Melody membuka matanya secara perlahan dan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing itu, Melody menahan sakit dan berharap sakitnya akan cepat reda. Setelah dirasa sakitnya sudah mulai mereda, Melody mencoba untuk berdiri dari tempat tidurnya. Melody mencoba mengingat-ingat kejadian terakhir, yang dia ingat hanyalah ketika dirinya menolong Nabilah dan akhirnya dia lah yang tertabrak. Tapi kenapa dia bisa berada disini? Dia pikir dirinya sudah mati.
Tunggu, Melody baru ingat satu hal, dia segera mengambil handphone miliknya lalu mengecek tanggal hari ini. Melody sangat kaget, Melody melempar handphonenya di kasur lalu menggeleng kepalanya. Mungkin dia salah lihat atau handphonenya sedang eror.
"5 November."
Tidak, Melody belum siap untuk kembali ke masa ini, masih banyak yang dia lakukan bersama Nabilah. Tetapi, dia kembali lagi ketika dia berhasil menyelamatkan Nabilah dari kecelakaan itu, apa itu artinya dia berhasil mengubah takdir?
Melody segera berlari kedalam kamar milik Nabilah, mencari sosok Nabilah dan meneriaki nama Adiknya itu. Namun sayangnya, Melody tidak menemukan Nabilah, bahkan hampir semua ruangan Melody cari tetapi hasilnya nihil. Pada akhirnya Melody kembali lagi ke kamar Nabilah, pandangannya teralih pada sebuah kotak merah, kotak yang Nabilah berikan untuknya.
"Aku gak bisa ubah takdir." Lirihnya.
Melody merasa terbodohi karena percaya bahwa dia dapat mengubah takdirnya, Melody menangis pilu. Baru saja dia merasakan sebuah kebahagiaan, kenapa dia harus kembali lagi ke masa menyakitkan seperti ini. Jika bisa, Melody rela terperangkap dalam dimensi atau masa itu asalkan dia bisa bersama dengan Nabilah.
"Kakak..."
Melody tersenyum miris, dia merasa bahwa dia sudah mulai gila, bahkan suara Nabilah memanggilnya dengan sebutan "Kakak" masih saja tergiang di kepalanya. Melody merasakan sentuhan lembut di pundaknya, Melody segera menoleh karena setahu dia Lidya sedang berada di Bandung.
"Kakak kenapa nangis?." Tanya seseorang.
Melody terkejut, ini seperti mimpi indah bagi Melody. Melody tampak tak percaya, dia menangkup pipi orang itu kemudian mengelusnya. Nyata, itu yang Melody rasakan.
"Nabilah..." Lirihnya.
Orang itu adalah Nabilah, Melody tidak tahu bahwa ini mimpi atau tidak yang pasti Melody sangat bahagia.
"Iya, Kak. Kakak kenapa nangis?." Tanya Nabilah.
Nabilah menghapus sisa air mata di pipi Melody, tersenyum manis lalu mengecup kening Melody dengan penuh kasih sayang.
"Aku gak kemana-mana, Kak. Aku udah janji sama Kakak untuk tetap bersama Kakak." Ucap Nabilah.
Melody terharu mendengar ucapan Nabilah, dia segera memeluk tubuh Nabilah dengan erat. Melody tidak menyangka bahwa dia berhasil mengubah takdir, bukan sepenuhnya usaha dia, tetapi Nabilah juga salah satu alasan kenapa takdir bisa dirubah. Nabilah menepati janjinya untuk tidak akan meninggalkannya, Melody juga tidak bisa membayangkan dirinya jika kehilangan Nabilah untuk kedua kalinya.
"Makasih, Sayang." Bisik Melody.
"Makasih juga karena udah berjuang selamatin aku dari takdir itu, Kak." Ucap Nabilah.
Melody sedikit terkejut, segera dia melepas pelukan itu lalu menatap Nabilah.
"Darimana kamu tahu?." Tanya Melody.
"Dari Kak Lidy, aku yang maksa dia buat ceritain semuanya soalnya aku penasaran sama sikap Kakak yang tiba-tiba berubah." Jawab Nabilah.
"Anak itu gak bisa jaga rahasia." Melody sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Turn Back Time✔
FanfictionMelody dan Nabilah adalah sepasang kakak beradik yang tinggal tanpa kedua orangtua, ibu mereka meninggal setelah melahirkan Nabilah dan ayah mereka meninggal akibat serangan jantung. Hari-hari mereka dipenuhi dengan pertengkaran, Melody yang bersifa...