Entah aku yang tidak peka, atau memang tidak ada yang peduli padaku? -Eccedentesiast
Author POV
Azalea berjengkit kaget. Apa kata Lisa? Dia meminta maaf? Serius? Azalea tidak sedang bermimpi kan?
Lisa perlahan berlutut didepan Azalea bersama Jisoo dan Rose. Mereka tampak menangis, bahunya bergetar. Membuat pandangan sekelas menuju pada mereka. Bahkan murid lain yang tidak sengaja lewat menjadi menyaksikan peristiwa tersebut. Azalea canggung, dan takut. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian disaat seperti ini.
Lisa kini menggenggam kedua tangan Azalea. Tanpa memperhatikan Azalea yang ikut bergetar karena takut. Apa dia akan dibully habis habisan lagi? Azalea sangat takut ia mengalami hal itu lagi. Cukup dijauhi, jangan dibully."Maaf.. Kami benar benar egois.. Sekarang kami terpecah. Aku tau, sangat tau kalau kami pasti sangat sangat menyakitimu. Aku.. aku menyesal.. Tolong..
Blukk..
Maaf.. Maafkan kami, Za..!"
Deg!
"J-jangan.. Jangan begitu.."
Azalea takut, sangat takut. Dia tidak bisa berkata kata. Lisa, Jisoo, dan Rose benar benar berlutut padanya!'Kalian masih selalu saja..
"Maafkan kami.."
... Membuat semua kesalahan kalian menjadi kesalahanku,'
"Kau tidak boleh memaafkan kami! Pukul kami sekeras yang kau mau!"
"Ini sungguh memalukan..! Maafkan kami, Za.. Kami mohon..!"Azalea terdiam, tidak membalas semua ucapan maaf para 'sahabatnya' ini.
'Aku hanya ingin diterima oleh kalian. Aku hanya ingin menjadi bagian dari kalian. Memaafkan? Apa dengan itu semua yang pernah terjadi padaku akan menghilang?
"Maaf.. Sungguh, maaf.."
Aku tidak ingin memaafkan kalian. Kalian hanya membuatku merasa lebih terhina.. Kalau aku memaafkanmu begitu saja, apa aku bisa akan lepas dari penderitaan ini?'
"Jangan.. Tidak boleh.. Memaafkan kami.."
'Aku masih merasa sakit hati dengan perbuatan kalian. Semuanya, tanpa terkecuali. Tapi aku juga tidak ingin menunjukkan sisi lemahku.'
"Hiks.. Za.. Maaf.."
'Kalimat tidak-apa-apa tersangkut ditenggorokanku. Aku benci..'
DRAP!DRAP!
"AHH! ZA!!"
******
"Hiks..hikss.. Uhh.. Hiks.."
Gadis itu duduk dipojok cafe yang cukup sepi. Hujan deras yang tiba tiba datang menambah kesan tersendiri. Azalea tidak tau apa yang membuatnya berlari dan menuju dicafe yang ia perkirakan cukup jauh dari rumahnya. Tapi tidak jauh dari sekolahnya. Menangis disana, sendirian, dipojok ruangan. Lagipula cafenya sepi, jadi suara tangisnya tidak akan mengganggu pengunjung lain.
Sejenak tangisnya berhenti, menatap langit mendung dari balik kaca. Memandangi tetesan air yang turun bersamaan dari langit. Kabutnya hampir menutupi jarak pandangnya. Sekilas hujan mengingatkannya pada Asher dan perkataannya setelah mengantar Azalea pulang kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Random"Apa kamu pernah mendengar tentang Eccedentesiast?" "Yang kutahu Eccedentesiast adalah seseorang yang selalu tersenyum walaupun senyumannya palsu." "Ya, tapi mereka yang Eccedentesiast lebih dari yang kau bayangkan. Mereka adalah orang orang yang...