1. Hancur

2.4K 98 0
                                    

Semilir angin malam yang begitu dingin menerpa tubuh seorang gadis yang terdiam sambil menatap langit, tatapan gadis itu begitu kosong. Nabilah Ratna Ayu atau bisa dipanggil Nabilah, gadis kesepian yang tak tahu tujuan hidupnya ini. Gadis yang sudah menginjak bangku kuliah ini harus rela kehilangan kedua orangtuanya, ibunya meninggal setelah melahirkannya dan ayahnya meninggal karena serangan jantung. Sekarang dia hanya tinggal bersama Kakaknya saja, Melody Nurramdhani.

Hubungan antara dia dan kakaknya tidaklah harmonis, keduanya sering bertengkar bahkan untuk hal sepeleh pun. Kakaknya terlihat begitu membencinya, Nabilah tahu bahwa Kakaknya sangat terpuruk. Nabilah sudah berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan sang Kakak, namun sayang Melody malah menolaknya.

"Mau sampe kapan diluar? Masuk."

Lamunan Nabilah buyar saat mendengar ucapan tegas dari Melody itu. Sejenak Nabilah menatap Melody, kemudian dia segera masuk kedalam rumah. Dia sangat tahu, jika ucapan Melody tidak dia turuti maka akan berakhir pertengkaran. Nabilah duduk disofa ruangan keluarga lalu menyalakan televisi.

"Kak, aku harus bayar uang sekolah aku." Ucap Nabilah dengan padangan yang tak lepas dari televisi.

Bukan tanpa alasan Nabilah melakukan itu, dia hanya takut untuk menatap Melody. Melody menghampirinya lalu berdiri dihadapannya, saat ini perasaan Nabilah sudah tidak enak.

"Kamu ngomong sama tv atau sama aku?." Tanya Melody dengan nada tinggi.

"S-sama Kakak." Jawab Nabilah sedikit gugup karena ketakutan sembari menundukkan kepalanya.

"Kalo gitu liat aku jangan liat tv." Melody sedikit membentak Nabilah.

Nabilah menelan ludahnya sambil mengumpulkan keberaniannya, setelah dirasa cukup Nabilah pun memberanikan diri menatap wajah Melody. Wajah Melody begitu cantik, namun Nabilah tidak bisa bohong bahwa Melody mempunyai aura yang sangat menyeramkan dibalik wajah cantiknya itu.

"Maaf, Kak." Lirih Nabilah.

"Besok aku transfer uangnya ke rekening kamu." Setelah mengatakan itu Melody segera pergi.

Nabilah sangat bersyukur, walaupum hubungannya dengan Melody tidak baik setidaknya Melody masih mau membiayai sekolah dan menafkahinya. Saat ini Melody memegang perusahaan milik Ayah mereka, jadi hidup mereka berkelebihan. Melody setiap bulan memberikan Nabilah uang yang cukup banyak, namun Nabilah tidak menginginkan itu semua, yang dia butuhkan adalah kasih sayang Melody, hanya itu saja.





***




Nabilah berlari ke ruangan makan berniat untuk menemui Melody. Nabilah merutuki kebodohannya karena dia tidak mendengarkan suara alarm, alhasil dia telat bangun.

"Pagi, Kak." Sapa Nabilah.

"Pagi." Ucap Melody dengan wajah datarnya.

Nabilah segera meneguk segelas susu yang sudah dibuatkan Melody untuknya sampai habis.

"Aku langsung ke sekolah ya, Kak. Dah Kak." Pamit Nabilah.

Melody hanya berdeham saja, Melody dapat menyimpulkan bahwa Nabilah telat bangun pagi. Ini bukan pertama kalinya, tapi sudah beberapa kali Nabilah melakukan hal yang sama dengan alasan yang sama.

Nabilah mengambil kunci motornya lalu berlari memasuki motor pemberian Ayahnya itu. Nabilah menghela nafas, dia juga ingin pergi sekolah di antar oleh kakaknya, dia juga ingin mendapat kasih sayang dari sang kakak, namun sayang sepertinya begitu sulit Nabilah gapai.

Nabilah melajukan motornya ke suatu tempat, bukan sekolah melainkan sebuah bukit. Nabilah duduk di atas bukit tersebut sambil menikmati pemandangan dipagi hari yang begitu indah. Ini adalah kebiasaan Nabilah ketika moodnya sedang tak bagus, dia selalu menyendiri di bukit ini.

"Mah, Pah, andai kalian disini pasti keadaannya gak seperti ini."

Rasanya Nabilah ingin memutar waktu kembali, dia akan kembali dimana Papanya masih hidup dan hubungannya dengan Melody masih baik-baik saja.

Nabilah memejamkan matanya. "Andai saja itu bisa."

Nabilah seakan pasrah pada keadaan yang membuatnya seperti ini. Siapa juga yang ingin berada dikeadaan seperti ini? Tidak ada. Nabilah hanya berharap hubungannya dan Melody bisa seperti dulu lagi.

Nabilah membaringkan tubuhnya di rerumputan hijau lalu memandang langit biru. "Hubungan kita berdua hancur, Kak. Padahal aku gak pernah berbuat salah." Nabilah tersenyum miris.

Tiba-tiba sebuah memori berputar dipikirannya seperti sebuah film, memori dimana Melody selalu menjaganya dan memberikannya kasih sayang, sudah lama sekali tapi Nabilah masih mengingatnya.





***





Melody memijit pelipisnya, wajahnya tersirat emosi. Melody sesekali menelfon seseorang namun sama sekali tidak diangkat. Melody benar-benar geram, dia menaruh handphonenya diatas meja dengan kasarnya.

"Dimana anak itu? Selalu aja bikin ulah." Melody mencoba meredahkan emosinya namun sayangnya susah.

Melody seperti ini karena baru saja dia mendapat telfon dari pihak sekolah bahwa Nabilah hari ini tidak masuk sekolah, bukan hanya hari ini tetapi kemarin-kemarin juga seperti itu.

"Saya susah-susah cari uang buat biayain sekolah dia tapi dia malah kayak gini, apa sih maunya." Melody marah-marah sendiri.

Pihak sekolah mengatakan jika Nabilah seperti ini lagi maka mereka tidak akan segan-segan mengeluarkan Nabilah. Melody tampaknya tidak tahan lagi, dia ingin segera bertemu dengan Nabilah dan membentak Nabilah.





"Memperbaiki hubungan yang sudah hancur memang begitu sulit, namun jika kita sabar dan terus berusaha maka itu tidak akan sia-sia"
~G.Y~


TBC......

Maaf untuk ceritaku yang sedikit aneh ini 😂

If I Could Turn Back Time✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang