ada satupun percakapan yang tercipta.

"Sekarang kamu sholat ashar dulu." kata saya.

"Tapi pak, ini Lia-"

"Saya akan menjaga dia detemani dengan petugas PMR, setelah sholat tolong kamu bereskan tas Lia lalu bawa kesini." potong saya yang hanya dibalas dengan anggukan.

Sepuluh menit telah berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda dia tersadar, sedangkan kaki saya mulai pegal karena sedari tadi berdiri. Entah untuk keberapa kalinya saya melihat wajah pucat itu, tetap terlihat cantik walaupun tanpa make up. Saya segera memalingkan pandangan saat tersadar, astagfirullah rupanya setan mulai menggoda untuk melakukan zina mata.

Marhaban Habib [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang