Fake Smile

417 31 0
                                    

Bilangnya tegar, kuat. Apa kabar orang yang selalu kamu sakiti tapi masih bisa tersenyum? -Eccedentesiast

Author POV

Azalea menenteng tas gendongnya lalu segera turun kelantai bawah untuk sarapan. Well, pagi ini masih sama, dia masih harus tersenyum seolah tak terjadi apapun. Menghela nafas sejenak lalu tersenyum lebar dan menuruni tangga dengan semangat.

"Pagi!" Sapanya dengan ceria. Ia lalu mendudukkan diri disamping kakak ketiganya.

"Oh, kau jadi menakutkan tiba tiba tersenyum selebar itu." Canda kakak pertamanya lalu dibalas pukulan kecil dari Azalea. Dia mencoba untuk terus tersenyum sepanjang sarapan. Bahkan ia mencoba menghabiskan makanan itu yang sebenarnya tidak ingin dimakannya.

"Kak, tersenyumlah."

"Hm? Kenapa tiba tiba?"

"Tidak~ Hanya saja, semua akan lebih baik dengan senyuman."

Chana -kakak pertamanya- langsung tersenyum menanggapinya. "Kalau begitu, kau juga harus tetap tersenyum ya." Balasnya lalu mendorong tubuh sang adik untuk masuk kedalam mobil agar ia bisa cepat mengantarkan kesekolah. Disepanjang jalan, Azalea tak lagi tersenyum. Ia hanya menatap pemandangan diluar jendela membiarkan angin menerpanya.

'Aku tidak sekuat yang kalian kira.'

.

"Hei!! Nomor 14 tolong!"
"190!"
"Ada yang sudah nomor 28??"
"Cara nomor 26 bagaimana sih???"
"Gunakan rumus kedua yang diajarkan!"

Azalea yang mendengar jawaban jawaban tersebut langsung menulis hal tadi. Ya.. kelasnya sudah biasa bekerja sama mengerjakan tugas jika gurunya tidak ada. Saling memberitahu jawaban maupun cara pengerjaan. Ia sebenarnya tidak bertanya, tapi karena ada contekan ia tulis saja. Sekilas menatap kepenjuru kelasnya, ramai. Bahkan ada yang lupa bahwa mereka punya tugas.

Azalea tak ingin meninggalkan kelas ini, ia hanya ingin meninggalkan kenangan buruknya disini.

Andai saja ketiga sahabatnya bisa lebih baik, Azalea pasti akan lebih menyayanginya. "Eh, tadi nomor 25 bagaimana caranya?" Tanyanya pada Rose yang duduk disampingnya. "Tidak tau, kerjakan saja sendiri." Jawab Rose dengan ketus tanpa melihat kearah Azalea. Membuat Azalea yang tadinya menyinggungkan senyum memudar.

'Tapi kau juga bekerja sama..' Batinnya dalam hati tak percaya.

Ck, tidak sadarkah kau bahwa dia membencimu?

Pantas saja dia tidak suka padamu, kau tidak peka.

Pergilah kekamar mandi lalu sayat tanganmu. Kau bilang itu menyenangkan bukan?

Azalea menggeleng kecil, berusaha menepis hasutan Sang Suara yang tiba tiba muncul dipikirannya. Pandangannya jatuh pada Rose yang sedang memberi jawaban pada Lisa padahal sahabat tingginya itu tidak memintanya.

Berbanding terbalik dengan dirinya.

Rose bahkan tidak memberinya jawaban padahal dia hampir memberi Rose semua jawaban tugas itu. Dia menerjap tak percaya lalu kembali menulis jawaban sebisanya. Dia kembali merasa diperlakukan tidak adil. Azalea benci ketidak adilan yang menimpa dirinya. Dia sudah menghabiskan 1 buku Diary yang berisi tentang hidupnya. Dan buku Diary-nya saat ini tinggal tersisa setengah. Isi buku itu hanyalah coretan Azalea tentang kehidupannya.

Dan kebanyakan berisi tentang tiga sahabatnya itu.

Azalea tidak mengerti kenapa mereka bisa membencinya.

*****

Seharian ini Azalea sudah banyak mengeluarkan fake smile yang membuatnya lelah. Ia berlari kekamar mandi ketika para sahabatnya sedang bermain diluar kelas. Mengunci bilik kamar mandi lalu menghela nafas.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang