Special Oneshoot

793 48 11
                                    

Oneshoot
Title: Melody hingga hari ini
Cast: MeloNab









Disinilah aku sekarang sambil memikirkan masa yang akan datang nanti, suatu hari ketika aku bertemu dengannya kembali, semua yang ingin aku katakan padanya, sesuatu yang belum sempat aku katakan waktu itu. Aku terus menunggu waktu dan takdir yang terus berjalan bersamaan, dengan harapan bisa bertemu dengannya kembali.

"Aku rindu kamu, bisakah kamu mendengarkannya?." Aku berharap dia mendengarkannya, dimana pun dirinya berada.

Pada hari ini, disebuah danau yang menjadi tempat kenangan aku bersamanya, tempat favorit aku dan dia. Aku mencoba menyanyikan sebuah melodi yang indah, yang dulu pernah aku nyanyikan bersamanya. Nyanyian yang begitu indah dengan pesan yang tersirat membuat hatiku menjadi perih, kenangan bersamanya pun berputar begitu saja dalam pikiranku diiringi air mata yang mengalir tanpa aku pintah. Aku berhenti bernyanyi lalu memeluk lututku, jika dia berada disampingku mungkin saat ini aku sedang memeluk tubuhnya.

"Apa kamu merasakan hal yang sama? Aku rindu kamu, sudah banyak hal yang aku alami tanpa kamu." Rasanya sia-sia jika aku menangis, dia tidak akan kembali lagi.

Aku menghapus air mata ini lalu menatap lurus kedepan, tempat ini tersimpan begitu banyak sekali kenangan bersama dirinya. Canda tawa, air mata hingga pertengkaran telah kita lewati di tempat ini, namun tiba-tiba saja dia mengambil keputusan yang tidak pernah aku ketahui sehingga membuat aku dan dia berpisah. Bahkan aku belum mengucapkan salah perpisahan padanya, aku sadar bahwa dulu aku kekanak-kanakan, aku meninggalkan kamu sendirian disini karena kesal.

"Maafkan aku, andai dulu aku lebih dewasa dan bisa menerima keadaan, sekarang aku tidak kesal, aku bahkan merindukan kamu disini."

Meskipun aku berjalan ke masa depan dan memulai kehidupan yang baru, tetap saja itu akan terasa sama jika aku tanpa dirinya. Aku terus mencoba menahan rasa rinduku ini, tetapi aku selalu gagal.

"Masih ingatkah lagu yang selalu kita nyanyikan dulu? Liriknya begitu menyentuh dan menggambarkan diriku saat ini, saat kita berpisah aku selalu menyanyikan lagu ini." Aku tertawa pelan dan merasa konyol karena berbicara sendiri.

Aku merasa sedih saat menyanyikan lagu itu, tetapi aku berusaha untuk tersenyum dan terlihat bahagia, aku juga tahu pasti dirinya bahagia disana. Aku berusaha untuk mengerti dan paham dengan keputusannya itu, namun itu cukup berat bagiku.

"Aku bahkan belum mengatakan rasa terima kasihku, bisakah kita bertemu kembali dan aku mengatakannya langsung padamu?."

Aku berharap dia menghampiriku saat ini dan berkata semua akan baik-baik saja dan dia tidak akan meninggalkanku lagi. Aku menatap langit senja yang begitu indah, senyuman di bibirku mengembang saat mengingat jika dirinya menyukai langit senja.

"I miss you so much, aku berharap bisa menyanyikan lagu itu bersamamu."

Aku kembali menunduk, tubuhku bergetar akibat isakan tangis yang tak bisa aku tahan. Bisakah aku berteriak dan mengatakan bahwa aku sangat merindukannya? Mungkin dia akan mendengarnya dan kembali lagi.

"Nabilah."

Suara itu

Aku bahkan masih mengenal suara lembut miliknya, mungkin aku terlalu merindukannya sehingga aku berhalusinasi. Tidak mungkin dia berada disini, tapi suara itu terdengar begitu nyata. Aku menggelengkan kepalaku, mencoba untuk menghilangkan halusinasi ini.

"Nabilah.." Aku mendengar suaranya memanggil namaku lagi.

Tiba-tiba sebuah tangan halus dan hangat memegang pundakku, aku membalikkan badanku dan menemukan seorang gadis sedang berdiri di belakangku. Mata kita saling bertemu, aku hanya terdiam mematung. Ini seperti mimpi, seseorang yang selama ini aku rindukan saat ini berdiri dihadapanku.

"K-Kakak?." Aku seakan tak percaya.

Dia memelukku dengan sangat erat, tak lama aku dapat mendengar isakan tangis miliknya. Aku membalas pelukannya dan memejamkan mataku sambil menikmati pelukan hangat darinya, aku mencium dalam-dalam aroma tubuhnya, aku sangat merindukannya.

"Kakak juga rindu kamu, Dek." Ucapnya dengan nada memilukan.

Jadi, dia mendengar apa yang aku katakan tadi. Dia Melody, gadis yang selama ini aku rindukan, dia adalah Kakak kandungku. Dia pergi meninggalkanku karena harus melanjutkan studinya di New York dan tinggal bersama Ayah yang sedang bekerja disana.

"Kenapa Kakak pergi? Kenapa Kakak harus pergi dan membiarkan aku tinggal bersama Ibu?." Tangisanku mulai pecah.

Dia begitu tega karena meninggalkanku bersama Ibu, aku tidak suka itu. Ibu adalah seorang workaholic, dia bahkan tidak memperdulikan aku, yang ada dipikirannya hanyalah kerjaan.

"Dek, Kakak terpaksa, ini permintaan Ibu dan Ayah. Kamu tahu kan apa akibatnya jika Kakak menolak perintah mereka?." Kakak tampak begitu menyesal telah meninggalkanku.

Aku tahu orang tua kami sangatlah keras, semua keinginan mereka harus kami laksanakan jika tidak maka mereka akan mengancam kami. Hanya Kak Melody satu-satunya keluarga kandungku yang sangat mengerti aku, itu sebabnya aku tidak bisa berpisah dengannya.

"Apa Kakak akan pergi lagi?." Aku harap dia akan tinggal disini bersamaku.

Dia hanya terdiam tanpa berkata sepatah kata pun, tanpa dia menjawab pun aku sudah tahu jawabannya, aku sudah menduga hal itu.

"Kenapa diam? Kamu jahat, seharusnya kamu bawa aku pergi." Aku melepas paksa pelukannya dan membuang muka.

Dia benar-benar kejam, apa dia tidak sadar bahwa selalu ini aku tersiksa tanpanya, aku hanya ingin dia mengerti.

"Kakak tidak bisa membawa kamu, Ibu dan Ayah akan marah pada Kakak."

Aku hanya mendiaminya dan enggan untuk menatap wajahnya, aku marah padanya. Aku tidak ingin berpisah dengannya lagi, apa sulit baginya mengerti.

"Maafkan Kakak, Kakak janji setelah semuanya berakhir Kakak tidak akan pergi lagi."

Aku masih saja diam, ternyata aku belum sedewasa yang aku pikirkan. Dia memegang kedua pipiku, menatapku dalam-dalam.

"Tolong mengerti, Kakak juga tersiksa jika harus hidup tanpa kamu, Dek." Dia kembali menangis.

"Kalau begitu ajak aku." Aku sangat ingin ikut dengannya.

Dia menggeleng kepalanya, hanya dengan gelengan saja sudah membuatku semakin kecewa.

"Ayah dan Ibu akan marah." Itulah yang dia ucapkan, alasan yang sama.

"Kalau begitu saja memperdulikan mereka, kita bukan boneka mereka." Memang aku sudah merasa bahwa aku dan Kakak seperti boneka yang mereka permainkan semau mereka.

Bisakah aku berharap dia akan menuruti perkataanku? Hidupku tidak bahagia selama ini, aku tersiksa dengan semua ini, tolong aku, Kak.

"Kakak harus pergi, Sayang. Jaga diri kamu baik-baik." Kata-kata itu membuat hatiku sakit.

Aku memeluknya dan tidak akan membiarkannya pergi untuk kedua kalinya, aku harus membuatnya tinggal disini bersamaku.

"Please, stay with me." Mohonku.

Dia menggelengkan kepalanya lalu melepaskan pelukanku, dia mengecup keningku dengan bibirnya yang bergetar itu.

"Dimana pun Kakak berada, ingat bahwa Kakak selalu sayang kamu, Dek." Setelah mengucapkan itu dia berlari pergi meninggalkanku.

Aku berusaha mengejarnya namun sia-sia, dia sudah masuk ke dalam mobil dan melesat sangat jauh. Tubuhku terasa sangat lemas, tangisanku pecah sembari berteriak memintanya untuk tidak meninggalkanku.









The End

Iseng-iseng bikin oneshoot melonab karna gabut 😂
Ini cma oneshoot ya jdi gk ada kelanjutannya~

If I Could Turn Back Time✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang