Tears

143 19 0
                                    

Baiknya orang jahat itu seperti pelangi, indah tapi hanya sesaat -Eccedentesiast

"Hiks.. Darron.. Dia menolakku, dia punya kekasih lain.."

'Astaga.. Karena itu? Kupikir karena alasan lain..'

Azalea kesal tapi mencoba untuk mengerti. Karena sahabatnya satu ini benar benar berusaha mengejar lelaki bernama Darron itu sejak kelas 2. Azalea tau rasanya seseorang yang kau sukai, ternyata punya kekasih lain. "Tidak apa apa.. Berarti dia memang bukan jodohmu. Tidak perlu sedih, ayolah.." Ucapnya berusaha membujuk. Tiba tiba Rose menatapnya dengan tajam.

'A-apa apaan tatapan itu?!'

Author POV

"Tidak perlu sedih katamu?!"

Azalea tersentak. Kenapa Rose malah membentaknya padahal ia hanya mencoba menyemangatinya. "Kamu tidak pernah tau rasanya diposisiku bukan?! Jangan sok tau! Karena kamu sempurna dan selalu bahagia, bukan berarti masalah seperti ini sepele bagimu!!"

"Hei! Siapa bilang Azalea tidak punya masalah!?" Potong Nana yang menjadi saksi kambuhnya depresi Azalea beberapa hari lalu. Membuat beberapa orang disana bingung kenapa Nana berani memotong pembicaraan.

"Tentu saja dia tidak punya masalah!! Aku tidak pernah melihatnya menangis! Orang yang tidak pernah menangis selalu bahagia kan?! Percuma saja aku berbicara dengan orang yang selalu bahagia!!!"

"Setelah semua yang aku lalui kamu pikir hidupku sebaik yang kamu katakan tadi!!??"

Hampir semua murid disana terkejut. Seorang Azalea menangis dan meninggikan suaranya. Ini kejadian yang sangat langka bagi mereka. Azalea tidak pernah semarah ini pada seseorang. "Harusnya aku yang mengatakan itu padamu! Aku mati matian menahan diriku untuk tidak menangis setiap hari disini!! Kau pikir melakukan fake smile itu mudah?! Itu semua menyakitkan! Aku berusaha terus tersenyum dan menutupi semua masalah yang aku punya! Apa kamu tidak pernah belajar tentang mental dan psikolog!? Aku paling benci dengan seseorang yang selalu menganggapku seperti itu!! Tidak punya masalah? Bullshit!! Jadi bagi kalian berhentilah membesar besarkan masalah kecil sebelum kalian depresi sepertiku!!!"

26 detik setelah ia berteriak, Azalea langsung menyambar tasnya untuk segera pergi dari sana. "Maaf jika aku berani berteriak. Tapi kata kata tadi membuatku sakit hati. Sampai jumpa lagi.. Besok."

.

Azalea berlari mengabaikan bisikan bisikan murid disana tentangnya. Ada yang heran kenapa dia menangis, tak peduli, bahkan juga menatap sinis. Tapi ia langsung menghapus airmatanya ketika melihat seorang lelaki melambai padanya. Pacar kakak keduanya yaitu Park Surae menjemputnya kali ini. Azalea mencoba  mengeluarkan senyuman untuk menyambut lelaki itu.

"Kenapa tadi menangis? Ada yang menganggumu lagi?" Tanya Surae yang sebenarnya tau bahwa Azalea tadi menangis.

"Begitulah. Cepat bawa aku pulang, kak Rae." Pinta Azalea lalu menggenggam tangan kiri pria Park itu.

Didalam mobil, Azalea mengalihkan perhatiannya keluar jendela mobil. Mencoba menahan tangisnya agar tidak bertambah keras. Mengigit bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan. Nanti malam Azalea akan pergi menemui Oliver untuk konsultasi lagi. Padahal tadi pagi niatnya dia akan konsul minggu depan.

Cklek..

"Kami pu--"

"Za! Kenapa kau menyembunyikannya dari kami?!!"

Pertanyaan yang menyambutnya itu membuat Azalea agak bingung. Menatap  heran kenapa ayah dan ibunya juga disini. Bahkan Oliver juga ada, apakah ini sebuah kebetulan? Dan lagi, semua wajah disana seakan meminta penjelasan pada Azalea. Salsa lalu menyodorkan sebuah kertas padanya.

Deg..

'I-ini cacatan depresiku yang ada di kak Oliver.. Kenapa bisa sampai ditangan mereka?'

"Jelaskan kenapa ini terjadi padamu, nak!? Kenapa kau menyembunyikannya dari kami?!" Teriak ayah Azalea seraya mencengkeram bahu anaknya. Azalea takut, ia tidak suka ayahnya yang keras seperti ini. Inikah yang terjadi? Keluarnya merasa tidak terima dengan kondisinya. "Ayah! Jangan seperti itu padanya!" Lerai Maisa sambil mencoba melepaskan tangan ayahnya. Sebagai satu satunya kakak yang tau tentang Azalea, ia merasa tidak suka adiknya diseperti itukan. Dokumen tentang depresinya ditemukan Chana ketika kerumah sakit untuk menemui Oliver tadi pagi. Ia tak sengaja melihat selembar kertas yang tercantum nama adiknya disana. Karena penasaran, Chana mengambil dan membaca isi kertas itu. Berbeda dengan Maisa yang sengaja meletakkan kamera dikamar Azalea.

"Aku.. hiks.. Aku sungguh minta maaf. Hiks, semuanya terjadi begitu saja. Aku bahkan tidak tau -hiks- apa yang telah aku lakukan sehinga mereka hiks.. mereka membenciku.."

Azalea mulai menceritakan semuanya. Dari awal ia bertemu Seongju, pembully-an yang dialaminya, munculnya tanda depresi, hingga dia konsultasi pada Oliver, semuanya tanpa terkecuali. Sedangakan keluarganya hanya diam tidak merespon. Membuat Azalea semakin takut. Saat ini ia mencoba mati matian menahan agar bisikan Sang Suara tidak mengendalikan dirinya lagi. Azalea pasrah, jika keluarganya membencinya, mungkin sudah waktunya Azalea untuk pergi.

Tapi dugaannya salah, yang ia dapatkan sebuah pelukan beruntun. Bukan sebuah kemarahan.

"Kenapa kau tidak bilang..? Kami merasa gagal menjadi kakakmu.." Lirih Chana yang pertama kali membuka suara. "Maafkan ibu dan ayah yang tidak bisa berada disini bersama kalian."

Azalea menggeleng, merasa perkataan maaf itu bertentangan dengan dirinya yang bersalah. Azalea tau hal ini akan terjadi, sepintar apapun dia menyembunyikan lukanya, cepat atau lambat akan terkuak juga. "Aku -hiks- hanya takut kalau kalian akan menganggapku gila dan mengabaikanku.. Hiks.. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan selain melukai diriku sendiri.. Hiks, aku merasa tidak punya siapapun. Kak Chana pulang hampir tengah malam, kak Salsa masuk kerumah saat malam, dan kak Maisa juga. Aku tidak tau menumpahkannya pada siapa jadi aku memilih memendamnya hingga aku seperti ini.. Hiks.. Aku tidak pernah bilang ini pada siapapun sampai kak Oliver tiba tiba tau semuanya entah dari mana. Hiks.. maaf.."

Sisa hari itu Azalea habiskan dengan tangisan. Tangannya terus menggapai tubuh keluarganya agar tidak terlepas. Untuk pertama kalinya dia merasa sangat lega. Dan pertama kalinya dia menangis sederas ini.

*****

Azalea terbangun karena suara alarm lagu Oasis yang cukup keras. Mendecak sebal karena ia harus sekolah. Ia benar benar malas bertemu teman temannya. Apalagi semenjak kejadian 2 hari lalu. Entah apa yang akan dilakukan teman sekelas terhadap dirinya nanti. Dia terlalu malas untuk keluar dari rumah, bahkan meninggalkan ranjangnya saja terasa sangat tidak rela. Ia hanya tidak mau dapat perlakuan buruk lagi disekolahnya. Azalea terlalu takut untuk bertemu dengan dunia luar. Segala rasa bersalah, dan ketakutannya mempengaruhi dirinya. Monster sialan itu juga masih setia bersarang dipikiran Azalea dan mengeluarkan kata kata menyakitkan namun sarat akan kebenaran yang jika diambil kesimpulannya, monster itu mengajak Azalea untuk mati. Setiap kali monster itu bilang bahwa Azalea sudah tidak punya siapa siapa, Azalea selalu berteriak frustasi dan takut akan itu terjadi. Ia hanya takut dilupakan, dan ditinggalkan orang orang yang dia sayangi.

_____________________________
To Be Continue..

ECCEDENTESIAST

Hope you guys like it~♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hope you guys like it~♡

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang