14. Hate

908 70 18
                                    

Vanka memasuki rumah mewah milik Jeffry, sudah menjadi kebiasaan Vanka jika masuk kerumah Jeffry tidak mengetuk pintu terlebih dulu atau ucapkan salah, kata Jeffry anggap saja rumah sendiri. Saat memasuki ruang pribadi Jeffry, Vanka melihat Jeffry sedang bermesraan dengan seorang wanita.

"What the hell, Jeff." Ucap Vanka.

Jeffry kaget saat melihat keberadaan, pasti sebentar lagi Vanka akan memarahinya.

"Sejak kapan kamu disitu?." Tanya Jeffry sedikit takut.

"Gak penting, kalo mau mesra-mesraan kenapa gak di hotel aja sih?." Ketus Vanka.

"Ya maaf, mendingan disini." Ucap Jeffry.

Vanka menghampiri wanita tersebut lalu menatapnya tajam. "Siapa nama lo?." Tanya Vanka.

"Lucinta Luna." Jawab wanita itu.

"Keluar dari sini!." Ucap Vanda sedikit berteriak.

Wanita itu melirik kearah Jeffry. "Jangan lupa uangnya." Ucapnya kemudian segera pergi, dia sepertinya tidak tahan melihat tatapan Vanka.

"Udah berapa cewek yang kamu gituin, Jeff." Ucap Vanka.

"Selagi belum punya pacar, gak masalah kan." Balas Jeffry dengan santainya.

Vanka berdecak. "Kelamaan jomblo sih jadi gini." Ucapnya.

Jeffry hanya tertawa menanggapi ucapan Vanka, selagi dia masih single dan banyak uang tak masalah baginya untuk bersenang-senang dengan siapapun.

"Besok hari Senin, kamu tagih hutangnya Melody gih." Ucap Vanka.

"Iya, aku sampe lupa loh." Mungkin karena terlalu lama jadi dia melupakan urusannya dengan Melody.

"Jangan lupa rencana kita." Vanka tampak terlihat tidak sabar melihat kesengsaraan Melody.

"Pasti, kita akan berhasil karena kita terlalu licik." Jeffry tidak sabar menunggu esok.

Esok dimana dirinya dan Vanka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Harus berhasil ya." Ucap Vanka dengan penuh penekanan.

Jeffry merangkul Vanka. "Tenang aja, Babe." Ucapnya.

"Apasih bab beb bab beb." Vanka memukul lengan Jeffry.









***










"Lid, kayaknya aku jual aja mobil punya aku." Ucap Melody.

Lidya yang terfokus pada berkasnya pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Melody.

"Kenapa? Terus kamu naik apa nantinya?." Tanya Lidya.

Tidak mungkin Melody naik motor, naik sepeda saja Melody tidak bisa.

"Aku tinggal naik angkutan umum aja." Jawab Melody.

Kali ini Melody ingin belajar hidup sederhana, makan sederhana dan kemana-mana hanya naik angkutan umum.

"Serius kamu?." Tanya Lidya yang sepertinya tak percaya.

Melody tertawa saat melihat reaksi Lidya, mungkin Lidya pikir bahwa dirinya tidak bisa sepert itu.

"Serius lah, aku juga gak mau jual motornya Nabilah." Jawab Melody.

"Kamu udah siap hidup sederhana?." Lidya sepertinya tidak yakin.

Bagaimana tidak, Melody sedari kecil sudah hidup mewah, jika dia ingin sesuatu pasti dibelikan, Lidya hanya takut Melody tidak betah hidup sederhana.

If I Could Turn Back Time✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang