Hard For Me

131 19 0
                                    

Dapatkah kamu melirik seseorang yang terkena banyak 'panah' tapi mau menolong orang yang hanya terkena satu 'panah'? -Eccedentesiast

Author POV

Ditemani Sang Matahari yang perlahan menunjukkan dirinya, Azalea menumpah ruahkan perasaannya dan menangis deras untuk kedua kalinya. Tangis yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun, fajar tadi ia luapkan semuanya. Memang, harus Azalea akui kalau menceritakan masalah yang ia punya sedikit memberi rasa lega. Tapi ia juga harus berpikir dua kali untuk bercerita. Bagaimana jika nanti ceritanya malah diumbar dan dijadikan aib bukannya diberi penyelesaian? Itulah yang terus ia pikirkan. Dan itu adalah salah satu alasan dia tidak begitu percaya pada orang lain. Tidak ada yang bisa ia percaya sepenuh hati selain dirinya sendiri. Itupun dia cukup ragu mempercayai dirinya dan harus menimang-nimang semua keputusan.

"Tidak bisakah kau hanya maafkan dan lupakan?"

Terhitung sudah 4 kali kakaknya mengucapkan hal tersebut. Azalea muak, ia sangat muak dengan pertanyaan itu. Walau Maisa sudah beberapa kali melarang agar pertanyaan itu tidak dilontarkan, tetap saja Chana dan Salsa berusaha membujuk Azalea. Pikir mereka, jika memaafkan dan melupakan semua akan langsung berlalu.

Ya, Azalea juga berpikir seperti itu.

Tapi kali ini tidak mudah. Memaafkan semua yang pernah mereka lakukan padanya? Siapa, siapa yang tidak sakit ketika dibully habis habisan dan dikucilkan selama beberapa tahun tapi bilangnya sahabat? Mereka bertiga -Azalea tidak ingin menyebutkan namanya lagi- terus mengolok dan mengucilkan Azalea dibelakang, tapi didepan orang orang mereka berkata bahwa Azalea sahabat mereka.

Membully, mengucilkan, menjauhi tanpa ada kesalahan. Apa itu yang disebut sahabat?

Terlebih itu semua merujuk pada psikis, kalau fisik mudah terlihat dan akan cepat tertangkap. Tapi luka dalam itu berada dihati Azalea, dimana tidak ada orang yang tau kecuali dirinya sendiri. Rasanya sakit harus memendam semua perasaan marah, sedih, kecewa selama bertahun tahun lamanya tanpa ada yang tau. Azalea berusaha menopang itu semua dengan bahunya, walau sudah rapuh dan akan pecah kapan saja.

Kembali pada topik pertama, Azalea tidak bisa melakukannya. Dia benar benar sangat marah pada ketiga orang itu. Merasa kalau mereka tidak pantas dapat dimaafkan bahkan oleh orang terendah sekalipun karena sifat mereka. Jika memaafkan semudah mematahkan ranting kayu mungkin Azalea akan dengan cepat memaafkan. Dan jika melupakan semudah mengabaikan bahwa tadi sempat tersandung batu, Azalea akan memaafkan orang tersebut.
Tapi kali ini berbeda. Ingin sekali Azalea mengumpat mereka dengan sebutan terburuk didunia. Memaki sambil menangis dan berteriak dihadapan semua orang agar seluruh dunia tau betapa busuknya sifat mereka. Tapi Azalea tidak cukup berani. Mengutarakan perasaannya saja takut, bagaimana bisa ia melakukan hal itu?

"Maafkan dan lupakan? Setelah semua yang mereka lakukan padaku?"

Untuk kali ini saja, Azalea ingin egois. Dia benar benar memendam amarah pada tiga gadis itu. Sungguh, jika membunuh tidak dilarang, mungkin gadis gadis itu sudah terbujur kaku sejak dulu. Ya, ketiga kakak Azalea dapat merasakan ada yang berubah dari adik mereka semenjak kena bully. Azalea menjadi lebih emosional, sangat sulit mengontrol emosinya, mudah sekali moodswing, sering menangis tanpa sebab, dan Azalea yang perlahan berubah menjadi yandere.
Mereka sebenarnya rindu Azalea yang dulu. Selalu tersenyum asli kapanpun, sering berteriak keras tanda ia cerewet, tidak mudah sedih, dan rasa empatinya yang sangat tinggi. Masih ada beberapa hal itu yang menempel di Azalea, tapi semakin lama semakin tidak melihat.

Mungkin ada yang mengira kalau Azalea kurang dekat dengan Tuhan. Tidak, dia sedang sakit dan sudah berusaha beribadah semampunya. Atau Azalea hanya cari perhatian? Bukan, sebenarnya bukan itu tujuannya. Memang dulu dia memang kurang diperhatikan dan menggunakan segala cara untuk dapat perhatian, tapi itu dilakukan hanya karena dia ingin diingat. Semakin lama dia semakin lelah dan membeku ditempatnya. Azalea sudah pernah menceritakan rasa sedihnya -yang hampir menjadi depresi- beberapa tahun sebelumnya. Dan bisa kalian tebak apa yang dikatakan pendengar cerita Azalea saat itu?

"Hanya begitu? Ada banyak cerita orang lain yang lebih menyakitkan daripada kau, Za. Cobalah belajar dari mereka."

Bukan! Bukan itu respon yang Azalea inginkan. Semua orang memiliki kapasitas hati yang berbeda-beda. Kalau Azalea merasa itu bukan masalah besar, dia tidak akan bercerita. Walaupun -mungkin- cerita Azalea tidak lebih buruk dari orang lain, dia tidak akan men-judge dan pasti akan ikut merasa sedih karenanya.
Ini sakit, baginya ini sangat sangat menyakitkan. Ingin rasanya Azalea mati selama beberapa hari agar ia dapat melihat siapa yang sedih jika dia pergi. Bahkan kalau hanya ada satu orangpun yang mengkhawatirkannya, Azalea akan mengucapkan kata terima kasih yang sangat besar. Dia sangat ingin menyerah, Azalea terlalu lelah dengan kehidupannya.

"Kamu boleh lelah, boleh untuk ingin menyerah. Kamu boleh pergi setelah mengutarakan semua perasaanmu, tidak apa apa, lakukan yang kamu mau."

Arah pandang Azalea beralih pada lelaki berambut hitam kecoklatan yang ternyata sudah berdiri disamping kakak-kakaknya.

"Tapi bisakah kau bayangkan bagaimana reaksi kakakmu ketika melihat adik mereka pergi? Pergi untuk waktu yang sangat lama. Bukankah menyakitkan?"

Benar, Azalea sendiripun tidak akan kuat jika ditinggal orang yang disayanginya. Baginya, orang orang itu adalah sumber kekuatannya.
Tapi Azalea sudah terlanjur sakit. Seharusnya tidak ada kata maaf untuk mereka bertiga yang sudah menghancurkan hatinya. Azalea sudah sering kali dalam waktu yang lama mencoba mengembalikan hatinya, begitu sudah selesai mereka hancurkan lagi dan bahkan lebih parah. Itu berulang tidak hanya 2-3 kali, tapi sekian banyaknya hingga Azalea sendiri tidak bisa mengiranya.

Jangan percayai dia. Dia hanya berbohong

Lelaki itu hanya mau mempermalukanmu,

Lihat raut wajah semua kakakmu, mereka tidak bereaksi apapun kan?

Bagaimana kalau kamu kekamar dan sayat tanganmu? Bukankah itu menyenangkan?

Azalea menggeleng pelan, mencoba menepis semua suara sialan itu. Tolonglah, Azalea hanya ingin hidup bahagia dengan banyak sahabat yang real. Apakah itu terlalu banyak? Apa itu terlalu rumit? Apakah Tuhan sedang benci padanya sehingga memberinya kehidupan seperti ini?

_____________________________
To Be Continue..

ECCEDENTESIAST

Hope you guys like it~♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hope you guys like it~♡

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang