Untold Feeling

193 20 0
                                    

Tertawa dibilang sombong, menangis dibilang munafik, diam dibilang tidak bersyukur. Maunya bagaimana? -Eccedentesiast

Author POV

"Ayo main Jenga Tower sembari menunggu pesanan kita!" Seru Salsa lalu berdiri untuk mengambil benda yang ia katakan tadi.

Keempat bersaudara itu tengah berkumpul diruang tengah. Karena Chana sedang libur, Salsa juga Maisa tidak ada kelas, mereka memutuskan untuk berkumpul. Walau tadinya hanya sekedar menonton televisi atau bermain ponsel. Mereka kini malah bermain sambil menunggu pesanan pizza mereka datang.

Azalea suka, ia suka ketika dirinya dan ketiga kakaknya seperti ini.

Rasanya Azalea bisa menangani masalahnya jika bersama kakaknya seperti ini. Dia harus tersenyum asli didepan kakaknya, kadang Azalea Sang Eccedentesiast tidak muncul ketika tengah berkumpul seperti ini. Paling hanya menghela nafas pasrah. Walaupun beberapa kali mereka sering menjadi menyebalkan, tapi selang beberapa hari sudah tidak masalah. "Ayo ke Sungai Han!"

.

Chana, Salsa, Maisa, dan Azalea tengah berdiri dipinggir Sungai Han dengan posisi berjejer rapi. Menikmati angin sore serta suara air, angin, juga pepohonan. Sesekali tertawa begitu menemukan hal yang lucu bagi mereka. Salah fokus karena melihat 2 burung yang berjejer seakan tengah menikmati keindahan Sungai Han.

Azalea kembali berpikir, 'Kenapa aku tidak bisa bebas seperti burung burung itu?'

"Kak.." Panggilnya lalu menjeda kata. "Apa yang akan kalian lakukan jika tidak bisa melihatku lagi setelah ini? Tidak melihatku besok, besoknya lagi, dan selamanya.."

Ketiga kakaknya saling berpandangan lalu melempar senyum. "Kami akan mencarimu sampai semesta. Karena kau adik kami. Kuatlah, Za.."

'Ya.. Aku akan mencobanya. Terimakasih, Kak..'

*****

Dimalam setelah mereka ke Sungai Han tadi sore, seseorang tiba tiba menelpon Azalea. Ia melihat kearah layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang menelponnya malam hari seperti ini. Lalu mengangkatnya dengan agak cepat.

"Halo, Nana!" Pekiknya ceria. Nana, teman lamanya menelponnya. Seseorang yang pernah mengisi harinya dengan warna persahabatan. Ia sungguh merindukan gadis berambut pendek itu.

"Za.. Ouhh.. Aku sangat merindukanmu!"

"Aku juga sangat!" 'Sangat sangat merindukanmu sepenuh hatiku.' "Jadi, kau masuk kampus dimana?"

"Aku.. jadinya ke Singapura. Maaf, aku tidak menetap disini."

"O-oh, begitu? Hahaha, tidak masalah. Kita harus tetap saling chat sesering mungkin!" 'Sebenarnya aku tidak rela..'

"Tapi aku disana selama 4 semester. Setelah itu aku kembali lagi. Doakan aku agar betah disana ya ㅠㅠ.."

Azalea menghela nafas sejenak. "ㅋㅋㅋ Tentu saja! Semua yang terbaik untukmu disana. Ah, aku jadi teringat saat kita masih sering bermain bersama. Pulang sekolah langsung kebelakang gedung untuk bermain lempar lempar bunga. Menaburkan bunga itu disepanjang jalan. Sampai ada rumor katanya pernah hidup ular disana membuat kita tidak bermain lagi. Ganti kegedung sebelah, memanjat pohon. Oh, kita juga membeli makanan dikantin sebelum kesana yakan? Bercerita tentang hidup kita.. bahkan sampai merusak batang pohon disana.." Azalea menjeda ceritanya. Merasakan airmatanya kembali turun tanpa persetujuan dari dirinya.
"Dulu kita juga sering mewarnai bunga menggunakan buah merah bulat kecil yang tumbuh disamping sekolah. Sampai mengancam orang lain agar tidak memberitahu lokasi buah itu. Kita sangat aneh saat itu. Oh ya, berapa lama kita tidak melakukan tos? Cukup lama bukan? Semenjak aku tidak diperbolehkan bermain denganmu lagi. Aku.. aku sangat ingin mengulang semua itu. Dimana-- aku dapat tertawa bebas dan bahagia.."

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang