Diluar terlihat bahagia, tapi didalam mungkin sedang hancur -Eccedentesiast
༄
Gadis itu menghela nafasnya bersamaan dengan detak jantungnya yang cepat. Ini bukan pertama kalinya memasuki ruang kelas tersebut. Tapi setiap hari ia merasakan takut yang sama ketika memasuki kelas itu. Ia hanya berharap agar cepat lulus dan meninggalkan kenangan buruk dihidupnya.
Cklek..
Seperti biasa, ia sedikit melirik kebangku paling pojok dibelakang dideretan meja guru. 'Ternyata masih kosong' ucapnya dalam hati. Ia lalu segera duduk dikursi tersebut lalu diam. Sesekali menyapa atau membalas sapaan teman sekelasnya. Ia merasa bebas jika tidak sedang bersama mereka, ia jadi bisa berinteraksi dengan teman teman sekelasnya. Sedikit menyinggungkan senyum ketika temannya yang lain menanyakan tentang sahabat segrup-nya.
Oh, bahkan Azalea tidak tau sebutan sahabat itu pantas atau tidak.
Senyumnya semakin melebar -untuk fakesmile- ketika seorang gadis lainnya masuk kedalam kelas dan melambai padanya. Dia adalah salah satu dari 'mereka', lalu disusul satu gadis lainnya.
"Tugas matematika sudah selesai belum? Aku lihat ya." Kata Si Tinggi dengan menggebu.
Azalea langsung mengeluarkan buku matematika-nya ketika Si Kulit Putih ikut mengeluarkan buku tersebut. Mengerjakan sisa tugas yang belum selesai walau mereka tau itu ilegal. Tapi guru mereka berkata bahwa tugas rumah boleh dikerjakan disekolah asal bukan saat waktunya mengoreksi tugas tersebut. Jadi pikir mereka fine saja.
Setelah saling bekerja sama menyelesaikan tugas, mereka menutup buku lalu berbincang. Sesekali tertawa keras karena lelucon dari Lisa -Si Tinggi-, ataupun cerita dari Si Kulit Putih -Jisoo- maupun Azalea. Tapi, tawa Azalea tidak sepenuhnya bahagia. Ia tertawa agar 'sahabatnya' ini juga bahagia."Oh, tadi malam Rose tiba tiba mengirimiku chat setelah sekian lama dia tidak on chat." Ujar Lisa yang nyaris membuat kedua sahabatnya tak percaya.
"Yang benar saja. Dia hanya mengirim aku pesan jika ingin bertanya." Balas Jisoo dengan kesal lalu melempar bungkus permen yang digenggamnya.
Azalea terdiam, ia sudah menduga ini. Sahabatnya yang satu itu hanya ingin dekat dengan Lisa, tidak dengannya. "Kenapa Rose seperti itu? Dia bahkan tidak ingin sekampus denganku nanti." Ucap Jisoo secara tiba tiba. Lisa yang mulutnya sedang menyimpan permen menepuk tangannya yang berarti ada-sesuatu-yang-harus-kalian-ketahui. Azalea dan Jisoo langsung merapat secara tiba tiba.
"Rose sebenarnya tidak suka denganmu. Dia membenci cara pertemananmu yang menurutmu terlalu pilih-pilih."
Jisoo langsung menghela nafas tanda ia menahan ucapannya. Rose memang terbiasa tidak menyukai seseorang secara tiba tiba. "Kenapa dia terlihat tidak menyukaiku?" "Dari segi keegoisan, dia benci denganmu. Kalau soal persahabatan, dia tidak suka dengan Aza." Jelas Lisa yang membuat Azalea tersenyum miris dalam hati.
Azalea tau semuanya.
"Dia kalau membicarakanmu, Za. Ck, sangat parah. Seakan dia memutar balikkan faktamu."
Lagi lagi Azalea tersenyum miris.
Lihatlah, ada yang membencimu sekarang.
Kau tidak peka, Za.
Mati saja kalau begitu.
Sang Suara tiba tiba berkata didalam pikiran Azalea. Azalea tak membalasnya, dan memilih mendengar penjelasan Lisa lebih lanjut. "Dia selalu mengatai dirimu. Bahwa kau yang-- begitulah, nanti kau bisa sakit hati jika aku bilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Random"Apa kamu pernah mendengar tentang Eccedentesiast?" "Yang kutahu Eccedentesiast adalah seseorang yang selalu tersenyum walaupun senyumannya palsu." "Ya, tapi mereka yang Eccedentesiast lebih dari yang kau bayangkan. Mereka adalah orang orang yang...