Aku kasihan pada penemu cermin. Penemuannya tidak digunakan dengan baik oleh orang-orang fake itu -Eccedentesiast
Author POV
Azalea berjalan perlahan menuju rumahnya. Raut wajahnya agak muram karena kata Oliver tadi, dia tidak mengalami peningkatan apapun. Bahkan karena kejadian disekolahnya Azalea makin drop dan tidak ada tanda tanda depresinya berkurang. Tapi Azalea mengerti, dia sangat sangat mengerti. Belum waktunya dia untuk bahagia. Mungkin saja setelah ini Tuhan memberinya kejutan besar untuk menyambut kebahagiaannya.
Cklek..
"Lama sekali. Kau kemana saja sih? Cream cheese-nya ada kan?" Tanya Salsa begitu dirinya melihat Azalea masuk kedalam rumah. "Astaga.. Adiknya baru pulang bukannya ditanya malah ditodong cream cheese." Canda kakak pertamanya yang tengah bermain ponsel diruang tengah.
"Tidak dengar? Aku tadi sudah bertanya, bagaimana sih?!"
"Kak La membuat kue kan? Aku mau aku mau!"
"Jangan jangan jangan! Maisa tadi katanya mau membantu malah tidak kan? Tidak usah dibagi!"
"Aku kan membantu tadi. Membantu menyemangati kak Salsa."
"Bodoh."
Azalea tertawa kecil mendengar perdebatan singkat kakak-kakaknya. Demi apa, ia rindu ketika mereka berkumpul seperti ini. Karena jam bekerja dan jam kuliah mereka membuat keempat bersaudara itu jarang bertemu. Kadang Chana pulang hampir tengah malam, begitu pula Salsa karena ia ambil kelas sore. Kalau Maisa, dia pulang hampir menjelang malam.
Azalea berpikir, apa yang bisa membuatnya bahagia? Dan sampai kapan dia harus berbohong tentang semua yang terjadi padanya seperti ini? Juga, apa yang akan dilakukan orangtua-nya jika tau dirinya punya depresi? Dia hanya berharap kalau orang yang mengetahui tentang dirinya, tidak berbicara apapun pada keluarganya. Bahkan Azalea juga memperingati Oliver untuk tutup mulut tentang depresi yang dia punya. Kalau Nana sih, dia tidak begitu masalah karena Nana tidak punya nomor telpon kakak dan orangtuanya. Yang dia khawatirkan adalah Oliver, dia takut jika sewaktu waktu kekasih Chana itu membocorkan semuanya.Azalea hanya ingin dirinya yang menjelaskan semuanya. Agar tidak terjadi kesalah pahaman. Azalea juga terus berdoa agar keluarganya tidak marah atau memberi reaksi buruk tentang dirinya.
Semoga saja.
******
Azalea pagi ini diantar oleh Oliver kesekolahnya. Karena semalam hujan deras dan Oliver tidak bawa mobil. Jadi lelaki itu menginap semalam dirumahnya, memakai kamar tamu. Jadilah sekarang Oliver yang mengantar Azalea atas usul ketiga kakaknya. Katanya, 'Agar kita tidak terlambat mengantarmu dulu'. Wah wah.. jadi sebenarnya selama ini ketiga kakaknya tidak ikhlas mengantar jemput dirinya? Oke, pulang nanti Azalea akan beli petasan untuk dinyalakan dikamar kakaknya.
"Thanks, kak Olv. Semoga saja minggu depan dan depannya lagi aku tidak perlu konsultasi padamu."
"Hm? Jadi selama ini kau tidak sudi konsultasi denganku??" Oliver mencubit kedua pipi Azalea dan menggoyang goyangkannya.
"Ish! Lepas dulu! Bukan begitu.. Kan kalau aku tidak konsultasi berarti aku tidak dapat bullying lagi. Mengerti tidak sih?!"
"Kakak dan adik sama saja. Yasudahlah, bye bye. Have a nice day."
Azalea menghela nafasnya dan pura pura memijat pangkal hidungnya tanda lelah menghadapi pria Kang tadi. Ia mulai melangkahkan kakinya kelorong kelas. Berharap tidak ada orang-orang yang menganggunya lagi. Karena Azalea tidak ingi berurusan dengan orang orang menyebalkan hari ini, dan seterusnya.
"Hei, itu Azalea Lee bukan?"
"Iya, dengar dengar sih dia hampir gila lho.."
"Aku pernah melihatnya kepsikiater beberapa hari lalu, sungguh mengejutkan gadis secantik itu gila."
"Tadi diantar siapa sih? Kelihatannya dekat sekali?"
"Uhh.. jangan jangan pacarnya?!"
"Ewhh.. sudah gila, murahan pula."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Random"Apa kamu pernah mendengar tentang Eccedentesiast?" "Yang kutahu Eccedentesiast adalah seseorang yang selalu tersenyum walaupun senyumannya palsu." "Ya, tapi mereka yang Eccedentesiast lebih dari yang kau bayangkan. Mereka adalah orang orang yang...